Senin, 15 Juni 2015

LIRROSUL BIRROSUL MENYELAMATKAN LILLAH BILLAH

LIRROSUL BIRROSUL ITU MENYELAMATKAN LILLAH BILLAH.

Bismillahir rohmaanir rohiim.
Assalamu'alaikum wr wb.


Hukum basyariyah kemanusiaan, akan tetap mengatakan Muhammad itu manusia biasa seperti pada umumnya. Seorang manusia yang mendapat Wahyu. itulah memang bunyi dari arti ayat Alqur'an. arti yang mengarahkan kita ke alam pikiran kemanusiaan kita berdasarkan alur pemikiran manusia itu sendiri. 

Tentu saja hasil dari terjemahan alih bahasa membuahkan arti dan pemikiran bahasa secara basyariyah kemanusiaan. Hal ini memungkinkan akan membuahkan pemahaman dan keyakinan bahwa Nabi Muhammad tidak bisa menolong disisi Allah. 

Sementara dalam alqur'an mengandung arti Lughotan yang tersurat dan ada yang tersirat bahkan secara maknawiyah. Sebagaimana pemahaman Sayyidina Ali RA memahami Aqur'an secara maknawiyah hingga memperoleh Gelar Karromallohu Wajhahu. Beliau menerima karomah maknawiyah. bukan karomah khissy dan bukan karomah jally. Beliau secara basyariyah tampak tidak ampuh dan hidupnya miskin. Begitu Juga Mbah KH Abdul Madjid Ma'roef Mu'allif Sholawat Wahidiyah dan Pengasuh Pondok Pesantren Kedunglo. Mbah Yahi hidup miskin dan kelihatan tidak memiliki keampuhan sama sekali. tidak memiliki karomah yang mana Romo beliau yaitu Mbah Muhammad Ma'roef RA Pendiri Pondok Kedunglo terkenal ampuh dan ijabah do'anya. 

Mbah yahi Mu'allif Sholawat Wahidiyah, mungkin malu bahkan takut menampakkan karomah Khissy atau karomah Jalliy. Sebab dengan Grentes hati beliau diberi Kun oleh Allah. ( permisi Mbah Yahi!! alfaatihah) Hanya orang terdekat saja yang diberi tahu.

Sama halnya dengan sebuah pohon. ada yang mengartikan BATANG KAYU yang terdiri dari kulit dan kayu itu sendiri. akan tetapi disitu ada diri kayu yang hidup hingga disebut pohon. sebab pohon itu hidup dan kayu itu benda tidak hidup. 
ini secara akal. akan tetapi apakah boleh kita mengatakan bahwa yang hidup itu pohonnya? Jawabnya tidak boleh. akan tetapi sifat hidupnya pohon itu yang menghidupkan kayu. Pohon itu tajalliy secara maknawiyah, orang cerdas akan memahami bahwa yang disebut pohon itu kayu yang hidup. jadi kayunya itu benda tidak hidup. ini menunjukkan sifat pohon itu yang hidup dan sifat kayu yang tidak hidup. jadi tetap yang menghidupkan kayu itu bukan pohon akan tetapi hadirnya sifat hidupnya pohon di dalam kayu hingga kayu itu disebut pohon. Sebab kita mau yang ringkas ringkas saja. jadi sama halnya dengan manusia. Yang namanya manusia itu yang hidup dan jasad manusia itu tidak hidup akan tetapi yang membuat hidup itu adalah sifat hidup yang menjadi sebab manusia itu menghidupkan jasad. Kalau jasadnya saja pasti disebut MAYIT. Dalil hidupnya manusia sebab dihidupkan dengan asma Allah ( Hayyan ) yang diperintah untuk mendatangi Annasu ( manusia ) Semua ciptaan yang didatangi oleh sifatnya, pasti terimbas dan dikuasainya.

 Tentu kalimat ini mengundang selaksa tanya yang mebutuhkan jawaban nyata. mengundang selaksa sketsa yang membutuhkan gambar konkrit sebab secara bahasa bertentangan dengan dalil akal . di titik ini terjadi muasal pertentangan para manusia. Pertentangan manusia beragama dengan manusia tidak beragama. Pertentangan manusia dengan suatu agama dengan manusia beragama lain. Pertentangan antara ahli kitab dengan ahli ketuhaan. pertentangan pelaku tasawwuf dengan pelaku syariat. Tak ubahnya seperti dalam catatan sejarah perjuangan islam di tanah Jawa tentang Syeh Siti Jenar. Seperti Al Hallaj, dan tokoh tokoh sufi lainnya yang mati dibunuh, dipenjara, disiksa oleh kelompok yang tidak ikut menjalani alur ketuhanan secara sufistic akan mengatakan bahwa Tasawwuf dianggap bertentangan dengan dalil atau dengan kata lain, bahwa tasawwuf itu bukan dari Rosululloh shollallohu alaihi wasallam.

Sejak kelahiran Sholawat Wahidiyah dan Ajarannya, kesimpang siuran dalam pemahaman mulai reda, dalam ranah keyakinan mulai mengembang, dalam aqidah menuju pemantapan, dalam syariat agama mulai kokoh. bidang ma'rifah wal mahabbah menunjukkan intensitas tinggi. kajian kajian ilmiyah terkuak bagi kaum awam walaupun tidak bisa diungkiri bahwa pada awalnya Shoawat Wahidiyah dan ajarannya penuh gejolak. penuh hamatan. terjadi fenomena pro dan kontra. 

Yang dulunya menjadi perdebatan dan pertentangan silang pendapat para Ulama. Perlahan lahan juga mulai dipahami oleh orang awam. jika diperbolehkan berkata kata, pendek kalimat bahwa melalui Amalan Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah yang dita'lif oleh Hadrotus Syeh Al Arif Billah Wabi Ahkamihi - Kyai Al Haj Abdul Madjid Ma'roef Qoddasallohu Sirrohu wa Rodhiyallohu Anhu, satu persatu kaum awam dibuka kesadaran kepada Allah dan Rosulnya. Kaum awam mulai diberi pemahaman dunia Haqiqat dan syariatnya meningkat drastis hingga banyak yang diberi kesadaran ( ma'rifat ) kepada Allah Subhanahu Wata'aalaa. Sadar kepada Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam.

Perjuangan tidak berhenti di sini. yang sudah diberi paham, masih harus dipahamkan kembali. yang sudah yakin masih harus di yakinkan kembali. Yang sudah bersyahadah, masih harus di syahadati kembali. 

Belum lagi jika menengok keluar dari diri kita masing masing. masih banyak ummat manusia belum menerima kedudukan Rosululloh di samping Allah. masih banyak ummat manusia yang belum menyadari kedudukan Allah itu sendiri terutama kami. bukan berarti kami sudah menyadari. bukan berarti kami sudah ma'rifat. justru kami mengadakan kajian bersama ini untuk memohon tambahan keimanan yag sempurna bagi kami sendiri juga bagi yang diberi bagian bisa menerima. untuk itu mari kita senantiada memohon taufiq hidayah Allah SWT. Mohon syafa'at Pertolongan Rosululloh. 
Alfaatihah.....

LIRROSUL BIRROSUL ITU MENYELAMATKAN LILLAH DAN BILLAH. Ini membutuhkan selaksa sketsa untuk memperoleh gambarannya Membutuhkan selaksa tanya dan jawabannya. Namun sketsa dan gambarnya tidak boleh keluar dari koordinat lini. koordinat tauhid agar tidak menimbulkan kemurtadan. Tanya dan jawabannya tidak boleh keluar dari garis ketauhidan. Sebab nafsu yang bergejolak itu jika dilulur, dikendorkan tali pengekangnya, dia akan menanyakan pertanyaan yang meyakinkan tapi mengandung perangkap dan menyeret kepada kemusyrikan. Maka hasil jawabannya juga mengandung kesyirikan. Jadi mohon maaf. Kita kaum muslimin sudah biasa berpakaian IMAN. Tapi kita juga sering lupa beli sabun tauhid untuk mencuci baju keimanan. Ini kami sendiri seperti ini. memalukan. kotor dan menjijikkan. Wajar jika Allah berkata jijik sebagaimana dalam ayat bahwa #innamal musyrikuuna najasa.- Sesungguhnya orang musyrik itu NAJIS. Astaghfirulloh......

Mulai dari Lillah dan Lirrosul dulu. dari sisi syariat saja. semoga katika dibukakan hidayah hakikat, jawabannya tetap dalam koordinat IMAN DAN BERTAUHID. sebab ada Iman tapi tidak bertauhid.
Apa bukti Lirrosul itu menyelamatkan Lillah ?
jawabannya antara lain :

* Manusia mengetahui perintah Allah sebab diajari langsung oleh Rosululloh walaupun manusia akhir zaman menggunakan kabel dan pengeras suara Ulama. Sebab yang melangsungkan risalah memang Para Ulama yang mebempati jabatan kabel dan sound systemnya. jika sumber suaranya A. tidak boleh berbunyi B. ( Ini mengandung Birrosul tapi tingkat syariat )

* Manusia beriman akan melaksanakan perintah Allah harus sesuai jejak tuntunan Rosul walaupun sistem palaksanaannya banyak menggunakan alat tulis berupa dalil atau kabar. baik itu kabar melalui Alqur'an dan Hadits, mungkin Qiyas atau Ijma' . 

Kenapa Qiyas dan Ijma' ? Sebab tidak semua manusia diberi kemampuan untuk menerima Arti kandungan Alqur'an dan hadits. Kalau bukan orang yang cerdas Rohani, tidak akan mampu menangkap ayat dan hadits kecuali hanya makna tersurat dan makna lughotan saja. 

* LIRROSUL di akhir Zaman, makin sedikit yang bisa menerima. apalagi LILGHOUTS. padahal manusia moderen itu tinggal tersisa akal fikirannya sementara Ruhnya sakit dan bahkan mati. jika beribadah menghadap Allah menggunakan fikirannya. jika bekerja menonjolkan perhitungannya dan me-nomorduakan Fadholnya Allah. 

* Jadi Tanpa menerapkan Lirrosul, (istilah Wahidiyah) mengikuti jejak tuntunan Rosul, akan bisa dipastikan ngarang sendiri walaupun sudah memiliki embel embel Ulama atau Kyai. Kecuali Ulama yang dibuka dan diberi kemampuan meyetarakan makna qiyas dan ijma dalam praktek peribadatannya. Sehingga Penjelasan jawaban dan ibadahnya memang Haq Minalloh wa Minarrosul. Jika sudah begini, bagi orang yang menolak dan memusuhinya akan terimbas laknat Allah sebab tidak mau bergabung dan tunduk kepada orang yang "An amta alaihim dan akibatnya masuk barisannya yang " Maghdhubi alaihim waladhdholliin. 

Sketsa LIRROSUL sementara cukup segini saja semoga setiap huruf dipenuhi jiwa dari tauhid itu sendiri. hingga pembaca tidak hanya melihat tulisan akan tetapi juga melihat yang menjadi sebab adanya tulisan. sebab jari jari penulis hanya potongan tulang dan kulit yang tidak mungkin bergerak dengan sendirinya. Alfaatihah.

Berikut ini Sketsa BIRROSUL yang sebenarnya BILLAH (istilah Wahidiyah)

Billah itu murni titah Allah tanpa ada campur tangan mahluk. justru mahluk menjadi obyek berjalannya titah Allah. Ketika kita menyadari bahwa semua gerakan jasmani manusia juga gerakan alam semesta itu digerakkan oleh Allah, maka manusia tidak memiliki hak sama sekali. ketika kita sadar bahwa jasad manusia itu hanya mayat. tentu kita menyadari bahwa tanpa adanya ruh yang berbuat, hanya ruh yang bekerja. atau dalam ayatnya bahwa Allah itu Nur Langit dan bumi, yang maksudnya adalah apapun termasuk manusia itu Nurnya Allah, maka sebenarnya yang berbuat itu sebenarnya Nurnya Allah sendiri. yang bergerak, berbicara, bekerja, yang menidurkan, mebgistirahatkan, yang menyehatkan, yang membuat sakit, yang berfikir , yang melihat, merasakan, mendengarkan dan seterusnya bukan upaya manusia. Segala sesuatu itu Nur. tentu manusia tidak ikut andil apa apa. justru manusia hanya alat yang tidak berarti apa apa tanpa gerakan dan perbuatan Nur itu sendiri. 

Kalimat Allah adalah Nur, itu belum sesuai jika kita pertemukan dengan salah satu ayat bahwa kita harus mengucapkan secara jelas dan tegas bahwa *Qul Huwallohu Ahad. kita akan bertentangan Ayat sebelumnya. Sebab Al Ahad itu berkenaan dengan Dzat. Sedangkan Nurnya Allah yang sudah disebutkan, sudah mengarah pada kehadiran Allah dalam Alam semsesta. yang awalnya alam semesta langit dan bumi ini tidak ada maka menjadi ada sebab kehadiran nur pada semesta Alam. kita akan menyadari bahwa Allah itu sendiri bukan Nur. mudahnya bahwa Nur itu cahaya yang menyebabkan terwujudnya alam semesta. Sifat Allah sendiri yang diperintah oleh Allah Dzat yang maha memerintah sehingga Sifat Allah sendiri yang diutus oleh Dzat Allah sendiri. atau bahasa ringannya bahwa Dzat mengutus sifat. atau Allah merosulkan sifatnya sendiri. maka makna rosul tidak menunjuk mahluk. makna Rosul menunjuk sifat Allah sendiri dalam manifestasi Nur.  

Secara ruhaniyah, kita bersaksi kepada Dzat dan Sifatnya. kesaksian kepada Dzat yang tidak tersusun dari suatu apapun. jika begitu bagaimana kita bersaksi kepada ketiadaan susunan ? sebagai ciptaan tidak mungkin akan menyaksikan ketiadaan susunan jika tanpa bantuan. ciptaan dalam menyaksikan dzat penciptanya tidak mungkin akan terjadi kecuali dzat pencipta itu sendiri yang menunjuk sifatnya sendiri tanpa bantuan siapapun. Allah bertitah menggunakan sifat. sebagai ibarat untuk membantu pemahaman kita bersama sebagaimana hati mengutus otak yang menjadi pengendali indra manusia. otak tidak pernah menolak perintah hati. Jika itu terjadi pada diri manusia, pasti terjadi cheos. terjadi ketidak beresan dalam tubuh kita. terjadi strooke.  terjadi ketidak seimbangan .

Kajian ini sebatas sebuah pendekatan. Oleh sebab itu kita perlu memahami bahwa pendekatan itu hanya sebuah upaya memperoleh penahaman. Maka kita jangan sekali kali terpku oleh pendekatan hingga kita metetapkan kebenaran berdasarkan pemahaman. Kita perlu menyadari bahwa pemahaman seseorang selamanya tidak bisa dipertanggung jawabkan kecuali Billah. Kecuali Birrosul. 

Semoga kita semua diberi Birrosul. Sehingga kita tidak pernah sekalipun menetapkan kebenaran di sisi Allah. Sesuatu akan benar jika Allah sendiri yang mebenarkan. Begitu juga kita akan salah ketika Alah sendiri yang menyalahkan.

Jazaakumulloh.

Minggu, 14 Juni 2015

ULAMA TIDAK BISA MENYERUPAI IBLIS

IBLIS DI AHIR ZAMAN BERWUJUD ORANG ALIM

Iblis adalah jenis ciptaan Allah serumpun dengan bangsa jin. Akibat penolakannya akan perintah Allah, dia dipanggil dengan sebutan iblis. Dalam menolak keputusan Allah dia memberontak dan tidak menerima jabatan Mbah kita Nabi Adam AS. 

Sebenarnya dia iblis itu ahli ibadah. Dia sudah menjadi hamba Allah puluhan ribu tahun. Bahkan dia sebenarnya pemimpin dari semua malaikat. Dia mengetahui semua celah permukaan bumi.dia bisa keluyuran dilangit bumi. Namun hanya sebatas alam bawah dari alam malakut. Sebelum dia dilaknat menjadi iblis, dia sudah biasa berkeliling di baitul makmur langit penyangga arasy. Dahulunya ketika menjadi hamba Allah, dia memiliki palenggahan palenggahan ( singhasana) di tiap langit hingga ketujuh langit. Sehingga dia sangat dihormati para malaikat dan bangsa jin. Tiap kali dia mengunjungi sebuah langit, dia diiringi oleh pengawalnya yang setia dan sangat banyak. Akan tetapi itu dulu sebelum dia memberontak dengan ketentuan Allah untu tunduk kepada mahluk baru yang diberi panggilan ADAM yang ditetapkan menjadi Kholifah dipermukaan bumi. 
Iblis itu sebenarnya rajanya malaikat yang asalnya dari golongan yang ditetapkan untuk mengabdi kepada Allah.

Dia mengetahui betul sebagai kholifah fil ardhi puluhan ribu tahun . Dengan diciptakannya ADAM, jabatan itu dicopot dan diberikan kepada ADAM yang berarti, mahluk lainnya menjadi bawahannya. Menjadi muridnya. Secara absholut, Mbah kita Adam AS memimpin semuanya termasuk malaikat harus tunduk dibawah kepemimpinannya.  Semua mahluk langit menjadi pembantunya. Menjadi pesuruhnya atas titah Allah.  

Yang demikian ini merupakan hukum Allah. Kemauan Allah tanpa ada campur tangan dan usulan mahluknya. 

Singhasana iblis yang sudah diambil oleh Allah dialihkan kepada  Mbah Nabi Adam AS merupakan tempat yang biasa dijadikan tempat pemujaan kepada Allah. (Bukan pemujaan seperti yang dibayangkan oleh manusia pada umumnya) 
Kebanyakan manusia beragama, yang disebut pemujaan adalah sebuah ritual keagamaan. Sedangkan singhasana dilangit, bahkan di bumi itu sebenarnya sebuah aktifitas pengabdian seorang hamba kepada tuhannya. Singhasana dimaksud adalah sebuah maqom atau kedudukan sebagai posisi dari kedudukan itu. Bukan sebuah tempat yang kemudian dikerumuni oleh orang untuk mengadakan pemujaan. 

Anak cucu  Adam yang naik ke langit dan berhasil naik, akan diberi kesempatan untuk ikut memilikinya dan menempati maqom maqom tersebut. Sebab itu juga derajat yang diberikan kepada Mbah Kita Nabi Adam AS beserta anak cucunya.

Langit yang satu dengan langit lainnya, merupakan batasan maqam dari tingkatan iman seseorang dihadapan Allah. Langit langit tersebut ditempati oleh Nabi Nabi sesuai makam kedudukannya di hadapan Allah sebagaimana telah digambarkan dan dijelaskan oleh Rosululloh SAW diberbagai hadits dan ayatnya  yang salah satunya dalam gambaran perjalanan beliau dalam Isra wal mi'roji. 

Anak cucu Mbah Nabi Adam AS berusaha menaiki tangga tangga langit yang sudah ada sejak dahulu namun banyak dan sangat banyak sekali yang tidak barhasil naik. Dan juga banyak yang tidak kuat naik, serta banyak yang mau naik akan tetapi, belum naik sudah tidak mampu menghadapi cobaan. Sebab Musuh Mbah Nabi Adam bukan kelas sembarangan. 
Dia Iblis mantan pemimpin para Malaikat. Para pengawal dan pengikutnya iblis  saja memiliki kemampuan luar biasa. Apa lagi anak cucunya.

Pengikut iblis yang hari harinya berada di alamya, bisa menyaksikan pergerakan anak cucu Mbah Adam AS. Mereka semua siap menghadang pergerakan/aktifitas peribadatan anak cucu Adam AS. 

Walaupun mereka sebenarnya tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa apa kepada anak cucu Adam AS selama dalam kondisi  HAQQON BI TUQOTILLAH, HAQQON BITAQWALLOH. Namun mereka tetap musuh nyata bagi kita anak cucu Adam. Mereka membuat lingkaran lingkaran disekitar kita hingga kita tidak bisa naik. 

Jika belenggu belenggu itu dibobol oleh anak cucu Adam, pasti mereka turun tangan dan jika perlu berhadapan langsung dengan kita.

Iblis dan keturunannya  mampu menyerupakan diri dalam bentuk semu/ bentuk tipuan. Mampu menyerupai  malaikat. Umumnya tampil dalam wujud berbagai binatang. Namun mereka Mampu tampil sebagai orang alim. Seperti ulama pada umumnya.  Mampu merubah waktu dan keadaan. 

Sering kita temukan dalam sejarah perjuangan anak cucu adam yang gagal diakibatkan oleh iblis dan antek anteknya. Lebih hebat lagi dalam perjalanan Syekh Abdul Qadil Al Jilaniy dalam munajatnya dihadang oleh iblis yang mengaku aku Tuhan. 

Junjungan kita sendiri pernah ditemui iblis dalam wujud orang Alim. Sahabat penjaga baitul mal beberapa kali ditemui bahkan iblis mengajari berdo'a kepada Allah agar baitul mal aman tidak dibobol maling sementara sahabat tersebut tidak mengetahui bahwa yang menemuinya itu. Adalah LA'IN 

Dalam kesempatan ini kami memohon maaf sekaligus mohon do'a restu junjungan kita Rosululloh SAW Wa Ghoutsi Hadzaz Zaman RA, semoga kita orang awam dilindungi dari segala bentuk tipuan iblis dan syaithan yang dilaknat Allah SWT. Kita orang awam tauhid sanyat mudah tergelincir. 

Orang awam seperti kami tidak bisa membedakan antara bimbingan iblis dengan bimbingan ulama.  Antara iblis dan ulama sulit dibedakan sebagaimana yang dialami sahabat nabi saat itu. 

Perjalanan menuju Allah betul betul banyak tantangan. Jika bukan sebab fadhol Allah, tidak akan ada anak cucu Adam yang berhasil naik. Jika bukan sebab syafa'at tarbiyah Rosululloh, tidak akan ada Ghoutsu Zaman. Tidak ada penerus perjuangan Rosululloh SAW. 

Anak cucu Adam akan tumbang di tengah jalan menuju Allah.  Kita yang berusaha memanjat ke langit, akan ditemui dua macam. Yaitu malaikat atau iblis. secara jasmani, akan bertemu Iblis berpenampilan Ulama sementara kita tidak menyadari.  

Alhamdulillah, Solawat Wahidiyah merupakan sarana satu satunya yang memang dita'lif menjadi amalan wushul yang mana sebagai washilunnya adalah shohibus syafa'ah sendiri yakni baginda Rosul Shollallohu 'alaihi wasallam. Semua kaum muslimin menyadari bahwa  Hanya junjungan kita Baginda Agung Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam yang tidak mampu diserupai. 

Alhamdulillah, kita diakhir zaman ini dikenalkan kembali ajaran sederhana namun menyelamatkan. Kita diberi Amalan Sholawat Wahidiyah beserta Ajarannya. Dengan cara TAQORRUBAN ILALLOH BIS SHOLAWATIL WAHIDIYAH.  Ajaran mendekat kepada Allah melalui Rosululloh SAW. Jika Perlu, kita tidak perlu berhadapan langsung dengan para iblis iblis itu. Ini sebenarnya belas asih Rosululloh SAW kepada pengikutnya  

Semoga diberi hidayah.

Jazaakumulloh

Sabtu, 06 Juni 2015

ULAMA BELUM TENTU AHLI DZIKIR

AHLI DZIKIR ITU PASTI ULAMA TETAPI ULAMA BELUM TENTU AHLI DZIKIR

Bismillahir rohmaanir rohiim
Assalamu'aaikun wr wb

Kata ULAMA berasal dari kata Al 'Alimu ( asmaul husna ) yang artinya mengetahui . Jika sifat Allah tersebut menunjuk kepada seorang hamba maka orangnya disebut Al 'Alim. Kita artikan dalam ungkapan bahasa kita dengan arti orang 'Alim. Dan kata Ulama itu bermakna Jabatannya dari sifat Allah sendiri  yang maha mengetahui yang telah dipancarkan kepada seorang hambanya. 

Jika kajian ini tentang tauhid, kita tetap harus dalam disiplin ilmu tauhid.
Yang mana dalam kajian tauhid tidak boleh keluar dari tauhid itu sendiri sementara kita sendiri harus meninggalkan tauhid. Sebab dalam kenyataan banyak terjadi penyalahgunaan. Banyak ahli ilmu ( orang menguasai ilmu ) belum  keluar dari sifat ilmu yang sebenarnya sifat Allah  yang Wahid. Sehingga sang ahli ilmu mengambil ilmu Allah dijadikan miliknya tanpa disadari. 

Mohon maaf. Di sini bukan kajian Nahwu, Shorof serta bukan ngaji tajwid. Jadi Kita cukup memahami maksud dan tujuannya saja agar kita tidak kehilangan arah dari tujuan. banyak dari kita yang membelanjakan waktunya demi mempelajari tajwid , Nahwu dan Shorof dan lain sebagainya namun lepas dari tauhid. Banyak kejadian dilapangan belum sepenuhnya siap menerapkan ilmu tersebut dengan porsi  dari Ilmu yang artinya mengetahui, maka yang mengetahui sebenarnya Allah sendiri. 

Kita tidak boleh berkata dalam hati dan jika memungkinkan juga secara lisan bahwa kita mengetahui . 
Orang yang awalnya tidak tahu sesuatu kemudian dia mempelajari sesuatu lantas dimengetahui sesuatu yang dipelajari tersebut. Secara susunan bahasa sudah benar. Secara akal aturannya juga sudah benar akan tetapi secara tauhid, ini salah besar. Sudah terjadi penyalahgunaan. 

Amalan Sholawat dan Ajaran Wahidiyah, dita'lif dalam rangka wushul kepada Allah. Oleh sebab itu, Pengasuh Perjuangan Wahidiyah mengingatkan pengamalnya agar berhati hati. Segala sesuatu harus ditauhidkan. Bukan untuk mengumpulkan bahan perbendaharaan kemudian kita miliki dan jika dibutuhkan untuk memenangkan  perdebatan.  

Jika memungkinkan, bagi kita orang awam terutama kami sendiri ini, hendaknya mempersempit ruang dan waktu diluar yang tidak ada hubungannya dengan meng_ESA_kan Allah. Memanfaatkan segala keadaan dan situasi hanya untuk wushul kepada Allah. Mempergunakan segala indra hanya untuk audensi kepada Allah dan Rosulnya. Hingga tidak ada ruang dan waktu yang tidak ditauhidkan. 

Ada sebuah fenomena dalam Alqur'an. Ayat ini ditujukan kepada kita terutama kami pribadi. Yang berbuyi #FAS'ALU AHLADZDZIKRI, FAINKUNTUM LA TA'LAMUUN. #arti bebasnya adalah : TANYAKANLAH KEPADA AHLI DZIKIR JIKA KAMU SEKALIAN TIDAK MENGETAHUI. 

Ini sebuah fenomena bahwa banyak orang mencari ilmu, akan tetapi menjauhi ahli dzikir. Secara tidak langsung, terjadi pemisahan antara ULAMA dengan AHLI DZIKIR . Kenyataan di lapangan, kebanyakan manusia tidak mendekati ahli dzikir dan justru menjauhi. Bahkan walaupun sudah terjadi pemisahan samar, yang aslinya tidak boleh terpisah, ULAMA ikut dijauhi orang. Sebab konotasi ulama, hanya seseorang yang memiliki ahli bidang agama saja. Maka arti ulama makin sempit dan makin sempit dan lebih parah lagi, muncul persepsi bahwa para ulama itu hanya mengebiri kebebasan. 

Sehingga keadaan di ahir zaman ini, bahwa. Al 'Alim atau Ulama' yang tentunya ahladz dzikry, sedang mengalami keadaan yang berbeda dengan ayat tersebut. Dalam ayat tersebut menekankan bahwa perkara apapun yang menjadi persoalan yang menjadi sebab ketidak tahuan kita, hendaknya kita bertanya kepada ahladz dzikry. Kepada ahli dzikir. Namun seperti apakah ahli dzikir itu ? 

Banyak dari kita orang awam, maksudnya kami sendiri . Orang kecil yang tidak tahu apa apa. Kemudian mendekat kepada seorang ulama. Tentu membawa segudang harapan. 

Idealnya, menurut hemat kami yang tidak mengenal Allah. Tidak tahu apa apa tentang ketuhanan, ketika mendapatkan persoalan persoalan hidup, urusan apapun dalam kehidupan, kemudian mencari dan mendekat kepada ahli dzikir, maka persoalan tersebut akan terselesaikan atas idzin Allah tentunya. Sebab ayat tersebut juga perintah Allah. 

Oleh sebab itu, kita sangat perlu sekali mengupayakan terutama memohon untuk dipertemukan dengan ahli dzikir yang sesuai dengan maksud ayat tersebut.  Seorang ahli dzikir yang memang diberi tugas menyelesaikan perkara mahluk. Seorang ahli dzikir yang bertugas mengatur urusan dan kesusahan ahli dunia.  Jadi bukan sekedar ulama yang ahlul ilmu. Bukan sekedar ulama yang mengetahui perkara kehidupan sementara tidak diberi tugas menyelesaikan perkara kehidupan ahli dunya. Kalau ahli ilmu saja sangat banyak dipermukaan bumi.  Akan tetapi ahli dzikir, lebih menunjukkan kepada kita dalam mengatasi perkara hidup dengan menjadikan sebab bagi orang awam Allah ini diberi tahu , dibimbing mengingat dan mendekat kepada Allah. Banyak ahli ilmu yang tahu perkara hidup tapi tidak menyelesaikan persoalan hidup dihadapan Allah. 

Sebab kenyataan itulah bahwa : AHLI DZIKIR ITU PASTI ULAMA TETAPI ULAMA BELUM TENTU AHLI DZIKIR. Maksudnya seorang ulama yang ahli dzikir dan bisa mengantarkan perkara mahluk/ hajad mahluk kepada Allah. Tentu ulama yang warotsatul anbiya. Ulama yang berjiwa kenabian. Ulama yang " AMRIL KHOLAAIQU". Ulama yang diberi tugas berbuat untuk mahluk.  Ulama yang amruhu idzaa aroda syaian bersamaan dengan irodah Allah. Yang merupakan Rijalalloh. Ulama yang dijadikan jago oleh Allah . Ulama yang aghitsuna yang didampingi malaikat murdhifiin. Yang mana kesemuanya itu Billah. semua Binafsillah au Biidznillah. 

Dalam hal ini kita akan menemukan berbagai macam orang alim. Ada ALIM BI ILMIHI yang kealimannya sebatas ilmunya saja. Ada ALIM BILLAH FAQOD  yang kealimannya sudah sesuai hukum hukum Allah namun belum menjadikan orang lain terangkat kealimannya. Ada ALIM BILLAH WABIL AHKAMILLAH. 

ALIM BILLAH WABIL AHKAMILLAH inilah yang dimaksud AHLADZ DZIKRY. Kealimannya sebab diberi Alim oleh Allah untuk merawat mahluk. Siapapun yang datang menghadap kepadanya, hajadnya dianterkan kepada Allah dan Rosulnya. Yang mana perintah Allah untuk menghaturkan hajad dan persoalan hidup dihadapan Allah akan teratasi atas kehendak Allah. 

Wassalamu'alaikum wr wb

Selasa, 12 Mei 2015

MA'RIFAT KEPADA ALLAH BUKAN SEBAB ILMUNYA


FADHOL ALLAH DIBERIKAN KEPADA YANG DIKEHENDAKI

Bismillahir rohmaanir rohiim
Assalamu'alaikum wr wb


Kesadaran hamba kepada Allah, merupakan keadaan kondisi rohani dalam keadaan frekwensi tinggi.

 Ibarat sebuah getaran nada, ada yang disebut BAS - BARITON - TENOR .

Getaran atau Frekwensi rendah disebut Bas. sebab jarak interval dari nada bas itu jarang atau melebar. Dengan kata lain, garis penyimpangannya jauh. jika pada sebuah gitar, keadaan talinya kendor. walaupun nadanya ditinggikan, dia tetap menghasilkan suara bas. walau didekatkan dengan ujung talinya, intervalnya masih besar. garis penyimpangannya juga masih besar. hanya nadanya saja yang tinggi. getarannya tetap tergolong rendah dan tidak bisa melengking. alias nggeber.

Berbeda dengan Bariton. Bariton ini intervalnya lebih kecil. garis penyimpangannya sedikit jika dibandingkan dengan Bas. Dia tidak terlalu kendor. getarannya lebih cepat.

Yang paling sedikit intervalnya dan paling sedikit garis penyimpangan adalah Tenor. dia hampir tidak menyimpang dari garis talinya. apalagi ketika tali gitar itu dipetik makin dekat dengan ujungnya, dia makin sedikit intervalnya. hampir tidak terjadi penyimpangan sama sekali. dia bisa melengking. jika makin dekat dia makin melengking. Makin cepat getarannya. Dalam sekali petik dia bergetar ribuan bahkan jutaan kali. 

kecepatan frekwensi gitar ini bukan sebab baik buruknya tali gitar. bukan sebab mewahnya atau harganya tali. biarpun mahal harga talinya tetap tidak ada hubungan dengan frekwensi getarannya. sebab ketinggian frekwensi itu ditentukan oleh berapa banyak intervalnya tiap detik. makin kencang talinya makin tinggi frekwensinya dan makin sedikit intervalnya hingga getaran per detiknya ribuan kali dan bunyinya melengking dan makin melengking lagi jika didekatkan atau dipendekkan jaraknya . 

Haaah. ini kalau bukan ahli musik, tidak tahu soal ini. kalau hanya memahami ilmunya saja mungkin kurang memahami tentang ini. Sebab tidak ikut merasakan getaran tali gitar itu sendiri. walaupun tidak mempelajari ilmu musik, dia tahu dan merasakan betul ketinggian getarannya tali. dia merasakan langsung dan bersentuhan dengan tali gitar. sebaliknya, orang yang mempelajari ilmu bunyi, ilmu getar, bahkan ilmunya musik, dia tetap tidak bisa dikatakan ahli. Orang ini hanya pandai bercerita. cerita ilmiah tapi tidak bisa mengilmiahkan. Bahkan dia tidak boleh disebut faham musik . Walaupun dia mengaku faham dan cinta musik , dia tetap bukan orang yang faham musik akan tetapi dia hanya faham ilmu tentang musik. Dia tetap bukan orang yang ahli ( sadar ) kepada musik.

Sebagai contoh lain lagi yaitu sebuah detak jam. jika jarumnya panjang, maka dia membutuhkan gerigi gear yang lebih besar dan gigi geriginya jarang. tiap getigi menghsilkan detakan bunyi yang jarang. makin panjang jarumnya, maka makin besar geriginya dan makin jauh interval bunyinya. TAK TIK TAK TIK. Bunyinya makin jarang dan tidak bisa berdentang tiap detik. mungkin beberapa detik baru berdentang. Berbeda dengan jam yang roda gerigiya kecil dan jarumnya pendek. makin kecil rodanya makin banyak geriginya, semakin halus bunyinya maka semakin cepat detak bunyinya. jika perlu, tidak ada detakan lagi sebab geriginya makin rapat hingga tampak tak bergerigi. makin tinggi frekwensinya. hanya suara halus tanda berputar.  

demikian juga dengan keadaan hati manusia. makin dekat kepada Allah, makin banyak ingat dan makin banyak dzikirnya makin bergetar hatinya makin sedikit penyimpangannya dan makin sedikit perbuatan dosanya bahkan tidak sama sekali berbuat dosa. ketaatannya makin tinggi. makin sempurna ketaqwaannya. interval dzikirnya makin cepat. banyak para kekasih Allah, berdzikir setiap detik. ada yang tiap setengah detik, ada yang seper sekian detik sebagaimana getaran tali gitar yang mampu bergetar ratusan hingga ribuan kali perdetiknya. dan yang paling sempurna, seorang hamba senantiasa berdzikir secara daaiman. nonstop tak bisa dihitung berapa kali perdetiknya. Jika kita melihat getaran tali gitar, mampu bergetar ribuan kali perdetiknya, sudah barang tentu, getaran hati manusia jauh lebih kuat dan lebih cepat secepat pergerakan kilat. Getaran hati manusia tidak mampu dideteksi oleh alat. kalau fikiran masih bisa diukur menggunakan alat yang sesuai. sebab dia tidak mau jauh jauh dari detak jantung . gerak dan getaran pikiran manusia saja sudah melampaui getaran tali gitar. Gerakan getaran pikiran manusia mampu menggerakkan jasad. hingga gerakannya makin halus dan makin halus dan terkontrol oleh akal pikirannya dan menciptakan gerakan. ketika sakit, getarannya menurun. Tapi kalau getaran hati belum ditemukan. karena sulitnya mengungkapkan getaran hati, hingga bahasa kelakarnya ada yang mengatakan bahwa gerakan getaran hati itu hampir sama dengan yang menciptakan. tapi bahasa kelakar ini tidak pantas diteruskan. satu detik di satu tempat, satu detik bisa dibumi belahan lain. bisa menerobos hingga ke alam lain. 

Jika sudah pada tataran iman paling tinggi, ( Iman Musyahadah ) maka dzikirnya sudah tidak menjadi acara. Ketaatan dan ketaqwaan sudah tidak menjadi acara. apa lagi ilmunya. sebab ilmu ilmu itu adalah rambu rambu yang menjadi acara ketika berangkat berjalan menuju Allah. manusia jenis ini sadar ( makrifat ) kepada Allah. mengerti hukum agama, menyadari hukum Allah.

Pada tataran iman musyahadah, makrifat puncak tertinggi, mahluk tidak jadi acara. dia menyadari betul bahwa ilmu itu mahluk. Dzikir juga mahluk. taat maupun taqwa juga mahluk. semuanya itu hanya mahluknya Allah yang diturunkan ke dalam hati manusia untuk memerbaiki prilaku ubudiyah seorang hamba. Sudah barang tentu, pada tataran iman Musyahadah, mahluk mahluk Allah yang berwujud ilmu, berwujud dzikir, wujud ta'at, wujud taqwa dan lain sebagainya tetap melekat pada diri hamba tersebut. Namun semua itu tidak lagi menjadi acara baginya. Acara baginya hanya Allah. justru kondisi inilah Ilmu Allah yang diterimanya makin meningkat. amalnya meningkat, ibadahnya meningkat. ketaqwaannya berlipat ganda walaupun sudah tidak menjadi acara. Dia sadar betul bahwa mahluk termasuk dirinya itu diciptakan dan digerakkan Allah. ( wallohu kholaqokum wamaa ta'maluun )
dia pelaku Alqur'an dan Hadits. hamba ini sebenarnya refrensi utama alqur'an dan hadits bagi hamba Allah yang lain namun kebanyakan manusia jadi pangling kepadanya. Sebab alqur'an dan hadits Rosululloh itu bersifat sirri sirri yang tidak mudah ditangkap oleh semua orang kecuali mendapatkan hidayah. orang yang mahjub bisyumusyil ma'arif akan silau kepada orang tersebut hingga banyak yang miskil dan tidak bisa menerima ungkapan ungkapan mutiara yang terlontar dari lisannya.

Sangat jauh berbeda dengan orang yang belum sadar ( makrifat ) kepada Allah. Dia masih mengandalkan ilmunya, bagi yang mencari ilmu. semua ditata rapi oleh ilmunya. hidupnya diatur oleh ilmu. Dia mengandalkan kitab kitab yang dipelajarinya. Dia mengandalkan ilmu makrifatnya jika dia mendalami ilmu makrifat. Dia mengandalkan amal bagi yang suka beramal. Dia mengandalkan keahliannya jika dia memiliki. Bahkan mengandalkan kalkasinya jika dia ahli pergitungan. Dia mengandalkan hartanya jika doa kaya. Sehingga dia dikendalikan oleh ilmunya. Jika dalam Alqur'an dan hadits tidak tampak secara leksikal, secara alih bahasa, dianggap tidak benar. sebab secara bahasa tidak tertranskrip. Dia tidak dikendalikan oleh Allah tapi dikuasai ilmunya tapi tidak disadari. Semoga semua diberi hidayah. Aamiin.

Semoga kita dibuka kesadaran bahwa seseorang itu selamat bukan sebab ilmunya. kita masuk surga bukan sebab ilmu yang ada pada kita akan tetapi sebab FADHOL ALLAH . kalimat ini semoga tidak diplintir. sebab keadaan iman yang dikendalikan ilmu itu sangat erat dengan pikirannya. Sehingga diputar balikkan oleh pikirannya hingga tumbuh kalimat bahwa jika kita masuk surga sebab fadhol Allah berarti tidak perlu aqidah. Nah ini namanya memutar balikkan. memlintir tauhid dianggap shirik dan shirik dianggap tauhid. 

Semoga kita semua tanpa terkecuali senantiasa diberi taufiq hidayah Allah subhanahu wata'aala. diberi syafa'at tarbiyah Rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan diberi jangkungan do'a restu para kekasih Allah khushushon beliau shultanul auiya au Ghoutsi Hadzaz Zaman Rodhiyallohu Anh. Aamiin yaa tobbal 'aalamiin.

wassalamu'alaikum wr wb.

Rabu, 06 Mei 2015

BERTEMU ROSUL DALAM SURAH ALFAATIHAH

Bismillahir rohmaanir rohiim

Ashsholati was salamu' alaika Yaa Sayyidii Yaa Rosulalloh. Adriknii warobbinii.

Semoga kajian ini betul betul menjadi sebab terbukanya taufiq hidayah Allah SWT. Untuk itu kita perlu senantiasa menerapkan takdziiman ikroman wa mahabbatan hingga beliau shollallohu alaihi wasallam berkenan mencurahkan syafa'at dan tarbiyahnya.
Surah al fatihah, dikenal sebagai surah pembuka. Juga dikenal sebagai ummul qur'an. Kandungan pokok dari Alqur'an. Bahkan kandungan dari berbagai sirri sirri al qur'an.
Sebagaimana kita ketahui bersama secara harfiyah surah al fatihah memiliki tujuh ayat yang diawali dengan kalimat BISMILLAHIR ROHMAANIR ROHIIM sebagai ayat pertama. Diakhiri dengan kalimat "GHOIRIL MAGHDHUBI 'ALAIHIM WALADH DHOOLLIIN"
Kali ini kita sedang memohon kepada Allah untuk diberi bisa bertemu Rosul dalam kandungan surah alfatihah. Oleh sebab itu hendaknya kita senantiasa memusatkan perhatian hanya kepada Allah. Kita perlu menerapkan *LAA MAUJUDA ILLALLOH* Kita perlu senantiasa menerapkan bahwa tidak ada yang wujud kecuali Allah. Jika kita belum diberi bisa menerapkan tidak ada yang wujud kecuali Allah, paling tidak kita yakini dulu bahwa semua yang ada termasuk diri kita ini wujud sebab diwujudkan oleh Allah. Jika sudah kita yakini betul minimal kita sedang dalam kekuasaan Allah. Semua perwujudan sabab Allah. Sebab Rohman yang tak terhingga atas nama Allah yang maha pengasih lagi penyayang.
Di sini kita bersama sama memohon do'a restu semoga baginda Rosul berkenan memperkenalkan diri kepada kita melalui kedudukan beliau sendiri di samping Allah. Yang mana beliau tidak berdiri sendiri tanpa kehendak Allah sendiri. Justru sebab #QUDROH kehendak Allah beliau berdiri.
Atas #IRODAH Allah beliau beliau berbuat.
Sebab #WUJUD Allah beliau menjelma. Atas #WAHDANIYAH Allah beliau menjadi AL WAHID.
Akibat dari #AHADIYAH Allah beliau menjadi #WAHIDIYAH.
Dengan Wahidiyah maka mahluk senantiasa memiliki sifat ketergantungan - #SHOMADIYAH HAQIQI.
Oleh sebab itu kita diwajibkan senantiasa berdepe depe. Senantiasa nglesot ( #TAQORRUBAN BIL MULAIM WAL IFTIQOR ) ke pangkuan beliau. Jika bukan karena #IMDAD Allah kepada seluruh alam, termasuk kepada kita semua, tentu kita sudah binasa dan masuk golongan #ALMAGHDHUB.
Dalam bacaan #BISMILLAHIR ROHMAANIR ROHIM" Secara alih bahasa ringan kita diberi arti " Dengan menyebut asma Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Disini Allah subhanahu wata'aala memperkenalkan diri dengan asma. Yaitu ASMA UL A'DZOM ALLAH. (NAMA YANG AGUNG YAITU ALLAH).
Pendekatan di sini kita menekankan pada Ismmuhu. Bi Ismuhu. Dengan Nama pengganti sebagai sebutan Allah. Jika kita sudah diberi pemahaman makna harfiyah dari nama pengganti, ini adalah Nama sebuah alias. Nama sebutan untuk mewakili dari pada yang diwakili. Yaitu Asma Allah.
Jadi bukannya tidak boleh kita menggunakan nama sebutan yang lain? Tentu boleh selama nama sebutan itu memenuhi syarat untuk mewakili yang diwakili dan tidak bertentangan dengan Nash dalam kitab kitab yang diturunkan kepada Nabi Nabi. Jika ada suatu kaum memiliki nama sebutan tertentu sebagai pengganti dari Allah, itu sah sah saja dalam kontek maksud. Namun sejarah panjang generasi manusia, dari sejak awalnya manusia hingga sekarang, nama sebutan selain Allah belum mampu mewakili sifat apalagi dzat Allah, Nama pengganti dsri sang maha segalanya dengan sebutan nama #ALLAH# sudah diterima oleh pendahulu dan para pembawa agama samawi. Pembawa agama langit istilahnya, yaitu agama semua para nabi sejak manusia pertama hingga nabi nabi generasi manusia sesudahnya. Untuk agama bukan samawi, semuanya merupakan nama sebutan secara lokal yang sifatnya untuk mewakili nama dari sang pencipta. Contohnya :
orang Yahudi menyebut nama sebutan sang pencipta dengan sebutan YAHVEH.
Orang hindu menyebut dengan Hyang widhi wasa.
Orang jawa menyebut dengan gusti kang murbeng dumadi atau kita menyebutnya dengan istilah Tuhan. Semua nama nama sebutan itu maksudnya untuk mewakili nama sebagaimana kita menggunakan sebutan Allah.
Nah. Sampai disini apakah kita sudah menemukan yang dimaksud? Jawabnya belum. Sebab sejak permulaan dari kajian ini kita masih berputar putar saja
 kita masih berkutat pada tingkat asma atau nama atau sebutan. Ibarat orang mencari sesuatu, orang itu baru mengenal sebutannya saja. Orang itu baru mengetahui istilahnya saja. Orang itu baru mengetahui panggilannya saja sebagai alias dari sesuatu yang dicarinya akan tetapi belum menemukan barangnya. Jika barangnya belum ditemukan pasti semuanya teka teki. Jika sesuatu atau barangnya belum dibuktikan keberadaannya, maka orang itu belum menemukan yang dicari. Alias dia masih meraba raba. Alias dia tidak bisa mempertanggung jawabkan kepada dirinya sendiri apalagi kepada orang lain akan apa yang dicari. Dia kesana kemari mempertanyakan hingga memperkenalkan nama sebutan kepada orang sementara dirinya sendiri sebenarnya tidak mengetahui seperti apa barangnya. Dia ke sana kemari tidak menemukan apa apa kecuali nama panggilan saja. Dia kesana kemari melafalkan kalimat tanpa mengetaui seperti apa barangnya. Atau dia kesana kemari melafalkan asma Allah tanpa mengenal seperti apa Allah itu. Atau dia kesana kemari hanya melantunkan Kalimat thoyyibah yang sebenarnya masih dalam membayangkan arti dan makna kalimat yang dibunyikan.
Lalu apa kita salah ke sana kemari melantunlan asma Allah ? Tentu tidak salah. Bahkan itu perintah. Namun betapa sempurnanya ketika kita diperintah lalu kita menyadari akan perintah itu sendiri. Sebagaimana kita bekerja kemudian kita menyadari maksud dan tujuan dari bekerja itu sendiri. Sebagaimana kami menulis seperti saat ini, kemudian kami menyadari maksud dan tujuan kami menulis. Ini namanya koreksi diri sendiri. Jika kami menulis ini maksud dan tujuannya tidak jelas, maka hasilnya juga tidak jelas.
Sebelum melangkah terlalu jauh, maka tulisan inipun perlu dibuat kerangka maksud dan tujuan sesuai dengan judulnya.
Judul kajian ini adalah BERTEMU ROSULULLOH DALAM SURAH ALFATIHAH. Maka maksud dan tujuannya tiada lain adalah sadar mengabdikan diri dengan cara memohon dibuka kesadaran akan kedudukan Rosululloh di samping Allah sebagai permohonan kesadaran yang sempurna akan syahadat risalah yang sudah kita yakini. Jika kita mengaji atau menulis itu maksudnya untuk selain kesadaran menghambakan diri, maka tujuannya akan lain dengan kehendak Allah. Bisa jadi kita bertemu Rosul akan tetapi tidak sesuai. Bisa bisa kita suul adab. Sama halnya syetan. Dia bukannya tidak mengenal Allah, bahkan dia tahu bahwa Allah sang pencipta alam. Namun dia suul adab. Dia menyombongkan diri di hadapan Allah dan Rosulnya hingga disebut tidak sadar.
Dalam kalimat #BISMILLAH kita mengawali permohonan dengan memohon bimbingan. Sambil apapun kita, hendaknya senantiasa berdepe depe. Senantiasa mulaim hingga menyungkurkan diri di hadapan Allah dan Rosulnya. Ini merupakan salah satu dari sekian banyak syarat bertemu dengan yang lebih tinggi hingga paling tinggi keddudukannya. Oleh sebab itu pikiran dan perasaan kita pusatkan hanya kepada Allah.
Kalimat Bismillah, terdiri dari lafal BI - ISMU - ALLAH . Lafal BI sebenarnya sebuah kalimat yang apabila diterjemahkan, tidak akan ada habisnya. Begitu juga dengan lafal lafal lain
nya. Dalam kajian ini kita memohon dibuka pintu menuju Allah melalui lafat #ISMU. Secara alih bahasa, Ismu berarti Nama. Sebutan pengganti Allah . Nama panggilan yang mewakili Allah. Allah yang maha Esa. Allah yang Tunggal. Allah Maha Esa sifatnya dan Allah yang tunggal Dzatnya. Wahid bisifatihi dan Ahad bidzatihi. Asma Allah yang WAHID DAN AHAD.
Wahid bisifatihi bahwa Allah itu Maha Esa sifatnya yang berbilang serta bilangan dari sifat Allah tidak dimiliki mahluk. Sehingga sifat dari mahluk senantiasa kebalikan dari sifat Allah. Hanya sifat Allah saja yang berhak memilikinya. Selain Allah tidak berhak dan tidak akan memilikinya. Sifat berbilang ini sebanyak bilangan yang hanya diketahui oleh Allah sendiri .
Sifat Allah yang sebenarnya tidak bisa dihitung namun hanya Allah yang memiliki. Misalnya salah satu sifat ke-esa-annya yaitu ( Asma ) WUJUD. Selain Allah tidak memiliki sifat wujud. Selain Allah pasti wujudnya sebab diwujudkan. Sehingga selain Allah tidak mungkin akan wujud jika tidak diwujudkan. Oleh sebab itu sifat wujudnya Allah itu Esa. Sifat wujudnya Wahid. Sifat Qidamnya Allah juga Wahid. Demikian juga dengan sifat Baqo, Mukholafatu Lil Hawadits dan seterusnya semuanya Wahid. Semuanya Esa sebagaimana tertuang dalam ASMAUL HUSNA. Tidak ada ciptaan yang bisa menyamainya. Tidak ada mahluk yang memiliki sifat ke-esa-annya.
Dari sini kita diberi tahu bahwa sifat itu merupakan perwujudan atau manifestasi yang mewakili wujud itu sendiri. Sifat itu sendiri adalah wakil dari yang disifati. Dengan bahasa tegas bahwa sifat itu diperintah untuk mewakili yang disifati. Sifat itu mewakili sebab diperintah ( Qohhar ). Sehingga sifat itu menempati jabatan yang diperintah atau yang diutus. Sifat itu diutus oleh yang mengutus secara absolut. Secara haq bidzatihi. Secara otomatis tanpa harus diupayakan.
Sebagai contoh bahwa gula itu manis. Yang manis itu bukan gulanya, akan tetapi sifat dari gula itu yang manis. Dzat gula yang tidak memiliki rasa apa apa secara otomatis memerintahkan sifat manis untuk memenuhi perwujudan gula untuk menjadi manis secara absolut dengan sifat yang memaksa berupa Qohhar hingga di Qodar. Ini bukan kemauan gula akan tetapi kemauan dzatnya gula sehingga sifat itu hadir memenuhi gula atas kemauan dzat gula itu sendiri. Maka dengan hadirnya sifat gula kepada gula hingga menjadi sebab manisnya gula. Di sini sifat manis menduduki jabatan yang diperintah atau diutus ( Rosul ) dan dzat gula itu sebenarnya tidak ber bentuk, tidak bersusunan apa apa. Dzat gula tidak membutuhkan bantuan sifat gula dan justru sifat gula itu tersusun dari berbagai macam sifat yang sifatnya justru mewakili kedudukan dzat gula itu sendiri. Hanya saja dalam kajian ilmiah tentang istilah Dzat terjadi penyalah gunaan antara Dzat dan Sifat sebab dibaca dan diteliti menurut hukum kebendaan . Secara ilmiah, diteliti menggunakan hukum mahluk dan keluar dari tauhid. Sebab yang mengkaji ilmiahnya kebetulan bukan orang yang meng-esa-kan Allah namun diterima dan disahkan oleh sebuah kompetensi. Kompetensi non tauhid. Kompetensi yang merusak iman tapi tidak disadari. Mestinya Dzat itu bukan benda, bukan rasa, bukan warna, bukan susunan maupun unsur kebendaan. Sebab soal rasa maupun warna itu adalah sifat dari kebendaan. Sejak dari sini, soal nama dan sebutan sudah terjadi kerusakan tauhid.
Kita perlu waspada dengan ilmu dan kajian ilmiahnya. Soal sifat dan dzat bukan milik mahluk. Sifat manisnya gula itu bukan miliknya gula. Akan tetapi milik Dzat gula.
Kita perlu menyadari bahwa gula itu manis sebab hadirnya sifat manis yang diutus oleh Dzat dengan sifat Qohharnya hingga dhahir kepada gula. Hal ini sebagai contoh ibaroh bagi kita yang diberi akal fikiran.
Pendekatan ilmiah yang kita terima sebagai pengertian secara maknawiyah bahwa seluruh Asmaul khusna yang diperkenalkan kepada kita merupakan sifat Allah yang maha Esa yang mana sifat itu menduduki jabatan sebagai utusan Allah dalam mewakili tugas Allah sendiri dalam memanifestasikan existensi Allah sendiri. Bukannya Allah meminta pertolongan kepada sifatnya akan tetapi sifat Allah yang dipergunakan oleh Dzat Allah hingga sifat itu diberi bisa mewujudkan kehendak Allah kepada alam semesta.
Insyaallah pendekatan ini sudah mengajak kita untuk berkenalan dengan sifatnya secara ilmiah. Selebihnya ditentukan oleh Dzat bagaimana sifat yang senantiasa diutus ini hadir kepada semua ciptaan. Hadir kepada mahluk. Hadir memberikan warna, rasa dan bentuk yang seindah indahnya kepada setiap mahluk termasuk kita para manusia. Tanpa hadirnya sifat yang kesemuanya disebut Nur yang menjadi cikal bakal segala ciptaan. Tanpa adanya Nur, kiranya tidak akan ada warna ciptaan. Yang perlu menjadi catatan penting bahwa segala kejadian apapun pada langit dan bumi sebab Nur dan jangan sampai salah penafsiran bahwa yang menciptakan langit dan bumi ini adalah Nur akan tetapi alam semesta yang dimaksudkan Allah sebagai langit dan bumi ini diciptakan menggunakan Nurnya Allah sendiri yang sebagaimana yang tertuang dalam alqur'anul kariim surah an nuur ayat 24 dan seterusnya.
Dikarenakan ini ranah hidayah, maka tanpa hidayah, manusia akan tertutup oleh Nur. 

Berlanjut
Semoga diberi hidayah
Wassalamu'alaikum wr wb

Minggu, 26 April 2015

BELAS ASIH MENGALAHKAN KEMURKAAN

BISMILLAHIR ROHMAANIR ROHIIM

BELAS ASIH ALLAH SENANTIASA MENGALAHKAN KEMURKAANNYA.
Sebelum kita melangkah terlalu jauh, kita perlu mengoreksi diri kita sendiri terutama. kita koreksi keluarga kita khususnya. dengan tujuan, semoga kita betul betul terbuka taufiq hidayah yang sempurna hingga diberi keselamatan fid diini wad dun'ya wal aakhiroh. Aamiin.
sementara ketika kita tengok lebih ke dalam, betapa banyak kedzaliman kedzaliman yang kita lalui. Dzalim kepada diri sendiri, kita senantiasa menganiaya diri sendiri. kita paksakan diri kita menuruti dan memperjuangkan kesenangan kita. Membela mati matian demi terpenuhinya hajad kita. Kita sering menyusahkan dan tidak berbakti kepada orang tua, kepada kerabat, kita kurang sesuai, kita perlakukan sahabat tanpa rasa hormat dan tidak sesuai tuntunan Allah dan rosulnya. bahkan tanpa henti berbuat dzalim kepada mahluk ciptaan Allah pada umumnya.
Semua kedzaiman kedzaliman ini merupakan dosa dosa yang menjadikan sebab penghalang sekaligus siksa dan murka Allah dan Rosulnya. Siksa dunia terutama siksa akhirat. Siksa dunia berupa kesulitan kesulitan hidup, berbagai musibah, terutama musibah Iman. Musibah dijauhi oleh Allah dan Rosulnya . Jika tidak segera di sadari dan ditobati, ini akan berdampak keras sekali bagi kehidupan kita.
Jika kita tengok sifat Adil Allah, tentu kita akan ngeri dan ketakutan. Kita tidak akan sanggup menerima keadilan sebab jika ditimbang antara kebenaran dan ketaatan yang kita lakukan sangat tidak sebanding dengan kedzaliman. Bahkan semua bentuk peribadatan kita masih belum ada satupun yang murni semata mata menghambakan diri kepada Allah. sangat jelas ibadah kita ada campuran lain. banyak muatan muatan lain diluar penghambaan.
Ketika kita berbuat sesuatu, belum 100% atas dasar perintah Allah. masih ada muatan lain yang mendasari perbuatan kita. masih belum murni mengabdi kepada Allah. Kita bangun tidur dan berbuat sesuatu belum kita niati melaksanakan perintah Allah. bahkan bangun tidur itu sendiri sudah niat lain. niat supaya segera siap berangkat bekerja. atau niat supaya segera sampai di tempat pejerjaan bagi yang bekerja. Ada yang niat supaya tidak terlambat ke sekolah bagi pelajar. Ada yang niat supaya sehat bagi yang berolah raga. bahkan masih ada yang niat supaya urusan dunianya lancar , lalu melaksanakan sholat kemudian siap siap melaksanakan tugas rutin yang sudah dia kerjakan bertahun tahun. walaupun sudah kita sadari bahwa sholat niat melaksanakan perintah Allah, namun muatan muatan tersebut masih selalu membayangi perbuatan dan sholat kita. membanyangi ibadah kita.
semua bayangan itu membayangi dan merusak kemurnian dan keaslian dari peribadatan kita. Sehingga Allah tidak sudi menerima ibadah kita yang masih ada campuran itu. Allah menolak ibadah kita yang masih ada muatan lain itu. ibadah apapun yang tidak murni diniatkan mengabdi kepada Allah dan masih ada muatan lain, tentu Allah menolak. sebab selain menghambakan diri semurni murninya kepada Allah, maka akan tertolak. sebab selain #ILLA LIYA'BUDULLOHA MUHLISHIINA LAHUDDDIN KHUNAFA, ..... * Maka semua akan tertolak. semua akan sia sia. Kemurnian itu tidak bisa diukur. ketika betul betul murni tanpa ada campuran sama sekali, barulah akan disebut ihlas. Selama ibadah masih ada muatan muatan lain, baik ingin sorga atau lepas dari siksa api neraka masih belum bisa dikatakan ihlas. Selama masih ada muatan supaya dapat penghasilan dalam bekerjanya, maka masih belum bisa masuk kategori kerja yang ihlas. Sebab dalam bekerjanya masih diatur oleh penghasilan. Selama masih ada muatan supaya dianggap alim dalam berda'wah, masih belum bisa disebut ihlas walaupun kajiannya tentang ihlas. Semua aktifitas akan tertolak dan akan menjadi siksa dan murka.
Kita perlu menyadari bahwa seorang hamba sejati, tidak berani meminta upah. tidak berani melirik sesuatu yang menjadi milik tuannya. Seorang hamba tidak akan melaksanakan sesuatu diluar pantauan tuannya. bahkan segala gerak geriknya merupakan tindakan atas restu kemauan tuannya. Tidak ada niatan atau tujuan untuk dirinya sendiri. sebab dia tahu betul sebagai sahaya. dalam hal ini setiap manusia adalah sahaya dari Allah. tidak pernah ada sahaya yang meminta sesuatu kepada tuannya yaitu Allah subhanahu waya'aalaa. justru dia tahu betul apapun yang dikerjakan adalah modal dan pemberian Allah. Namun kita ternyata tidak begitu sama sekali.
kita sholat, puasa, zakat , Haji dan semua ibadah kita masih ada campuran muatan pribadi agar tidak masuk neraka dan muatan nafsu agar masuk surganya Allah. Kita hendaknya menyadari betul bahwa sholat itu sendiri merupakan perintah dan sekaligus modal dan pemberian. Makan itu sendiri sebenarnya perintah, sekaligus modal dan sekaligus pemberian. Tidur dan semua aktifitas sebenarnya juga begitu.
Sebagai Ibarat anak kecil, disuruh beli gula gula oleh orang tuanya, dia minta imbalan. jika perlu semua sisa uang kembaliannya ikut dia minta semuanya. itupun dia kerjakan dengan terpaksa sebab waktu bersenang senang si anak pasti akan tersita. Ini menunjukkan bahwa si anak kecil itu tidak memiliki pengabdian sama sekali kepada orang tuanya. Namun si orang tua tetap menyayanginya. kejengkelan orang tuanya dikalahkan oleh rasa cinta dan sayangnya. Bahkan orang tuanya sama sekali tidak merasakan jengkel walaupun si anak menampakkan penolakan akan perintah orang tuanya. Tidak jarang pula si anak merogoh kantong uang orang tuanya.
Gambaran cinta orang tua kepada anak ini masih belum sepadan jika dibanding dengan cinta kasih sayang Allah kepada mahluk ciptaannya. Si orang tua memerintahkan anak membeli gula gula bukan untuk orang tuanya. Orang tua menyuruh anak membeli gula gula itu untuk diri anak itu sendiri.
Ketika sang anak itu dibuka kesadaran bahwa gula itu dibutuhkan untuknya tentu anak akan dengan senang hati melaksanakan perintah orang tuanya.
Dalam hal ini, kecintaan Allah sangat tidak bisa dibayangkan. Padahal betapa banyak perbuatan nista kita lakukan. Betapa banyak kegiatan kita menyimpang dari ketentuan. padahal aslinya manusia itu diciptakan dan digerakkan oleh sang pencipta.
Kita bangun dari tidur, sebab dibangunkan dan digerakkan Allah. jika tidak mau mengakuinya, itu sama saja kita menipu diri kita sendiri. Tidak usah menunggu dicabutnya ruh nyawa kita. Hanya digeser sedikit saja kita sudah berantakan. Apalagi jika ruh kita hingga dipindahkan ke tempat lain. Kita tidak akan mampu berbuat apa apa. Itu baru kegiatan jasmani. kegiatan yang didorong oleh akal.
Sementara kegiatan yang didorong oleh batin jauh lebih padat. Gerakan di luar kemampuan akal kita. Walaupun jasadnya diam tidak bergerak, namun jutaan kali gerak batin kita lakukan hingga darah dan semua sel sel darah bergerak keseluruh anggota tubuh. Gerak pikiran yang sederhana dan senantiasa didorong oleh sejuta macam niatan saja sudah sulit kita hitung. Betapa tak terhitung perbuatan nista yang kita laksanakan.
Semua perbuatan nista itu disebabkan oleh ketidak tepatan dalam niat. Tidak Lillah menurut istilah Wahidiyah. Semakin banyak perbuatan semakin banyak kenistaan yang dilakukan. Semakin banyak dosa sebab semua aktifitas baik itu aktifitad lahiriyah maupun batiniyah yang tidak didasari niat Lillahi ta'alla, pasti menjadi niat yang Lighoirillahi ta'alaa. Hal ini berlaku bagi siapapun tanpa pandang bulu.
Baginda Muhammad Rosululloh secara lahiriyah memberi contoh dan tuntunan melalui syariat untuk meminimalisir kegiatan kita yang tidak Lillahi ta'aalaa hingga pada akhirnya kita betul betul murni tanpa pamrih apapun. Baik pamrih duniawi maupun uhrowi yang semuanya dirombak menjadi manusia yang menghambakan diri sehingga ihlas itu terjadi pada setiap aktifitas kita.
Jadi makin jelas tanpa tuntunan Rosululloh tidak akan terjadi Lillahi ta'aalaa. Hal ini sudah cukup menjadi bukti bahwa belas asih Allah senantiasa mendahului kemurkaannya. Allah memberi pertolongan dengan mengutus Rosul semata mata untuk merahmati alam, merawat alam, menjaga kestabilan ekosistim dan seterusnya.
Semoga melalui kahian ini kita semua dibuka taufiq hidayah yang sempurna. Aamiin.

Rabu, 07 Januari 2015

MA'RIFAT BILLAH BUKAN UPAYA HAMBA

SEJAK DI ALAM RUH, MANUSIA SUDAH MA'RIFAT BILLAH.

MA'RIFAT KEPADA ALLAH BUKAN HASIL IBADAH DAN JERIH PAYAH MANUSIA.

Bismillahir rohmaanir rohim
Assalamu'alaikum wr wb

Manusia sebelum lahir di muka bumi, pada prinsipnya sudah mengenal Allah. Menyadari sifat sifat Allah. Menyaksikan keberadaan Allah yang maha wujud tanpa harus mengetahui permulaan sekaligus tanpa harus mengakui kekekalannya. tidak ada satupun dari sifat Allah yang tidak disadari. Semua senantiasa thawaf kepada Allah. Antara mahluq dengan kholiq terjalin mesra hingga tidak ada jurang pemisah. tidak ada hamba dan penghambaannya. yang ada hanya ketergantungan mahluq kepada kholiq bukan sebab mahluk. Sebuah ketergantungan nyata tanpa harus diikrarkan. Sebab jika sekiranya mahluk itu dipisahkan atau dilepas oleh kholiq, maka lenyaplah mahluq itu. Kholiq memberi dan mahluq diberi. Mahluq diberi bukan sebab meminta. Kholiq memberi bukan sebab diminta.Yang ada hanya memenuhi dan dipenuhi. Mengisi dan diisi.  

Semua sudah menjadi sifat Kholiq dan sudah menjadi keberadaan dan kedudukannya yang tidak bisa disepadankan.

Termasuk sifat kholiq yang maha mewujudkan dan maha merawat merawat. Sedangkan sifst mahluk yang dirawat. Allah merawat mahluk tanpa dasar permintaan mahluk. Allah Maha memenuhi segala kebutuhan mahluk . Mahluk senantiasa dipenuhi tanpa syarat atau permohonan. Sebuah perawatan dan penjagaan Kholiq terhadap mahluk secara otomatis atau secara apa itu namanya sebab tidak ada kata yang mampu mengucapkan hanya dengan satu kalimat. tidak ada bahasa yang manpu mengungkapkan namun kita sudah memahamai semuanya bahwa itu hukum Allah sebagai sang pencipta sedangkan mahluk sebagai ciptaan.  

Sehingga sifat Kholiq tidak pernah sama dan tidak akan sama apalagi disamai atau ditiru. Jika kita dikenalkan dengan sifat sifat kholiq dalam asma , itu hanya sebatas alat bagi manusia yang diberi akal untuk memahami dan menyadari saja. Namun aslinya manusia tetap saja tidak akan mampu mengurai makna yang sebenarnya kecuali kholiq itu sendiri yang menguraikannya.

Kholiq memberi, sedangkan mahluk diberi. artinya mahluk tidak bisa memberi suatu apapun kepada dirinya, juga tidak bisa memberikan sesuatu kepada sesama mahluq. apalagi kepada kholiq. jadi mahluk tidak memiliki kontribusi apapun. 

Contohnya. Ketika ada manusia yang kebetulan dipanggil sebagai ibu menyusui anaknya, itu bukan berarti ibu memberi air susu kepada anaknya. sebab ibu itu tidak bisa menciptakan susu dengan sendirinya. Kholiq yang memproduksi susu terhadap sang ibu.

Kholiq hidup, mahluq diberi hidup. Yang artinya mahluk tidak hidup.

Kholiq memberi lapar, mahluk diberi lapar. Yang artinya, mahluk tidak lapar dengan sendirinya. Laparnya mahluk sebab diberi lapar. Ini harus senantiasa kita sadari.

Kholiq memberi kaya, sedangkan mahluk diberi kaya. Yang artinya, mahluk tidak kaya dengan sendirinya serta bukan hasil jerih payahnya.  

Kholiq memberi susah dan mahluk diberi susah. yang artinya mahluk tidak susah dengan kemauan mahluk itu sendiri.

Kholiq memberi senang dan mahluk diberi senang. Yang artinya mahluk tidak senang dengan dirinya sediri dan tidak akan bisa membuat dirinya senang.

Ketergantungan mahluk bukan kehendak mahluk akan tetapi kehendak kholiq itu sendiri. Sifat Kholiq yang menunjukkan kepada mahluk dengan sifat Ashomadu yang mana ketergantungan mahluk itu merupakan kenyataan tanpa butuh pembenaran dari mahluk. sebab mahluk itu sendiri sudah senantiasa menyaksikan ketergantungannya kepada kholiq.

Ketika semua berada di alam ruh. sebuah alam tanpa batas maupun pembatas. hingga tidak ada batas ataupun pembatas antara mahluq dengan kholiq. Tidak ada batasan kholiq atau mahluk.

Ketika Allah berbuat, (mencipta) maka terjadi batasan. Ada pencipta dan ada ciptaan.ada batasan kholiq. Ada batasan mahluq. Perbuatan Allah pertama kali adalah ( Kholaqos samaawati wamaa fil ardhi) Allah menciptakan langit dan bumi. Tentu dalam hal menciptakan sebuah ciptaan dengan caranya Allah sendiri ( Kun fayakun ) dengan Nurnya Allah sendiri.

Agar tidak terjadi kesimpang siuran bidang pemahaman, kita perlu memahami tentang Nur itu sendiri. Walaupun tentang nur itu tidak bisa dipahami kecuali dengan Nur itu sendiri yang memperkenalkan diri.

Jadi sebagai manusia, kita tidak perlu mempelajari Nur ketika Nur itu sudah memperkenalkan diri kepada kita semua. Sebab Nur itu tidak bisa dipelajari. Tidak ada ilmu untuk mempelajari Nur sebagaimana pula dengan Ilmu juga tidak bisa dipelajari. Manusia sifatnya hanya diberi.

Ketika Allah berbuat sebagaimana tersebut di atas maka ada batasan. yaitu batasan mahluk dan batasan kholiq.  Ada batasan yaitu memberi dan diberi. Ada batasan menolong dan ditolong. Kholiq yang menolong dan mahluq yang ditolong. Allah Yang Maha menolong sebenarnya senantiasa memberikan pertolongannya secara spontan tanpa ditunggu oleh mahluq sehingga mahluk sendiri tidak ada upaya untuk memohon pertolongan. Sebab sudah senantiasa ditolong. Tiada upaya bagi mahluk untuk memohon pertolongan bagi mahluk itu sendiri. Tiada daya bagi mahluk dalam memohon suatu apapun. sebab daya dan upaya tidak pernah ada. Namun daya dan upaya itupun sudah diupayakan atas kehendak Allah sendiri. Atas kekuatan Allah sendiri. Kekuatan NUR ALLAH ITU SENDIRI. Nur itu sendiri yang Qowiyyun. Nur itu memiliki sifat sifat dari pemilik Nur itu sendiri. Nur itu menjadi sebab adanya NUR CIPTAAN SEKALIGUS SIFAT CIPTAAN ITU SENDIRI. Sifat ciptaan itu selamanya merupakan kebalikan dari sifat yang menciptakan.

Di sini semua mahluk terutama manusia sudah ma'rifat kepada Allah tanpa harus diupayakan oleh manusia sendiri sebab sudah menyaksikan semua sifat dan perbuatan Allah kepada mahluk. Mahluk sudah menyadari keadaan itu semua.

Setelah manusia diturunkan ke muka bumi, melalui proses yang diatur oleh Nur Allah sendiri, manusia yang asalnya berupa ruh dari Nur itu lantas diberi jasad hingga tumbuh dinding. Nur Allah menjadi tabir yang mendindingi Allah dengan jasad mahluk. Nur Allah menjadi tabir dengan jasad manusia dan jasad alam semesta. Jasad yang menjadi dinding pembantas itu semakin menjadi tabir kepada Nur Allah bagi mahluk sebagai pembatas antara alam Ruh dengan alam jasad. pembatas antara alam jasad kandungan dengan alam lahiriyah. Alam dunia.

Manusia yang permulaannya senantiasa thawaf musyahadah menyaksikan Allah, mulai berubah menyaksikan Allah dengan dinding rasa. Akal sebagai ciptaan pertama dalam diri manusia merupakan dinding pertama pula sebagai mahluk sehingga terjadi hukum penghambaan. Tanpa adanya dinding antara kholiq dengan mahluk, tidak ada penghambaan. tidak ada pengabdian. Atas dasar kenyataan ini maka apabila ada sebuah pemahaman bahwa orang yang ma'rifat itu sudah tidak perlu beribadah mengabdi kepada Allah, maka secara terang terangan bahwa dia sedang membatalkan dirinya sebagai mahluq.
Dia sedang memproklamirkan dirinya sebagai kholiq. 

Keadaan terdinding itu dijalani oleh manusia sepanjang hidupnya sejalan dengan perkembangan akal sebagai ciptaan pertama dalam diri manusia yang juga menjadi Leluhur bagi para indra. Akal menjadi pengendali indra sekaligus pendinding kuat kepada Allah.
Sehingga manusia betul betul terhalang oleh Nur . Akal membelakangi Nur hingga terdinding dan Indranya ikut terinding akibatnys jasad otak yang menjadi keratonnya akal ikut menutupi keberadaan tuhannya .
Sejak kapan terjadinya hukum penghambaan itu? Sejak terjadinya dinding. Sejak terciptanya ciptaan yang disebut Jinna wal insa, Hukum pengabdian juga ditetapkan. Sebab tidak ada pengabdian tanpa adanya hamba.  

Akhirnya manusia dengan indra menyaksikan, merasa,mendengar dan melihat Allah SWT. Dengan indra akal melihat Allah yang terdinding itu. Akal yang menempati satu titik dalam Qolbu, membuat kantor sendiri di luar distrik untuk memudahkan administrasi.

Ketika manusia diatur oleh akal, tentu manusia itu melihat akal sebagai tuhannya. hal ini tidak bisa dipungkiri. Sebab manusia terhalang oleh mahluk Allah yang bernama akal. melihat indra menjadi tuhannya. 

Begitu juga halnya bahwa ketika manusia diatur oleh yang menciptakan akal, tentu manusia itu melihat yang menciptakan akal sebagai tuhannya. 

Namun ada manusia yang lebih rendah lagi. ketika manusia melihat dimana akal bersemayam, yang dikenal dengan sebutan otak, maka manusia melihat otak sebagai tuhannya. Jika dia orang berilmu, maka dia melihat perbendaharaan yang ada dalam akalnya. Akalnya penuh dengan ilmu ilmu yang sudah disimpan yang sewaktu waktu akan dijadikan tambatan untuk menentukan jalan hidupnya hingga dia menuruti jalannya ilmu yang diatur oleh kemampuan akalnya yang briliant dan akan dituruti dan dijadikan tuhan untuk memutuskan perkara hidupnya.

Bahkan manusia yang paling parah dan paling rendah, manusia melihat benda benda, dia terpengaruh oleh benda. melihat kesukaannya, dia terpengaruh kesukaannya. melihat kecintaannya dia jadikan sebagai tuhannya. dia menuruti kecintaannya terhadap benda. dia mati matian demi benda yang dicintainya. tanpa kenal waktu demi memperoleh benda yang dicintainya. dia tak merasa bahwa sudah takluk menuruti kecintaannya terhadap benda yang dicintai. seakan akan tidak mampu hidup tanpa benda yang dicintai. hingga dia bertekuk lutut kepada benda kecintaannya. jadi itulah yang disebut sujud kepada benda. sujud kepada mahluq. menyembah mahluk. Indranya tertutup oleh mahluk dan tidak mampu lagi merasakan kehadiran pencipta di dalan mahluq. hatinya tertutup kepada yanh menciptakan mahluk.