AHLI DZIKIR ITU PASTI ULAMA TETAPI ULAMA BELUM TENTU AHLI DZIKIR
Bismillahir rohmaanir rohiim
Assalamu'aaikun wr wb
Jika kajian ini tentang tauhid, kita tetap harus dalam disiplin ilmu tauhid.
Wassalamu'alaikum wr wb
Bismillahir rohmaanir rohiim
Assalamu'aaikun wr wb
Kata ULAMA berasal dari kata Al 'Alimu ( asmaul husna ) yang artinya mengetahui . Jika sifat Allah tersebut menunjuk kepada seorang hamba maka orangnya disebut Al 'Alim. Kita artikan dalam ungkapan bahasa kita dengan arti orang 'Alim. Dan kata Ulama itu bermakna Jabatannya dari sifat Allah sendiri yang maha mengetahui yang telah dipancarkan kepada seorang hambanya.
Jika kajian ini tentang tauhid, kita tetap harus dalam disiplin ilmu tauhid.
Yang mana dalam kajian tauhid tidak boleh keluar dari tauhid itu sendiri sementara kita sendiri harus meninggalkan tauhid. Sebab dalam kenyataan banyak terjadi penyalahgunaan. Banyak ahli ilmu ( orang menguasai ilmu ) belum keluar dari sifat ilmu yang sebenarnya sifat Allah yang Wahid. Sehingga sang ahli ilmu mengambil ilmu Allah dijadikan miliknya tanpa disadari.
Mohon maaf. Di sini bukan kajian Nahwu, Shorof serta bukan ngaji tajwid. Jadi Kita cukup memahami maksud dan tujuannya saja agar kita tidak kehilangan arah dari tujuan. banyak dari kita yang membelanjakan waktunya demi mempelajari tajwid , Nahwu dan Shorof dan lain sebagainya namun lepas dari tauhid. Banyak kejadian dilapangan belum sepenuhnya siap menerapkan ilmu tersebut dengan porsi dari Ilmu yang artinya mengetahui, maka yang mengetahui sebenarnya Allah sendiri.
Kita tidak boleh berkata dalam hati dan jika memungkinkan juga secara lisan bahwa kita mengetahui .
Orang yang awalnya tidak tahu sesuatu kemudian dia mempelajari sesuatu lantas dimengetahui sesuatu yang dipelajari tersebut. Secara susunan bahasa sudah benar. Secara akal aturannya juga sudah benar akan tetapi secara tauhid, ini salah besar. Sudah terjadi penyalahgunaan.
Amalan Sholawat dan Ajaran Wahidiyah, dita'lif dalam rangka wushul kepada Allah. Oleh sebab itu, Pengasuh Perjuangan Wahidiyah mengingatkan pengamalnya agar berhati hati. Segala sesuatu harus ditauhidkan. Bukan untuk mengumpulkan bahan perbendaharaan kemudian kita miliki dan jika dibutuhkan untuk memenangkan perdebatan.
Jika memungkinkan, bagi kita orang awam terutama kami sendiri ini, hendaknya mempersempit ruang dan waktu diluar yang tidak ada hubungannya dengan meng_ESA_kan Allah. Memanfaatkan segala keadaan dan situasi hanya untuk wushul kepada Allah. Mempergunakan segala indra hanya untuk audensi kepada Allah dan Rosulnya. Hingga tidak ada ruang dan waktu yang tidak ditauhidkan.
Ada sebuah fenomena dalam Alqur'an. Ayat ini ditujukan kepada kita terutama kami pribadi. Yang berbuyi #FAS'ALU AHLADZDZIKRI, FAINKUNTUM LA TA'LAMUUN. #arti bebasnya adalah : TANYAKANLAH KEPADA AHLI DZIKIR JIKA KAMU SEKALIAN TIDAK MENGETAHUI.
Ini sebuah fenomena bahwa banyak orang mencari ilmu, akan tetapi menjauhi ahli dzikir. Secara tidak langsung, terjadi pemisahan antara ULAMA dengan AHLI DZIKIR . Kenyataan di lapangan, kebanyakan manusia tidak mendekati ahli dzikir dan justru menjauhi. Bahkan walaupun sudah terjadi pemisahan samar, yang aslinya tidak boleh terpisah, ULAMA ikut dijauhi orang. Sebab konotasi ulama, hanya seseorang yang memiliki ahli bidang agama saja. Maka arti ulama makin sempit dan makin sempit dan lebih parah lagi, muncul persepsi bahwa para ulama itu hanya mengebiri kebebasan.
Sehingga keadaan di ahir zaman ini, bahwa. Al 'Alim atau Ulama' yang tentunya ahladz dzikry, sedang mengalami keadaan yang berbeda dengan ayat tersebut. Dalam ayat tersebut menekankan bahwa perkara apapun yang menjadi persoalan yang menjadi sebab ketidak tahuan kita, hendaknya kita bertanya kepada ahladz dzikry. Kepada ahli dzikir. Namun seperti apakah ahli dzikir itu ?
Banyak dari kita orang awam, maksudnya kami sendiri . Orang kecil yang tidak tahu apa apa. Kemudian mendekat kepada seorang ulama. Tentu membawa segudang harapan.
Idealnya, menurut hemat kami yang tidak mengenal Allah. Tidak tahu apa apa tentang ketuhanan, ketika mendapatkan persoalan persoalan hidup, urusan apapun dalam kehidupan, kemudian mencari dan mendekat kepada ahli dzikir, maka persoalan tersebut akan terselesaikan atas idzin Allah tentunya. Sebab ayat tersebut juga perintah Allah.
Oleh sebab itu, kita sangat perlu sekali mengupayakan terutama memohon untuk dipertemukan dengan ahli dzikir yang sesuai dengan maksud ayat tersebut. Seorang ahli dzikir yang memang diberi tugas menyelesaikan perkara mahluk. Seorang ahli dzikir yang bertugas mengatur urusan dan kesusahan ahli dunia. Jadi bukan sekedar ulama yang ahlul ilmu. Bukan sekedar ulama yang mengetahui perkara kehidupan sementara tidak diberi tugas menyelesaikan perkara kehidupan ahli dunya. Kalau ahli ilmu saja sangat banyak dipermukaan bumi. Akan tetapi ahli dzikir, lebih menunjukkan kepada kita dalam mengatasi perkara hidup dengan menjadikan sebab bagi orang awam Allah ini diberi tahu , dibimbing mengingat dan mendekat kepada Allah. Banyak ahli ilmu yang tahu perkara hidup tapi tidak menyelesaikan persoalan hidup dihadapan Allah.
Sebab kenyataan itulah bahwa : AHLI DZIKIR ITU PASTI ULAMA TETAPI ULAMA BELUM TENTU AHLI DZIKIR. Maksudnya seorang ulama yang ahli dzikir dan bisa mengantarkan perkara mahluk/ hajad mahluk kepada Allah. Tentu ulama yang warotsatul anbiya. Ulama yang berjiwa kenabian. Ulama yang " AMRIL KHOLAAIQU". Ulama yang diberi tugas berbuat untuk mahluk. Ulama yang amruhu idzaa aroda syaian bersamaan dengan irodah Allah. Yang merupakan Rijalalloh. Ulama yang dijadikan jago oleh Allah . Ulama yang aghitsuna yang didampingi malaikat murdhifiin. Yang mana kesemuanya itu Billah. semua Binafsillah au Biidznillah.
Dalam hal ini kita akan menemukan berbagai macam orang alim. Ada ALIM BI ILMIHI yang kealimannya sebatas ilmunya saja. Ada ALIM BILLAH FAQOD yang kealimannya sudah sesuai hukum hukum Allah namun belum menjadikan orang lain terangkat kealimannya. Ada ALIM BILLAH WABIL AHKAMILLAH.
ALIM BILLAH WABIL AHKAMILLAH inilah yang dimaksud AHLADZ DZIKRY. Kealimannya sebab diberi Alim oleh Allah untuk merawat mahluk. Siapapun yang datang menghadap kepadanya, hajadnya dianterkan kepada Allah dan Rosulnya. Yang mana perintah Allah untuk menghaturkan hajad dan persoalan hidup dihadapan Allah akan teratasi atas kehendak Allah.
Wassalamu'alaikum wr wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar