ROSUL ITU AKU SENDIRI.
MANUSIA TIDAK BERHAK MENCAMPURI URUSANKU
Bismillahir rohmaanir rohiim
Assalamu'alaikum wr wb.
Sejak dahulu kala, secara turun temurun kita dikenalkan istilah rosul yang maksudnya adalah utusan. Yaitu utusan yang diutus oleh yang maha mengutus untuk mendatangi sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa tempat, benda, orang atau golongan hingga menyebabkan utusan itu sampai kepada tujuan dan maksud dari yang mengutus.
Utusan dalam arti luas, yaitu datangnya sesuatu kepada sesuatu. Maka sesuatu yang datang itu disebut utusan bagi yang didatangi. Disini, yang mendatangi, atau yang diutus betul betul menguasai obyek yang didatangi. Rosul itu menguasai obyek.
Jadi yang namanya utusan itu sesuai dengan maksud dan tujuan yang mengutus. Yang pasti bahwa utusan itu mewakili perbuatan yang mengutus. Utusan itu manifestasi (perwujudan nyata) dari yang mengutus.
Di sini arti utusan dalam arti luas. Ketika kita dikenalkan dengan Utusan ( Rosul ) yang diberi tugas untuk seluruh alam. Maka secara maknawi, boleh dikata bahwa rosul itu perwujudan nyata dari yang mengutus. Ketika kita mengenal Rosululloh atau utusan Allah, tentu terdapat dua arti. Yaitu Rosululloh secara maknawi dan Rosululloh secara majasi.
Kajian ini sudah berkali kali kita teliti. Namun, kami yakin, selama kita tidak ditemani hidayah, kajian apapun tidak menjadikan kita sadar dekat kepada Allah dan justru menjadi tertutup dan jauh dari Allah. Apalagi kajiannya bertambah banyak. Tentu bertambah murka Allah kepada kita.
Bagi yang diberi hidayah, tentu bukan kajiannya yang diutamakan. Akan tetapi bertambahnya hidayah dalam kajiannya. Boleh jadi yang dikaji judulnya sama. Babnya sama. Halamannya sama. Akan tetapi jika senantiasa bersama hidayah, maka akan semakin tinggi pengagungan kita kepada Allah dan Rosulnya. Akan semakin kuat cinta kita kepada Allah dan Rosulnya. Akibatnya semakin bertambah kesadarannya dan otomatis bertambah pula ilmunya.
Arti Rosul tidak sesederhana seperti yang kita bayangkan. Buktinya banyak di sekeliling kita. Ketika kami menyampaikan bahwa Rosul senantiasa mendampingi kita, spontan banyak yang protes. Apalagi dengan kalimat bahwa seandainya mahluk itu dihindari rosul, niscara akan binasa. Di sini akal manusia akan protes besar besaran. Banyak ulama yang menyatakan perang dengan orang yang berpemahaman maknawiyah.
Kebanyakan mereka dari golongan yang tidak menyetujui tasawwuf. Mereka tidak menyadari bahwa keberadaan para tokoh sufi itu sebab kecintaannya kepada junjungannya. Kecintaannya kepada Rosululloh yang sangat mendalam hingga tidak memperhatikan dirinya dan lupa pada keadaannya dan tidak ingin bekerja dan tidak makan kecuali ada yang belas asih memberi sepotong roti. Mereka kaum sufi sehari harinya berada di teras masjid sambil berjaga jaga menunggu kehadiran Rosululloh. Banyak yang tidak memperhatikan pakaiannya yang kumal berasal dari bulu domba. Namun dalam sholatnya senantiasa berada dalam barisan terdepan yang akhirnya sepeninggal Rosululloh mereka menjadi orang yang terpinggirkan. Dipojokkan. Bahkan dihina dan disiksa.
Mereka tidak menyadari bahwa tersingkapnya makna Rosul secara maknawiyah itu berasal dari pancaran nadhroh beliau yang senantiasa memancar pada para tokoh sufi terus menerus tanpa henti sehingga mereka enggan meninggalkan Rosululloh.
Kembali kepada pokok kajian tentang Rosul. berikut ini Contoh utusan secara sempit Misalnya saya bermaksud mengambil buah mangga. Kemudian saya mengutus TANGAN SAYA SENDIRI untuk mengambil dan menurunkan buah mangga dari pohonnya. Maka saya merosulkan tangan sebagai alat ( singgek= jawa ) unduhan untuk mendatangi mangga hingga mangga itu bisa saya gunakan dan bisa saya manfaatkan untuk kepentingan saya.
( Kedudukan utusan sebagai washiluun )
Utusan dalam arti luas berarti utusan bagi seluruh alam semesta. Maka kesadaran kita dituntut untuk menyadari akan keberadaan utusan . Misalnya, jika utusan itu disuruh untuk mendatangi alam ciptaan, maka kita juga sadar bahwa alam ini awalnya tidak ada. Kemudian utusan itu hadir pada alam ciptaan yang akhirnya alam menjadi ada. Yang secara tidak langsung bahwa terciptanya ciptaan itu sebab hadirnya utusan didalam ciptaan. Jika utusan ini tidak diutus untuk hadir di alam ciptaan, maka tidak akan ada ciptaan sebab utusan tidak diutus ke alam ciptaan. Jadi keberadaan alam ciptaan itu bersamaan dengan adanya utusan. Namun akal tidak setuju jika tidak ada bukti.
Sekarang kita buktikan bersama. Kita ambil salah satu ciptaan. Yaitu sebuah rumah. Rumah itu ada sekat berupa tembok yang mengelilinginya . Yang membuat tembok itu Pak Tukang. Tapi Pak tukang tidak pernah membuat ruangan. Kita perlu memahami bahwa ruangan itu tercipta sebab adanya tembok. Pak tukang hanya membuat tembok saja. Pak tukang tidak pernah membuat ruang. Terbentuknya ruang sebab pak tukang membuat tembok. Jika tembok itu tidak dibikin, maka ruang tidak pernah ada. Secara maknawi, tembok itu penampilan pak tukang itu sendiri. Sedangkan ruang itu hasil dari tembok yang mengelilingi. Dengan kata lain bahwa tembok diperintah oleh P tukang untuk mewujudkan ruang. Atau pak tukang mewujudkan ruang menggunakan tembok. Maka jika tembok itu diambil oleh P tukang, maka ruang lenyap. Binasa.
Demikian juga Allah menciptakan ciptaan, menggunakan Nurnya Allah sendiri. Mengutus Nurnya sendiri. Sehingga nur itu hadir di alam ciptaan untuk membentuk alam menggunakan nurulloh itu sendiri. Nurulloh diutus untuk hadir kepada langit dan bumi. Ini berarti sebelum nur ini diutus, tentu belum ada langit dan bumi. Jadi terciptanya langit dan bumi ini bersamaan dengan hadirnya Nur ke dalam diri langit dan bumi.
Banyak dari kalangan ilmuwan, kalangan ahli fikir, kalangan cendekiawan yang membongkar dan meneliti terciptanya alam semesta.( Langit dan bumi. Ada yang menggali melalui proses kimiawi, biology berdasarkan fakta yang tampak oleh indra.
Yaa maaf. Kami bukan menyalahkan mereka. Hanya saja semua perkara itu bisa ditilik dari permulaannya. Jika permulaannya diawali dari hukum matery, maka akan berputar putar pada kebendaan( matery) itu sendiri. Jika permulaannya diawali dari hukum inmatery, maka akan berputar putar dalam immatery pula yang sementara, dasar adanya matery itu akibat dari manifestasi inmatery.
Namun bidang inmateri itu hanya bisa disaksikan oleh orang yang bersih jiwanya dan senantiasa tawajjuh kepada alloh. Jika tidak begitu bisa dipastikan sebagai sebuah lamunan. Jadi tanpa bimbingan Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi wasallam, bisa dipastikan sebagai hasil pemikiran dan lamunan yang akibatnya menyimpang dari kebenaran tanpa disadari.
Sudah berapa bukti kita temukan. Sudah berapa ayat dalam alqur'an yang kita terima. Semua bukan kalimat kemanusiaan. Kalimat kemanusiaan tidak akan mampu mewakili semua manusia, keadaan manusia, sifat manusia,kedudukan manusia, masa nanti bagi manusia.
Rosululloh adalah perwujudan Allah secara maknawi. Ini kita akan diperkenalkan Rosul secara luas. Rosul yang menjadi sebab terciptanya semua ciptaan. Jika rosul yang menunjuk kemanusiaan, maksudnya Rosul yang menjadi leluhurnya jiwa manusia. Jika menunjuk tumbuhan, maksudnya rosul yang menjadi sebab terciptanya semua jenis pepohonan. Jika menunjuk hewan, maksudnya rosul yang menjadi sebab terciptanya semua jenis hewan dan seterusnya yang mana sebenarnya semua hanya satu yaitu rosul itu sendiri yang merupakan utusan dari yang maha mengutus. Dimana utusan ini sebenarnya sifat dari yang mengutus.
Dari semua ciptaan ini merupakan side efek dari terutusnya rosul yang semua menjadi jiwa dari Rosululloh sendiri.
Ketika rosul maknawi menunjuk ( memancarkan nadhrohnya secara khusus ) kepada manusia maka manusia yang sedang ditunjuk atau dipancari nadhroh itu akan memahami jiwa Rosul dan secara otomatis akan menjadi rujukan bagi semua manusia. Dia yang ditunjuk menjadi pusat segala kebutuhan manusia. Disadari atau tidak, manusia yang ditunjuk akan bertanggung jawab kepada tuhan akan keselamatan manusia. Manusia lain akan mengikuti jalan manusia yang ditunjuk. Manusia lain tidak bisa berbuat apa apa. Tidak bisa berupaya apa apa. Manusia yang ditunjuk akan menjadi Rosul secara majasi yang harus ditaati kata katanya. Harus ditiru segala tindakannya. Dijadikan contoh segala tingkah laku dan gerak geriknya. Sebab segala perbuatan dan gerak geriknya baik lahir maupun batin adalah gerakan dari yang merosulkan dia hingga semua tingkah lakunya adalah wahyu. Ucapannya adalah wahyu. Gerakan tubuhnya adalah wahyu.
Keadaan ini hanya bisa diterima oleh para sahabat. Sehingga para sahabatlah yang menerima wahyu yang secara istilah disebut hadits. Sehingga nabi muhammad menitipkan dua hal yaitu wahyu yang terkitabkan sebagai kitab suci alqur'an dan wahyu yang masih berserakan berupa ucapan dan prilaku yang menancap ke dalam dada para sahabat yang disebut hadits. Sehingga secara lahiriyah, banyak yang mencari dan mengumpulkan hadits tersebut dengan cara menemui para sahabat yang hidup pada zamannya. Yang mana para pencari hadits itu menemukan qola fa qoola, menemukan qila faqila. Mereka menemukan riwayat, menemukan riwayat yang diriwayatkan. Mereka menemukan sabda dan menemukan sabda yang disabdakan. Menemukan rowiy yang dirowikan.
Pada ahirnya banyak yang memperdebatkan keabsahan dari riwayat yang diriwayatkan. Banyak silang pendapat akan rowi yang dirowikan. Banyak perdebatan ahli hadits. Yang mestinya ahli hadits tidak akan memperdebatkan sebab ahli hadits itu merupakan warisan yang memang sudah diwariskan. Maka yang memperdebatkan warisan itu sebenarnya bukan pewaris dari warisan itu.
Yang memperdebatkan hadits itu sebenarnya bukan ahli hadits akan tetapi orang yang mengaku aku ahli hadits atau orang yang mempelajari hadits. Jika memang ahli waris, tentu tidak akan memperkarakan warisan yang sudah diterimanya sebagai warisan akan tetapi akan berupaya merawat warisan ini dengan sekuat tenaganya hingga bisa diterima oleh anak cucunya, saudaranya, tetangganya, ummatnya dan seterusnya untuk semua manusia.
Ini lepas dari hukum politik. Lepas dari hukum agama. Ini adalah hukum ketuhanan itu sendiri. Sebab setiap mahluk adalah jiwa dari rosul itu sendiri yang tidak mungkin terpisahkan.
Sama halnya seperti yang sudah terjadi dalam sejarah bahwa tidak ada ahli tasawwuf yang memperkarakan ahli fiqih. Yang ada adalah sebagian dari ahli fiqih yang memperkarakan ahli tasawwuf. mestinya ahli fiqih yang sebenarnya tidak akan memperkarakan ahli tasawwuf. Jika ada ahli fiqih yang membatalkan tasawwuf, maka kefaqihannya masih perlu dipertanyakan. Apa betul memahami hukum fiqih itu sendiri atau hanya memahami fiqih berdasarkan hasil tafakkurnya atau dari hasil mempelajari hukum fiqih. Sebab syariat tanpa haqiqat itu lumpuh dan haqiqat tanpa syariat itu batal hukumnya.
Disinilah pentingnya hidayah bagi semua manusia. Adanya syariat itu sebab haqiqat. Tanpa adanya haqiqat tidak akan ada syariat. Tanpa ada hukum ketuhanan maka tidak akan muncul hukum agama. Jika pemegang hukum agama memperkarakan hukum tuhan itu sudah terjadi kejungkir balikan. Jika terjadi kesalah pahaman, itu hanya sekedar bukti ketidak mampuan manusia. Jika semua menyadari ketidak mampuan, insyaallah mudah penyelesaiannya. Jika itu sulit diselesaikan, sebab manusia masih ikut campur tangan. Manusia ikut mengatur hukum ketuhanan. Akibatnya hukum fiqih membingungkan manusia kecil pada umumnya yang tidak mendapat naungan.
Billahi taufiq wal hidayah
Wassalamu'alaikum wr wb