2. IMAN DZAUQIYAH( Merasakan )
Assalamu`alaikum wr wb.
Bismillahir rohaanir rohiim.
Syukur alhamdulillah kita diberi bisa melanjutkan kajian Iman Dzauqi / Iman merasakan. Yang mana kajian ini merupakan kelanjutan dari kajian Iman Kufur / Iman Ingkar sebelumnya.
Secara umum, iman itu diartikan percaya. Percaya bahwa tuhan ada. Tuhan maha pencipta. Kita semua melihat ciptaannya. Kalau dalam theory Big Bang, diartikan sebagai proses alam. Dan masih banyak theory theory termasuk proses proses kejadian lain di alam semesta ini.
Kita perlu menyadari adanya proses itu sebab ada yang memproses. Tidak mungkin ada bangunan tanpa ada yang membangun. Tidak mungkin manusia itu ada tanpa pencipta. Soal proses itu hanya hal kecil bagi orang yang memproses. Mau diproses seperti apapun itu hanya sebuah proses. Akan tetapi intinya bagi kita adalah iman. Ketika manusia sudah berada dalam kecenderungan untuk mengingkari iman itu sendiri, tentu dia akan berputar putar berhadapan dengan dirinya sendiri. Dia akan dimakan oleh perhelatan panjang dalam alam proses. Ke sana kemari hanya mencari dan membangun theory. Mempelajari proses tanpa ujung dan pangkalnya. Ujungnya tidak ketemu dan Pangkalnya tidak tahu. Padahal iman tidak bisa dipelajari. Tuhan tidak bisa diteliti. Ilmu apapun hanya alat. Ilmu hanya gambar tanpa nyawa.
Kalimat tersebut terkesan berlawanan dengan dalil perintah mencari ilmu. Bahkan dalil mencari ilmu hukumnya fadhu.
Bersandarkan kepada sabda beginda SAW bahwa " Barang siapa bertambah ilmunya dan tidak bertambah hidayahnya, maka akan bertambah jauh dari Allah. ( MAN IZDAADA ILMAN WALAM YAZDAD HUDAN WALAM YAZDAD MINALLOH ILLA BU`DAN )
Dari sini bisa kita rasakan ada benang merah atau garis pemisah antara ilmu dengan hidayah.
Agar terkesan bijaksana, maka kita mengenal macam macam ilmu berdasarkan asal usul dari ilmu itu sendiri.
Ada ilmu yang asalnya berasal dari hasil berfikir, mendengar, melihat, merasakan. Semuanya merupakan ilmu.
Oleh sebab itu, kami mohon ampunan serta maghfiroh sebanyak banyaknya. Sebab kajian inipun hanya sekedar pendekatan ilmiah walaupun bidang pendekatannya sudah mengarah pada pendekatan rohani. Jadi pendekatan inipun hanya sebatas ilmu yang akan merusak diri kita sendiri tanpa taufiq hidayah Allah SWT. Alfaatihah...
Bolehlah kita katakan bahwa hidayah itu datangnya dari berbagai arah. Bisa dari hasil melihat, berfikir, mendengar maupun merasakan hingga kita mengetahui sesuatu. Namun kenyataan bahwa hidayah itu berasal dari Allah tidak mudah kita sadari. Sebab secara lahiriyah tampak dari hasil jerih payah manusia. Maka Iman Dzauqiyah sangat dibutuhkan. Merasakan iman dalam keadaan beriman. Ibarat semua manusia memiliki baju namun ketika tidak mengenakan baju maka tidak bisa disebut berbaju walaupun baju itu ada tangannya atau dipundaknya.
IMAN DZAUQIYAH, adalah tataran sangat tinggi bagi orang awam. Di mana beliau berbelas asih kepada kita sebagaimana sabdanya " ,WA`BUD KAANNAKA TARO. FAILLAM TARO, FAINNAHU YAROKA " Arti bebasnya kurang lebih " Lakukanlah seluruh kehidupanmu untuk mengabdi dengan rasa bahwa kamu sedang berhadapan dengan Allah yang seakan akan kamu melihatnya. Apabila kamu tidak bisa melihat Alloh, ketahuilah bahwa Alloh senantiasa mengawasi semua gerak gerikmu.
Dalam kedudukan ini, iman kita sebenarnya belum Musyahadah ( menyaksikan ) Alloh . Namun sudah merasakan betul sedang berhadapan dengan Alloh. Sehingga dalam tataran iman Dzauqiyah ini kita senantiasa takdziman, ikroman wa mahabbatan. Iman Dzauqiyah sudah ada pengagungan kepada Alloh. Betapa tingginya Alloh disertai rasa mahabbah / cinta semurni murninya. Hati tersungkur merasakan berhadapan dengan Alloh. Tidak berani tengak tengok apalagi berpaling ( membelakangi )
Merasakan betul keagungan Alloh. Merasakan sifat sifat Alloh. Asma Alloh.
Sementara apa yang diperjuangkan oleh Rosululloh adalah Iman Musyahadah. Tataran iman menyaksikan Alloh. Sebagaimana tertuang dalam ayatnya surat Adzdzariyat 51:50. Fafirruu ilalloh. Inni lakum minhu nadziirum mubiin = Sesungguhnya aku ini pemberi peringatan dari Alloh untuk kamu sekalian.
Tataran iman kembali musyahadah kepada Alloh . Kembali menghambakan diri ketika semua ruh berikrar " Qoluu balaa syahidna ,,"
Semoga kita diberi kesempatan untuk menerapkan iman musyahadah.
Wabillahi taufiq wal hidayah.
Wassalamu`alaikum wr wb.
Assalamu`alaikum wr wb.
Bismillahir rohaanir rohiim.
Syukur alhamdulillah kita diberi bisa melanjutkan kajian Iman Dzauqi / Iman merasakan. Yang mana kajian ini merupakan kelanjutan dari kajian Iman Kufur / Iman Ingkar sebelumnya.
Secara umum, iman itu diartikan percaya. Percaya bahwa tuhan ada. Tuhan maha pencipta. Kita semua melihat ciptaannya. Kalau dalam theory Big Bang, diartikan sebagai proses alam. Dan masih banyak theory theory termasuk proses proses kejadian lain di alam semesta ini.
Kita perlu menyadari adanya proses itu sebab ada yang memproses. Tidak mungkin ada bangunan tanpa ada yang membangun. Tidak mungkin manusia itu ada tanpa pencipta. Soal proses itu hanya hal kecil bagi orang yang memproses. Mau diproses seperti apapun itu hanya sebuah proses. Akan tetapi intinya bagi kita adalah iman. Ketika manusia sudah berada dalam kecenderungan untuk mengingkari iman itu sendiri, tentu dia akan berputar putar berhadapan dengan dirinya sendiri. Dia akan dimakan oleh perhelatan panjang dalam alam proses. Ke sana kemari hanya mencari dan membangun theory. Mempelajari proses tanpa ujung dan pangkalnya. Ujungnya tidak ketemu dan Pangkalnya tidak tahu. Padahal iman tidak bisa dipelajari. Tuhan tidak bisa diteliti. Ilmu apapun hanya alat. Ilmu hanya gambar tanpa nyawa.
Kalimat tersebut terkesan berlawanan dengan dalil perintah mencari ilmu. Bahkan dalil mencari ilmu hukumnya fadhu.
Bersandarkan kepada sabda beginda SAW bahwa " Barang siapa bertambah ilmunya dan tidak bertambah hidayahnya, maka akan bertambah jauh dari Allah. ( MAN IZDAADA ILMAN WALAM YAZDAD HUDAN WALAM YAZDAD MINALLOH ILLA BU`DAN )
Dari sini bisa kita rasakan ada benang merah atau garis pemisah antara ilmu dengan hidayah.
Agar terkesan bijaksana, maka kita mengenal macam macam ilmu berdasarkan asal usul dari ilmu itu sendiri.
Ada ilmu yang asalnya berasal dari hasil berfikir, mendengar, melihat, merasakan. Semuanya merupakan ilmu.
Oleh sebab itu, kami mohon ampunan serta maghfiroh sebanyak banyaknya. Sebab kajian inipun hanya sekedar pendekatan ilmiah walaupun bidang pendekatannya sudah mengarah pada pendekatan rohani. Jadi pendekatan inipun hanya sebatas ilmu yang akan merusak diri kita sendiri tanpa taufiq hidayah Allah SWT. Alfaatihah...
Bolehlah kita katakan bahwa hidayah itu datangnya dari berbagai arah. Bisa dari hasil melihat, berfikir, mendengar maupun merasakan hingga kita mengetahui sesuatu. Namun kenyataan bahwa hidayah itu berasal dari Allah tidak mudah kita sadari. Sebab secara lahiriyah tampak dari hasil jerih payah manusia. Maka Iman Dzauqiyah sangat dibutuhkan. Merasakan iman dalam keadaan beriman. Ibarat semua manusia memiliki baju namun ketika tidak mengenakan baju maka tidak bisa disebut berbaju walaupun baju itu ada tangannya atau dipundaknya.
IMAN DZAUQIYAH, adalah tataran sangat tinggi bagi orang awam. Di mana beliau berbelas asih kepada kita sebagaimana sabdanya " ,WA`BUD KAANNAKA TARO. FAILLAM TARO, FAINNAHU YAROKA " Arti bebasnya kurang lebih " Lakukanlah seluruh kehidupanmu untuk mengabdi dengan rasa bahwa kamu sedang berhadapan dengan Allah yang seakan akan kamu melihatnya. Apabila kamu tidak bisa melihat Alloh, ketahuilah bahwa Alloh senantiasa mengawasi semua gerak gerikmu.
Dalam kedudukan ini, iman kita sebenarnya belum Musyahadah ( menyaksikan ) Alloh . Namun sudah merasakan betul sedang berhadapan dengan Alloh. Sehingga dalam tataran iman Dzauqiyah ini kita senantiasa takdziman, ikroman wa mahabbatan. Iman Dzauqiyah sudah ada pengagungan kepada Alloh. Betapa tingginya Alloh disertai rasa mahabbah / cinta semurni murninya. Hati tersungkur merasakan berhadapan dengan Alloh. Tidak berani tengak tengok apalagi berpaling ( membelakangi )
Merasakan betul keagungan Alloh. Merasakan sifat sifat Alloh. Asma Alloh.
Sementara apa yang diperjuangkan oleh Rosululloh adalah Iman Musyahadah. Tataran iman menyaksikan Alloh. Sebagaimana tertuang dalam ayatnya surat Adzdzariyat 51:50. Fafirruu ilalloh. Inni lakum minhu nadziirum mubiin = Sesungguhnya aku ini pemberi peringatan dari Alloh untuk kamu sekalian.
Tataran iman kembali musyahadah kepada Alloh . Kembali menghambakan diri ketika semua ruh berikrar " Qoluu balaa syahidna ,,"
Semoga kita diberi kesempatan untuk menerapkan iman musyahadah.
Wabillahi taufiq wal hidayah.
Wassalamu`alaikum wr wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar