Senin, 02 Juli 2012

PERJALANAN TAUHID

Dalam mengenal hukum Islam, Ilmu Tauhid wajib diketahui oleh seluruh umat manusia yang telah menginjak taraf dan apabila sampai tidak mengtahuinya, menurut Iman Sanusi, hukumnya seperti bukan orang Islam (langsung digolongkan ahli neraka setelah kematiannya kelak). 

Tauhid sendiri dibagi menjadi dua bagian :
 
Tauhid Syar’i
Tauhid Hakiki 

Tauhid Syar’i adalah mengenal Allah, dengan dalil-dalilnya. Sedangkan inti dari ” Tauhid Hakiki”, mengenal kebesaran Allah SWT, secara Tajalli (lepasnya jiwa antara yang tercipta dan yang menciptakan) baik lewat Asma, Sifat, Af’al dan Dzat Allah secara keseluruhan. Dari keluasan Ilmu Tauhid ini akhirnya menjadikan kita mengerti seputar derajat KeWalian yang terdapat pada manusia (Hamba) serta memahaminya kita terhadap arti Islam, Iman, Ihsan dan lainnya secara terperinci, luas dan bisirri, secara pandangan ilmu tauhid sebenarnya.Tahapan Ibadah 

Disini terbahagi menjadi dua bahagian : 

Ibadahnya orang awam
Ibadahnya Salihin Ma’rifat Billah 

Yang dimaksud dengan ibadahnya orang awam, mereka wajib mengikuti syariat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, seperti yang terdapat pada rukun Islam, Yaitu, memegang makna syahadatain, wajib menjalankan sholat 5 waktu, wajib membayar zakat fitrah, wajib puasa di dalam bulan Ramadhan dan wajib berhaji bagi yang mampu. Secara makna tafsir, “memegang makna Musyahadah dalam segala tingkah laku lewat Morqobatu Nabi dan Muroqobatullah”. Sedangkan makna shalat, mempererat bathiniah dengan selalu mengingat keagungan Allah SWT (Do’a). Lalu makna zakat, memberi kebajikan secara terus menerus (bagi yang mampu) kepada yang membutuhkan (lainsyakartum la azidannakum) dengan satu pemahaman Musyahadah,”apapun rejeki yang kita punya tak lain semuanya milik Allah dan kita sebagai hamba sekedar mejalankan perintahNya”. Makna puasa dibulan Ramadhan adalah pencucian hati dan pikiran untuk berbuat baik dengan meningkatkan makna takwa kepada Allah SWT. 

Ibadahnya Ahli Solihin Ma’rifatillah. Dimanapun mereka ditempatkan, niscaya hati dan pikirannya tidak berubah untuk selalu bermunajat dan mengingat kebesaran Allah SWT. Golongan ini disebut maqom Ahlillah atau Ahli Rosul yang hati dan pikirannya tidak mempunyai bersitan was- was, ragu maupun bimbang dalam segala persoalan hidup, sebab mereka tergolong “Muamalatul Qulub Awil Arwah / tidak melihat zaman, waktu dan tempat”. Maksud dari perkataan tadi, mereka lebih mengarahkan hati dan pikirannya hanya tertuju kepada Allah SWT, sehingga dalam kitab “Iqodzul Himam” dijelaskan sebagai berikut :

“Sesungguhnya satu waktu bagi maqom Ma’rifat Billah, sebanding dengan ibadahnya orang awam seumur hidup” atau dalam katalain, “Dua rokaat ibadahnya ahli Ma’rifatillah, sebanding dengan kebajikan’ Ibadahnya orang awam sepanjang masa”. Secara makna luas “Dimanapun mereka ditempatkan, maka tempat itu adalah Arofahnya dan setiap waktu baginya adalah Lailatul Qodarnya secara muthlak”.  

Sebelum kita pahami lebih luas makna tauhid sesungguhnya, ada baiknya mengenal dulu makna Ikhlas yang terbagi menjadi tiga bagian :

Ikhlas Khusussuk Khusus, yang artinya,”Ibadah murni karena Allah SWT seperti ibadahnya Maqom Kholil, Hub, Syareatul Khotam, dan maqom kesempurnaan lainnya”. Maqom ini mendahulukan makna takwa dengan menjaga sifat ke Tuhanan secara keseluruhan (Allah) 

Ikhlas Ahlul Khusus, suatu tahapan ibadah yang masih mempunyai tujuan khususiah, seperti minta derajat, surga dan maqomat lainnya. 

Ikhlas Ahlul Umum, Ibadah karena Allah, tapi masih punya pamrih, seperti, minta rejeki, pangkat, derajat dan lainnya (Ibadah Birroja’).
 

Pemulaan Yang Wajib Diketahui Orang Islam 

Bagi keseluruhan kaum Muslimin / Muslimat, wajib memahami 3 bahagian dasar

Islam (menjaga tingkah laku)

Iman (menjaga makna yakin tanpa terbersit rasa keraguan)

Ihsan (melestarikan sifat kebajikan secara istikomah karena Allah) 

Dari ketiga sifat ini semuanya saling berkesinambungan satu dengan lainnya, sebab Iman tanpa didasari Islam, Kurang sempurna dalam mengenal keyakinan kepada Allah dan RasulNya, juga Iman tanpa didasari pemahaman Ihsan pada akhirnya kurang berkualiti (tidak boleh naik).

Iman dalam pandangan Al-Qur’an adalah menjaga segala tingkah laku sesuai anjurannya atau dalam kata lain ,” Keyakinan yang disertai tingkah laku”, Maksud dari pembedaran tadi,”Menjaga tingkah laku dari makna maksiat dan menusatkan hati serta pikiran kita dengan selalu memohon ampunanNya”. Bila sudah mengikuti aturan ini, makna orang tadi sudah tergolong maqam Mahfud, yang selalu mengistiqamahkan makna kebajikan hingga menjadi Nur (yang dijaga oleh Allah) dan maqom ini tergolong Ahlillah atau maqam Ihsan. 

Sedangkan “Ihsan” secara rinci terbagi menjadi dua bahagian. 

Muhasabah (Muraqabatul Ahwal),”Kebajikan yang dilestarikan dan menjaga sifat atau tingkah laku kita dengan dilandasi hukum syar’i secara sempurna”. Cara seperti ini disebut (Ihsan yang masuk pada makna Islam).

Muroqobah,”Kebajikan yang dilestarikan dengan cara beristiqomah, karena seakan-akan kita melihat Allah, atau meyakini bahwa Allah melihat kita, seperti memudawamkan asma Allah secara tartibul lisan dan menjaga tingkah laku dari maksiat, serta melestarikan kebaikan secara terus menerus”. Cara seperti ini disebut (Ihsan yang masuk pada makna Iman).

Dalam pandangan lain, penyatuan antara Ihsan, Iman, apabila sudah bisa dilaksanakan maka disebut “Fima Akamahullah” / menseleksi tingkah laku atau tetap menjaga kebajikan iman yang sudah kita pelihara. Dari dua sifat tadi apabila kita mampu melaksanakannya secara istiqomah, maka timbul suatu karomah atau derajat Wilayah yang mempunyai sifat “Kun Fayakun” sebagai maqom teragung menjadi Waliyullah Kamil (Maqam Qurbah). Tahapan ini sudah bisa dikategorikan sebagai seorang Waliyullah, yang mengerti antara satu Wali dengan Wali lainnya. Sebab siapapun yang sudah memegang peranan ini niscaya dengan keagungan dan janji Allah SWT, mereka tergolong orang yang diberikan kekuatan penglihatan (Basyaratul ‘Ain dan Basyatul Qalbi) serta ke i’tidalan hati dalam segala pandangan lahir maupun mata bathin. Namun untuk bisa mencapainya, diwajibkan menjaga kezuhudan dan ketaatan kita kepada Allah SWT “Fima Aqomahullah / dimanapun kita berdiam diri, maka disitu pula tingkah laku, hati dan pikiran kita selalu ingat Allah SWT”.  

Sebagai tambahan, Ihsan yang berhubungan dengan makna “Muraqobah” dibahagi menjadi dua tingkatan :

      Maqom Syuhud

      Maqom Muhadoroh 

Perjalanan Mengenal Kesempurnaan Islam 

Sebelum mengenal makna Islam, setiap manusia punya dua kategori perjalanan hidup, baik lewat ilmu pengetahuan maupun secara hukum kitab, cara seperti ini menurut pemahaman Ulama terbagi menjadi dua bahagian : 

      Dengan cara Bil Ahkam (Memegang hukum kitab seperti Al-Qur’an, Hadist dan kita Warosatil Ambiya) sebagai tuntunannya. 

2. Dengan cara Biddhaukiyyah wabisuhbati Rijal (Lewat pemahaman dhaukiyah, menuju kebajikan atau menemani ahli-ahlinya Allah) dengan cara bertafakkur maupun mudawamah bidzikrillahi tathmainnal qulub atau kedua-duanya, Bil Ahkam dan Billah. 

Bila sudah mengerti dengan pembedaran tadi, selanjutnya kita akan mengenal keagungan Allah SWT, lewat Kitabbullah maupun secara dhaukiyyah. Disini kami contohkan salah satunya dengan memahami sifat yang jauh sudah dujadikan oleh Allah, sebagai makna Tafakur Tajalli fil Af’al dan sifat, seperti adanya bumi, langit, tumbuhan, air dan seluruh sifat alamyang bisa kita lihat maupun kita rasakan keberadaannya seperti angin dan makhluk lainnya. Untuk dapat mencapai kesemuprnaan Islam, kita haruskan mejnaga tiga hal yaitu : 

      1.Taubat

      2.Takwa

      3.Istiqamah 

Makna Taubat.  

Dari kejelekan menuju kebaikan dan dari kebaikan menuju yang lebih baik, seperti, selalu memohon ampunan kepada Allah SWT, Atas segala dosa dan kelalaian yang pernah kita perbuat, juga selalu memberikan manfaat serta menjauhi segala laranganNya dan memanfaatkan waktu yang ada menuju jalan ketaqwaan (seperti sifat Rasulullah SAW). Juga seperti contoh yang diambil dari hikayat doa Nabiyullah Adam AS, sewaktu beliau dikeluarkan dari surga Majazi “Robbana dzolamna anfusana waillam tagfir lana watarhamna lanakunanna minal khosirin”. Do’a ini menceritakan “Walau Nabi Adam AS, tahu yang menjadi beliau diusir dari surga akibat rayuan syaitan terkutuk, namun dalam do’a tadi sama sekali tidak mencantumkan nama syaitan sebagai wasilahnya melainkan beliau menyalahkan dirinya sendiri “Dzolamna anfusana / dzolimku karena ulahku sendiri”. 

Makna Takwa. 

Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan cara menghilangkan rasa malas agar bisa mendekatkan diri kepada Allah. Juga menjadikan setiap hela nafas kita kalam maupun ucapan asma Illahiyyah sehingga dengan cara ini mulut kita selalu dijaga, emosi selalu terkontrol, pemahaman selalu diarahkan dalam kebajikan dan lain sebagainya.

Makna Istiqamah.

Menjaga keseimbangan amal dalam menjalankan makna hidup sebenarnya. Yang dimaksud disini adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya seperti, melestarikan makna sodakoh secara istiqomah, menjalankan pendekatan diri lewat dzikir maupun tafakkur, menata badan dan fikiran agar selalu bersih dari sifat yang kurang diridhoi oleh Allah dan lain sebagainya. Dengan kata lain, Istiqomah kita tetap terjaga dengan terus bertaqwa kepadaNya.

 
Mengenal Ihsan Secara Sempurna
 
Ihsan dapat sempurna melalui (3) bahagian :

Muraqabah / Muhadharoh (sepertinya Allah selalu hadir dihadapan kita)

      Musyahadah (pandangan kita selalu tertuju kepada Allah)

      Ma’rifat (memahami Allah dan ciptaannya secara adab)

Yang dimaksud “Muraqabah, (dimana kita ditempatkan, disitu pula bisa merasakan seolah hadirnya Allah SWT”. Dan dengan kerushukhan hati ini akan menjaga dari segala yang dilarang dan meningkatkan makna yakin sehingga menjadikan tingkah laku kita tetap terjaga. Muroqobah ini termasuk “Mim Babi Wahua Ma’akum Ainama Kuntum”.
 
Yang dimaksud dengan arti ”Musyahadah, (dengan seringnya kita mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, niscaya keyakinan yang kita miliki terus bertambah) dan cara seperti ini menjadikan apapun yang kita rasakan, pada akhirnya akan kembali lagi kepada Allah “Mim Babi, Allahu Nurussamawati Wal-Ard” atau “Ainama Tuwallu Fatsamma Wajhullah”

Sedangkan makna ”Ma’rifat” (orang-orang yang memahami tentang adabnya Allah dan Rosulnya). Disini termasuk mereka yang bisa memahami makna “Asyhadu Anla Ilaha Illallah, Wa asyhadu anna Muhammadar Rosulullah” dan dalam maqom ini tidak bisa dinilai sejauh mana adab kita kecuali dengan panduan Mursyid tau dengan keluasan Imu yang kita miliki secara dhaukiyatul kamil / pemahaman yan mampu menyelami Imu bangsa ke Tuhanan.

Sebagai suatu kewaspadaan dalam menjalankan arti hidup, Islam, Imam dan Ihsan, Bisa hancur sampai keakarnya akibat “Murtad dan Musyrik”. Sedangkan Islam, bisa lemah akibat perbuatan maksiat. Iman, bisa lemah akibat tidak bisa menjaga keyakinan. Dan Ihsan, bisa lemah akibat tidak bisa menjaga pandangan (selalu memandang makhluk lain).

Kuatnya Islam terlahir akibat “Muhafadah” / menjaga tingkah laku dan ucapan.


Cara dari orang yang telah mencapai kesempurnaan maqam Islam, bisa dilihat dari segi: “Orang tersebut tidak sampai meninggalkan ibadahnya walau hujatan maupun caci maki datang silih berganti”, seperti contoh, “Di mana kita bisa melestarikan kebajikan secara istikomah, maka segala ucapan dan kedengkian orang lain tidak sampai menyurutkan hati dan pikiran untuk selalu menjalankannya”. Sempurna iman terlahir karena Ridha dan Taslim(Menerima) terhadap segala cobaan dan kenikmatan yang ada, dan sempurnanya iman disini tidak bisa terjadi kecuali kehendak Allah SWT. Sedangkan yang dimaksud Ihsan, prakteknya harus denga adab dan ciri dari kesempurnaan Ihsan, “Akal dan hatinya tidak sampai menoleh dari pandangan orang lain kecuali hanya kepada Allah SWT”.

Bagi yang menjalankan ibadah dengan berpegangan Islam dan Iman atau yang disebut dengan nama “Nurut Tawajjuh” (Nur yang terdapat dari ibadah kita) tingkatan ini sifatnya masih mencari Nur Allah SWT. Sedangkna “Anwarul Muwajjah” (Nur yang datang ke kita sewaktu menghadap Allah) seperti yang ada pada maqam, Ihsan, wusul dan ma’rifat, maka Nur Allah SWT yang datang langsung, bukan sebaliknya Nur yang dicari
 
Keterangan :

Dimana mereka telah menguasai tingkat Islam dan Iman, menurut pandangan Ahlul Tauhid disebut , “Orang ini masih mencari Nur Allah SWT” dan belum termasuk maqom Ma’rifatillah. Sedangkan orang yang telah menguasai tingkatan Ihsan (hanya melihat kebajikan Allah), atau maqam Wusul (pemahaman yang sampai kepada Allah) juga maqam Ma’rifatillah. Sedangkan orang yang telah menguasai tingkatan Ihsan (hanya melihat kebajikan Allah) atau maqam Wusul (pemahaman yang sampai kepada Allah) juga maqom Tauhid (keyakinannya telah sampai kehadirat Allah) dan maqom Ma’rifat (memahami segala Sifat, Asma, Af’al dan Dzat Allah SWT) maka dalam maqom ini Nur Allah SWT yang datang menjumpai kita.

Memahami Nur Ilahiyyah terbagi menjadi tiga bagian :

Su’a'ul Basyirah (Pantulan Cahaya) artinya orang yang sudah merasakan kedekatannya dengan Allah SWT (Muraqabah).

      Ainul Basyirah (Wujud dari terangnya cahaya Allah) artinya tidak melihat dirinya sendiri karena adanya Allah SWT (Maqam Syuhud).

      Hakkul Basyirah (Hakekatnya Cahaya Allah) artinya melihat wujudnya Allah, dan tidak melihat ada maupun tidak adanya kita (golongan ini sudah menduduki maqom Tamkin Warrusu’).
 

Keterangan :

      Sifat dari ahli Su’a'ul Basyirah, “Segala tingkah laku, kebaikan dan lainnya telah terjaga”. Maqam ini selalu menjaga lahir bathinnya dengan menafakuri keagungan Allah, sehingga seolah-olah Allah SWT selalu hadir dihadapan kita.

      Sifat Ainul Basyirah,”Lepasnya antara Sifat, Af’al, Asma’ kita (makhluk) karena ketariknya kita pada Nur Allah (Zadabiyyah) sehingga dengan ketertariknya ini seolah-olah kita tidak mempunyai wujud badan, kecuali hanya Dzat Allah.

      Hakkul Basyiroh, “Penyatuan bathin terhadap ke-Esaan Allah SWT seperti melihat maupun tidaknya kita, kerusukhan hati kita hanya tertuju kepada Allah.
 
Mengenal Pandangan Alam

Terbahagi menjadi 3 bahagian :

      Alam Mulku, tersirat dalam penglihatan panca indra dhohir atau tatapan mata

      Alam Malakut, tersirat dalam pandangan ilmiah . bathiniah (hati dan fikiran)

      Alam Jabarut, tersirat dalam panca indra ruh atau Sir (Fi Jaufil Qolbi / hati yang paling dalam), melihat semua hakikat Allah.

 Susunan Riyadha

 Setiap manusia yang berpegang pada ilmu tauhid, mereka tidak bisa naik derajatnya kecuali dengan taubat. Taubat itu sendiri tidak boleh berjalan mulus kecuali dengan muhasabah / menjaga segala tingkah laku. Perjalanan taubat tidak menaikkan derajat kecuali disertai dengan Muraqabah / selalu melihat adanya Allah SWT. Taubat Muhasabah dinamakan “Min Babi Man Arafah Nafsah / orang yang mengerti badan sendiri “atau maqam yang selalu memperbaiki tingkah laku. Taubat Muraqabah dinamakan “Min babi Man Arafah Rabbah / orang yang mengerti keagungan Allah SWT” dan maqam ini bisa sampai kehadirat Allah SWT. Sewaktu muroqobah jalan, hasil yang kita peroleh adalah “Muhadarah / Allah hadir”. Dari muhadoroh akan naik ke tingkat selanjutnya yaitu ”Musyahadah / melihatnya kita kepada Allah SWT”. Lalu dari musyahadah akan membuahkan maqom “Ma’rifatillah / mengerti dan memahami tentang Allah SWT”. Cara pandangan Ma’rifat / tajalli (jelas dan tahkik, bahwa Allah Hak) ada yang melalui Af’al, Sifat dan Dzat atau juga melalui Asma’ Sifat dan Dzat.

Apabila melalui Af’al, maka dinamakan Tajalli fil Af’al
Apabila melalui Sifat, maka dinamakan Tajalli fi Sifat
Apabila melalui Dzat, maka dinamakan Tajalli fil Dzat
Apabila melalui Asma’ maka dinamakan Tajalli fil Asma’

Orang Salik / murid, yang sedang menempuh perjalanan ilmu Allah tahapannya melalui Tajalli Fil Af’al atau Asma’, yang diteruskan dengan tahapan selanjutnya yaitu fil Sifat dan Dzat. Sedangkan orang Mazdub (ketarik hati dan pikirannya kepada Allah perjalanannya melalui tahapan Dzat, turun ke Sifat terus ke Af’al atau Asma’. Kesempurnaan ilmu dalam mengenal ibadah kepada Allah SWT, apabila orang itu sudah pernah mengalami Salik dan Mazdub. Apbila Salik saja dalam perjalanan ini niscaya kuranglah sempurna atau Zadab saja, maka tidak SAH dijadikan guru atau mursyid.
 

Penataan tingkah laku / istiqomah dalam menaikkan derajat kepada Allah SWT, terbahagi menjadi empat bahagian :
 
      Dzikir sampai membuahkan amal Soleh dan Nur

      Tafakkur sampai datang ke tingkat Sabar dan membuahkan Thuma’ninah.

      Iftiqar, selalu membutuhkan Allah SWT, sampai datang ke maqom Syukur dan membuahkan suatu kenikmatan abadi.

      Mahabbah Ilallah, tidak menoleh terhadap lainnya kecuali Allah SWT, cara ini membuahkan Wusul dan menunggalkan Allah.

 
Bagi yang boleh menjalankan tingkat Dzikir (No.1) maka termasuk golongan Min Jumlati Sholihin (Ahli Sholihin) Bagi yang bisa menjalankan tingkat Dzikir dan Tafakkur (No.1 & 2) maka termasuk Minas Sholihin Kamil (Ahli Shalihin Kamil) Bagi yang bisa menjalankan tingkat Dzikir , Tafakkur dan Itiqar (No. 1,2 & 3) maka termasuk Min Auliyail Mutaqorribin (Kekasih Allah yang dekat) Bagi yang bisa menjalankan tingkat Dzikir , Tafakkur, Iftiqar dan Mahabbah Ilallah (No. 1,2,3 & 4) maka termasuk Min Ahli Tahkik Minas Siddikin (Min Auliyail Kamil) Juga bagi yang siappapun yang bisa menjalankan ke-4 tingkatan tadi dengan cara Mujahadah dan Riyadho maka kita sudah dinamakan Wilayatus Sugra atau “SAH” wilayahnya. Dinamakan pula dengan Maqam Wilayatul Makasib / wilayah yang dicari. Sedangkan yang menjalankan ke-4 tingkatan tadi dengan didasari sifat Mahabbah / kasih sayang, maka sudah dinamakanWilayatul Kubro atau sudah sempurna dalam tingkat kewaliannya / Wilayatul Kamil. Dinamakan pula Maqam Wiyatul Mawahib / jadiah dari Allah SWT. Yang dinamakan Wusul yaitu pemahaman, keyakinan dan tauhid kita kepada Allah. Sedangkan yang dinamakan Musyahadah terbahagi menjadi 4 bahagian diantaranya :
 
      Musyahadah Uluhiyah

      Musyahadah Rububiyah

      Musyahadah Ahadiyyah

      Musyahadah Wahidiyyah

 Keterangan :
Musyahadah Uluhiyyah / Ilahiyyah adalah sewaktu kita melihat Hakekatnya Allah, maka yang kita rasakan adalah Rushu’ nya hati kita (bisa i’tidal / sebanding) atau bisa melihat makhluk dan melihat Allah seperti melihat wujud makhluk sewaktu kita melihat Allah, atau sebaliknya melihat Allah sewaktu melihat makhluk.
Cara seperti ini dinamakan juga dengan istilah “Ummul Kitab / Hakekatnya Dzat”. Musyahadah Rububiyah adalah memilah atau menetapkan antara Allah dan makhluk (Min Haesu Hua Hua / Allah ya Allah, makhluk ya makhluk)Musyahadah Ahadiyyah (dinamakan juga Al-Qur’an / Dzat) adalah melihat Dzat Allah tanpa sifat dan Asma’ dan ini dinamakan “Bahrun Bila Maujin / Lautan tanpa ombak”. Musyahadah Wahidiyyah (dinamakan juga Al Furqan / Sifat) adalah melihat Allah dengan cara melihat Dzat dan SifatNya tanpa melihat makhluk (pribadi). Cara seperti ini dinamakan “Bahrun Bimaujin / Lautan dengan ombaknya”.

 

Pengertian Musyahadah / Tajalli

 

      Yang tidak memahami badan sendiri disebut dengan maqom “Fana”

      Yang memahami badan sendiri disebut dengan maqom “Baqo”

      Yang memahami Allah, dan badan sendiri disebut dengan maqom “Jam’i”

      Yang memahami Allah semata atau badan sendiri disebut dengan maqom “Farqi / Pisah”

      Yang memahami Allah dan badan sendiri disebut dengan maqom “sohwi / sehat”

      Yang memahami Allah semata disebut maqom “makwi / lebur”

Yang dinamakan Tajalli adalah hilangnya Dzat, Sifat dan Af’alnya kita dan masuknya Dzat, Sifat dan Af’alnya Allah. 

Tajalli Fil Af’al 

Hilangnya sifat Khoul (rekadaya / berandal), Kuah (Kekuatan) dan Irodah (kehendak) seorang hamba di isi dengan Af’al Allah. Seperti contoh melihatnya hamba qudratnya Allah, dengan cara melihat pada salah satu sifat makhluk,”Hamba memahami bahwa yang mendiamkan dan mengubah sesuatu apapun tak lain adalah Allah”.
 
Tajalli Fil Asma’

Tertutupnya hamba karena adanya Nur Asma’ Allah. Dalam hal ini hamba akan menjawab sewaktu ada ucapan yang menyebut Asma Allah. Awal tajalli fil Asma’ terlahir melalui Asma’ Wujud yang diteruskan dengan Asma’ Wahid dan selanjutnya Asma’ Allah. Sewaktu sedang tajalli fil asma’ maka hilanglah sifat Abdiyyah kita dan setelah itu naik ke sifat Arrohman dan sesudahnya Arobbah terus ke Sifat Al Muluk, Al Alim, Al Qodir dan lainnya.

Tajalli Fi Sifat
 
Menerimanya kita terhadap sifatnya Allah dan Sifat yang asal, Awal tajalli fi sifat terlahir dari sifat Hayat lalu sifat Ilmu, Sama’ Basor, Kalam, dan seterusnya.

Tajalli Fi Dzat

Hilangnya Dzat kita diganti dengan Dzat Allah. Awal tajalli fi Dzat dinamakan Tajalli Ahadiyyah (melihat Dzat Allah tanpa Sifat dan Asma’) lalu Tajalli Hawiyyah (sifat bathin Allah SWT yang terdapat pada makhluk) dan seterusnya Tajalli Iniyyah (Sifat dhohir Allah yang terdapat pada makhluk).

 

 

RAHSIA AL QURAN : APA YANG KITA GALI DARI AL QURAN TENTANG ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA

Petunjuk: Terjemahan Ayat Terpilih tentang ALLAH dalam Al-Quran

Tuhan sekalian alam
(1: 1-7)

Mulakan Dengan Nama Nya
(1 1)

Dialah jua Adakah nama-nama yang baik
(59: 22-24), (7: 180), (17: 110), (20: 8)

Membesarkan Allah
(57: 1-6)

Esa
(112: 1-4)

Hanya Satu
(4: 171)

Satunya
(2: 255), (6: 103), (11: 61), (24: 41)

Pemurah, lagi Maha Mengasihani
(2: 163), (3: 31), (11: 73), (12: 64), (21: 112), (52: 28)

Cahaya Langit dan Bumi
(24: 35)

Pencipta, Pemilik asal
(2: 117), (4: 1), (6: 102), (10: 34), (39: 5)

Tuhan ALLAH
(23: 116), (62: 1)

Yang berkuasa, menyeluruh
(3: 26), (4: 85), (6: 18), (15: 23), (32: 22), (46: 33), (85: 20)

Lagi Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, Maha Mengetahui
(2: 158), (6: 115), (9: 28), (13: 9), (16: 91), (31: 27), (31: 34), (34: 26)

Yang Maha Mendengar, Semua-Melihat
(2: 137), (42: 11)

Pemberi, Maha Pemberi,
(2: 261), (3: 8), (27: 40), (42: 19), (51: 58)

Yang Maha Pengampun, Maha Penyabar
(2: 263), (4: 149), (16: 110), (42: 23), (71: 4)

Pelindung, penaung, Pembantu
(8: 40), (11: 57), (25: 31), (42: 28)

Kebenaran
(24: 25), (31: 30)

Mentaati Nya dan
Kekasih Nabi
(9: 71), (14: 1), (33: 39-40), (48: 28)

Tuhan Hari kiamat
(55: 26-27), (2: 245), (3: 9), (22: 7), (22: 69), (40: 15-16), (54: 54-55)

Pujian Pujian dan Berdoalah kepada Allah
(2: 127-128), (3: 173), (11: 90), (17: 44), (38: 44), (59: 10), (40: 65)

Terjemahan Ayat Terpilih tentang ALLAH dalam Al-Quran
Dialah jua adalah nama-nama yang baik

Dialah Allah, daripada Siapa ada Tuhan yang lain, lagi Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Beliau adalah Pemurah, lagi Maha Mengasihani.
Dialah Allah, daripada Siapa ada Tuhan yang lain, Tuhan ALLAH, Suci, Keamanan, Penyimpan Iman, Pembimbing, Hakim, Pemaksa, Hebat.
Maha Suci Allah dari segala yang mereka sekutukan (kepada Allah)!
Dia adalah Allah, Pencipta, Pembentuk tidak beriman,  BagiNyalah nama-nama yang paling indah. Segala yang ada di langit dan di bumi sentiasa mengucap tasbih kepada Allah dan Dialah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. (59: 22-24)
Allah adalah nama yang paling adil.
Ibadat kepadaNya oleh mereka. Dan meninggalkan syarikat orang-orang yang menghujat nama-Nya. Mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka lakukan. (7: 180)
Katakanlah (wahai Muhammad): Serulah ke Allah, atau menangis ke Pemurah, kepada kamu menangis  (yang sama). BagiNyalah nama-nama yang paling indah. Dan engkau (wahai Muhammad), tidak kuat disuarakan dalam ibadah kepadamu (wahai Muhammad) tidak lagi diam di dalamnya, tetapi satu cara yang sederhana antara. (17: 110)
Allah! Terdapat tiada Tuhan melainkan Dia. BagiNyalah nama-nama yang paling indah. (20: 8)  

Membesarkan Allah

Segala yang ada di langit dan di bumi sentiasa mengucap tasbih kepada Allah dan Dialah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.
Dialah sahaja yang menguasai langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Kuasa untuk melakukan semua perkara.
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir dan Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, Dia mengetahui apa yang masuk bumi dan semua yang keluar daripadanya daripadanya dan semua datang yang turun dari langit dan apa yang naik padanya dan Dia tetap bersama-
anda biar di mana pun kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu lakukan.
Dialah sahaja yang menguasai langit dan bumi, dan kepada Allah (memakan) yang lazat dikembalikan.
Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang, dan Dialah yang memasukkan siang pada malam, dan Dia Maha Mengetahui segala yang ada di dalam dada. (57: 1-6)

Esa

Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa!
Allah yang abadi memohon kepada semua!
Dia tiada beranak dan tidak diperanakkan,
Dan tidak ada sesiapapun yang serupa denganNya. (112: 1-4)  

Hanya Satu,

Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agama mahupun anda kamu mengatakan sesuatu terhadap Allah melainkan yang benar. Isa Al-Masih anak Maryam, adalah hanya seorang pesuruh Allah dan perkataan Allah yang telah disampaikanNya ke Maryam, dan roh daripada-Nya. Oleh itu, berimanlah kepada Allah dan Rasul-rasulNya,. dan janganlah kamu mengatakan (bahawa) "Tiga" Berhenti! (Itu adalah) lebih baik untuk anda! - Allah hanya ada satu Allah. Jauh ia dikeluarkan dari keagungan transcendant-Nya, bahawa Dia mempunyai anak. Bagi Allah jualah segala yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan Allah Maidah. (4: 171)

Satunya

Allah! Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Tetap Hidup, Yang Abadi. Tidak tidur dan tidak tidur ditimpakan-Nya. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Siapakah dia syafaat di sisi Allah dengan izin-Nya? Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan yang ada di belakang mereka manakala mereka merangkumi apa-apa dari ilmu Allah melainkan yang Dia kehendaki. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya. Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar. (2: 255)
Itu adalah Allah, Tuhan kamu. Terdapat tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Pencipta segala sesuatu, maka beribadatlah kamu kepadaNya. Dan Dia yang menjadikan segala-galanya. (6: 103)
Dan kepada (kaum) Thamud (Kami utuskan) saudara mereka Shaleh. Beliau berkata: "Wahai kaumku! Menyembah Allah. Kamu ada ada Tuhan yang lain melainkan Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan Allah menghendaki kamu memakmurkannya. Oleh itu, minta ampun kepada Allah dari perbuatan syirik dan berpaling kepada-Nya bertaubat. Sesungguhnya Tuhanku Maha Dekat, Responsif. (11: 61)
Tidakkah engkau melihat bahawa Allah, Dialah Siapa semua yang di langit dan pujian bumi, dan burung dalam penerbangan mereka? Setiap Dia mengetahui sesungguhnya ibadat dan memujiNya dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka lakukan. (24: 41)  

Pemurah, lagi Maha Mengasihani

Tuhan kamu hanyalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia, Pemurah, lagi Maha Mengasihani (2: 163).
Katakanlah (wahai Muhammad, kepada umat manusia); Jika kamu mengasihi Allah maka ikutilah daku, nescaya Allah mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu. Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. (3: 31)
Mereka berkata: "engkau merasa hairan pada perintah Allah? Rahmat Allah dan keberkatan-Nya kepada kamu, wahai ahli rumah ini! Ingatlah! Beliau adalah Maha Terpuji, Pemilik Kemuliaan! (11: 73)
Beliau berkata: "Bolehkah saya percaya beliau kepada anda kecuali sebagaimana yang saya diamanahkan adiknya kepada anda demi sesungguhnya!? Allah adalah lebih baik pada menjaga, dan Dia adalah yang paling mengasihani daripada segala yang lain mengasihani. (12: 64)
Beliau berkata: Wahai Tuhanku! Menghakimi Engkau dengan kebenaran. Tuhan kami Maha Pemurah, pertolongan akan merayu terhadap apa yang kamu sifatkan (kepada Allah). (21: 112)
Ingatlah! kami digunakan untuk berdoa kepada Allah yang telah lalu. Ingatlah! Dia Maha Pemaaf, lagi Maha Mengasihani. (52: 28)

Cahaya Langit dan Bumi

Allah yang menerangi langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah sebagai sebuah misykaat adalah pelita. Lampu itu dalam kaca. Kaca ialah kerana ia adalah bintang yang bersinar. (Lampu Ini) dinyalakan dengan minyak dari pokok yang banyak manfaatnya, zaitun tidak Timur mahupun Barat, yang minyak akan hampir memancarkan cahaya bersinar (dengan sendirinya) walaupun ia tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Allah selalu memberi petunjuk kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah berbicara kepada manusia dalam, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (24: 35)  

Pencipta, Pemilik asal

Yang menciptakan langit dan bumi! Apabila Dia berkehendak melaksanakan sesuatu perkara, dia hanya berfirman kepadanya: Jadilah engkau! dan. (2: 117)
Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari ia menciptakan pasangan dan dari mereka berdua telah tersebar di luar negara banyak lelaki dan wanita. Berhati-hati kewajipan anda kepada Allah yang kepadaNya sahaja kamu mendakwa (hak-hak anda) satu sama lain, dan ke arah rahim (yang melahirkan anda). Ingatlah! Allah sentiasa Mengawasi kamu.
(4: 1)
Yang menciptakan langit dan bumi! Bagaimana dia boleh mempunyai kanak-kanak, apabila terdapat Dia tidak mempunyai isteri, apabila Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Maha Mengetahui segala sesuatu? (6: 102)
Katakanlah (wahai Muhammad): ada rakan anda (yang mereka wahai Muhammad) bahawa Penciptaan mengembalikannya dan kemudian mengembalikan adanya semula? Katakanlah (wahai Muhammad): Allah Penciptaan mengembalikannya, kemudian dia mengembalikannya. Bagaimana, itu, mengapa kamu telah menyesatkan! (10: 34)
Dia menciptakan langit dan bumi dengan kebenaran. Dia menjadikannya malam untuk berjaya hari, dan Dia menjadikan siang untuk berjaya malam dan Dia menjadikan matahari dan bulan untuk memberi perkhidmatan, masing-masing berjalan untuk suatu masa yang tertentu. Bukan Dia, Yang Maha Kuasa, lagi Maha Pengampun? (39: 5)

Tuhan ALLAH

Sekarang Allah ditinggikan, Raja Yang Sebenarnya! Tidak ada Tuhan melainkan Dia, Tuhan Arasy yang mulia. (23: 116)
Segala yang ada di langit dan semua yang ada di bumi sentiasa mengucap tasbih kepada Allah, Tuhan ALLAH, Suci, Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. (62: 1)  

Yang berkuasa, menyeluruh

Katakanlah (wahai Muhammad): Ya Allah! Mempunyai kuasa pemerintahan! Engkau kedaulatan kepada sesiapa yang Engkau kehendaki, dan Engkaulah yang withdrawest daripada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah juga yang Engkau kehendaki dan kehendaki sesiapa yang Engkau kehendaki. Dalam kekuasaan Engkaulah sahaja adanya kebaikan. Ingatlah! Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (3: 26)
Sesiapa interveneth pada jalan yang baik akan mendapat ganjaran daripadanya, dan sesiapa yang interveneth pada jalan yang jahat akan menanggung akibat daripadanya. Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (4: 85)
Dialah yang berkuasa atas sekalian hambaNya dan Dialah Yang Maha Bijaksana, lagi Maha Mengetahui. (6: 18)
Ingatlah! Kami, walaupun Kami, yang menghidupkan dan mematikan, dan Kami yang Mewarisi (15: 23)
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian dia berpaling daripadanya? Ingatlah! Kami akan membalas orang yang berdosa. (32: 22)
Tidakkah mereka melihat bahawa Allah yang menciptakan langit dan bumi dan tidak khas yang dipakai oleh ciptaan mereka, Maha Kuasa untuk memberi hidup kepada yang mati? Sesungguhnya Dia Maha Kuasa untuk melakukan semua perkara. (46: 33)
Dan Allah,, melingkungi mereka. (85: 20)

Lagi Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, Maha Mengetahui

Ingatlah! (Gunung) As-Safa dan Marwah adalah antara tanda-tanda Allah. Oleh itu, adalah tidak ada dosa bagi orang yang menunaikan haji ke Rumah (Tuhan) atau visiteth, untuk pergi sekeliling mereka. Dan dia tidaklah ada yang baik kerelaannya sendiri (untuknya), sesungguhnya! Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (2: 158)
Sempurnalah Kalimah Tuhanmu dengan kebenaran dan keadilan. Ada sesiapa yang boleh mengubah perkataan-Nya. Dialah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.
(6: 115)
Wahai orang-orang yang beriman! Orang-orang musyrik itu najis. Oleh itu, janganlah mereka datang berhampiran Place Masjidilharam sesudah tahun ini mereka. Jika kamu bimbangkan kepapaan (dari kehilangan barang-barang dagangan mereka) Allah akan melindungi kamu daripada limpah kurnia-Nya, jika Dia kehendaki. Ingatlah! Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana. (9: 28)
Beliau adalah Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Besar, Yang Maha Tinggi. (13: 9)
Memenuhi perjanjian Allah apabila kamu berjanji, dan tidak merombak (mencabuli) sumpah kamu selepas asseveration daripada mereka, dan selepas kamu telah menjadikan Allah sebagai Penjamin kebaikan kamu. Ingatlah! Allah mengetahui apa yang kamu lakukan. (16: 91)
Dan sekiranya segala pohon yang ada di bumi menjadi pena dan laut, dengan tujuh lagi laut untuk membantu, (dakwat berada), perkataan Allah tidak boleh habis. Ingatlah! Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. (31: 27)
Ingatlah! Allah! Dan Dialah jua pengetahuan mengenai hari kiamat. Dia menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tidak ada roh yang mengetahui apa yang ia akan mendapat esok, dan tiada jiwa mengetahui di bumi negeri manakah ia akan mati. Ingatlah! Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mengetahui. (31: 34)
Katakanlah (wahai Muhammad): Tuhan kita akan menghimpunkan Kita semua bersama-sama, kemudian Dia akan menghukum di antara kita dengan benar. Dialah jua Hakim yang Maha Mengetahui. (34: 26)
 

Yang Maha Mendengar, Maha Melihatt

Dan jika mereka percaya seperti apa yang kamu percaya, maka mereka mendapat petunjuk, Tetapi jika mereka berpaling, maka mereka dalam permusuhan, dan Allah akan memelihara kamu (untuk membela) terhadap mereka. Dialah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui. (2: 137)
Pencipta langit dan bumi. Ia telah membuat untuk kamu pasangan, dan lembu juga pasangan, di mana Dia menambah anda. Sia-sia samalah seperti-Nya; dan Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat. (42: 11)

Pemberi, Maha Pemberi,

Bandingan orang-orang yang membelanjakan hartanya pada jalan Allah adalah seperti serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tahun setiap seratus biji. Allah melimpahkan meningkatkan manifold kepada sesiapa yang dikehendakiNya.
Allah Maha Luas, Maha Mengetahui (2: 261)
Tuhan kami! Menyebabkan hati kami untuk sesat sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan kurniakanlah kepada kami limpah rahmat dari sisiMu. Ingatlah! Engkau, hanya Engkaulah yang sentiasa Melimpah kurniaNya. (3: 8)
Seorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dari Kitab berkata: Aku akan membawakannya kepadamu sebelum mengulangi pandangannya (wahai Muhammad) kepadamu (wahai Muhammad). Dan apabila dia melihat singgahsana itu terletak dalam kehadiran, Nabi Sulaiman berkata: Ini ialah limpah kurnia Tuhanku, kerana Dia hendak menguji saya sama ada saya bersyukur atau am bersyukur. Sesiapa yang bersyukur beliau hanya bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan sesiapa yang tidak bersyukur (yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi hal kepada Allah) hanya dirinya sendiri yang sakit). Kerana sesungguhnya! Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha Pemurah. (27: 40)
Allah pertolongan kepada hamba-hambaNya. Beliau memberi rezeki bagi sesiapa yang dikehendakiNya. Dan Dialah Yang Kuat, Yang Maha Kuasa. (42: 19)
Ingatlah! Allah! Dialah yang menghidupkan kehidupan, Tuhan yang kuat gagah dan tidak mudah pecah. (51: 58)
 
Yang Maha Pengampun, Maha Penyabar

Perkataan yang baik dengan kemaafan adalah lebih baik daripada sedekah-memberi diikuti oleh kecederaan, Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (2: 263)
Jika kamu berlaku baik secara terbuka atau menyimpan rahsia, atau memaafkan kejahatan, sesungguhnya! Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.
(4: 149)
Maka ketahuilah! Tuhanmu - bagi orang-orang yang menjadi berhijrah sesudah mereka telah dianiaya, dan kemudian berperang dan berpegang teguh - sesungguhnya! Tuhanmu sesudah (mereka) sesungguhnya Pengampun, lagi Maha Mengasihani. (16: 110)

Ini adalah yang Allah gembirakan kepada hamba-hambaNya yang beriman dan beramal soleh. Katakanlah (wahai Muhammad, kepada manusia): Aku tidak meminta kepada kamu sebarang bayaran itu, kecuali kasih sayang di kalangan kaum kerabat.
Dan sesiapa yang scoreth kebaikan kita menambah kepada yang baik untuknya. Ingatlah! Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (42: 23)

Bahawa Dia mengampunkan bagi kamu sebahagian dari dosa-dosa kamu dan memberi kamu hidup (dengan tidak terkena azab) hingga ke suatu masa yang tertentu. Ingatlah! istilah Allah, apabila ia datang, tidak boleh ditangguhkan, jika kamu hendak tahu. (71: 4)

Pelindung, penaung, Pembantu

Dan jika mereka berpaling, maka ketahuilah bahawa Allah adalah befriender anda - Penaung transenden, Pembantu transenden! (8: 40)
Dan jika kamu berpaling, masih saya telah disampaikan kepada kamu azab yang saya telah dihantar kepada kamu, dan Tuhanku akan menetapkan di tempat kamu semua, kaum yang lain daripada kamu. Kamu tidak boleh mencederakan Dia sama sekali. Ingatlah! Tuhanku Maha Pengawal dan Pemelihara tiap-tiap sesuatu. (11: 57)
Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi musuh dari kalangan orang yang berdosa, tetapi cukuplah Allah bagi petunjuk dan Pembantu. (25: 31)
Dan ia adalah Dia yang menurunkan hujan penjimatan setelah mereka berputus asa dan menyebarkan keluar rahmat-Nya, Dia adalah Rakan Melindungi, Maha Terpuji. (42: 28) 

Kebenaran

Pada hari itu Allah akan membayar mereka hanya kerana, dan mereka akan tahu bahawa Allah, Dia adalah Kebenaran Manifes. (24: 25)
Itu (begitu) kerana Allah, Dia adalah Benar, dan apa yang mereka sembah yang lain dari Allah adalah palsu, dan sesungguhnya Allah, Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar. (31: 30)

Mentaati Nya dan Kekasih Nabi

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, setengahnya menjadi penolong bagi setengahnya yang lain; mereka menyuruh berbuat kebaikan dan melarang daripada yang salah, dan mereka mendirikan sembahyang dan mereka membayar zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Ini Allah akan memberi rahmat kepada mereka. Ingatlah! Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. (9: 71)
Alif. Lam. Ra. (Ini ialah) sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu (wahai Muhammad), supaya engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya, dengan izin Tuhan mereka ke jalan Yang Maha Kuasa, lagi Maha Terpuji. (14: 1)
Yang menyampaikan mesej Allah dan takut kepada-Nya, dan takut tidak ada melainkan Allah. Allah keepeth akaun baik.
Muhammad bukanlah bapa kepada mana-mana lelaki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasul Allah dan kesudahan segala Nabi-nabi; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (33: 39-40)
Dialah yang telah mengutus RasulNya dengan petunjuk dan agama yang benar, supaya Dia ke atas segala bawaan agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (48: 28)  

Tuhan hari kiamat

Setiap orang yang ada di bumi itu akan meninggal dunia;
Terdapat, kekallah  Tuhanmu yang mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan. (55: 26-27)
Siapakah yang akan memberi pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik (ikhlas), supaya Dia boleh memberi meningkatkan manifold? Dan Allah menyempitkan dan meluaskan. KepadaNyalah kamu akan kembali. (2: 245)
Tuhan kami! Engkaulah Siapakah yang akan menghimpunkan sekalian manusia hingga ke hari yang tidak ada syak padanya. Ingatlah! Sesungguhnya Allah tidak memungkiri janjiNya. (3: 9)
Dan sesungguhnya hari kiamat itu akan datang, ada sebarang syak tentang kedatangannya; dan kerana sesungguhnya Allah akan membangkitkan orang-orang yang di dalam kubur. (22: 7)
Maka Allah akan menghakimi di antara kamu pada hari kiamat mengenai apa yang kamu digunakan untuk berbeza. (22: 69)
Dialah Yang Maha tinggi darjat kebesaranNya, Tuhan yang mempunyai Arasy. Beliau casteth Roh dari hal perintahNya kepada sesiapa yang akan hamba-hambaNya, Dia memberi amaran hari pertemuan:
Hari mereka segera keluar, tiada apa-apa jua daripada mereka yang tersembunyi kepada Allah.
Yang merupakan kedaulatan hari ini? Ia adalah Allah yang Esa, Maha Kuasa. (40: 15-16)
Ingatlah! orang-orang yang soleh akan kekal di antara taman-taman dan sungai-sungai.
Kukuh berdiri di memihak kepada Raja yang besar. (54: 54-55)

Pujian Pujian dan Berdoalah kepada Allah

Dan ketika Ibrahim meninggikan asas Dewan, (Ibrahim berdoa): Wahai Tuhan kami! Terimalah daripada kami (tugas ini). Ingatlah! Engkau, seni Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.
Tuhan kami! Membuat kita tunduk patuh kepada Engkau dan benih sebuah negara yang tunduk patuh kepada Engkau kami dan menunjukkan kami cara-cara ibadat, dan berlembut terhadap kita. Ingatlah! Engkau, Engkaulah Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani. (2: 127-128)
Orang-orang yang lelaki berkata: Sesungguhnya rakyat telah mengumpulkan tentera untuk memerangi kamu, oleh itu takut kepada mereka. (Ancaman bahaya) tetapi meningkat iman mereka dan mereka berseru: Allah sudah cukup untuk kita! Paling Hebat Dia yang kepadaNya kami yakin! (3: 173)
Minta ampun kepada Tuhan kamu dan kemudian berpaling kepada-Nya (bertaubat). Ingatlah! Tuhanku lagi Maha Mengasihani, Loving. (11: 90)
Tujuh petala langit dan bumi dan segala yang ada di dalamnya memuji-Nya, dan tidak ada sesuatu melainkan bertasbih Segala puji-Nya; tetapi kamu tidak faham akan tasbih mereka. Ingatlah! Ia adalah Maha Penyabar, lagi Maha Pengampun. (17: 44)
Dan (dikatakan kepadanya): Ambil dalam tangan-Mu cawangan dan menghentam dengannya, dan tidak melanggar sumpah Mu.
Ingatlah! kita mendapati Nabi Ayub, sebaik-baik hamba! Ingatlah! sesungguhnya dia adalah sentiasa rujuk kembali (kepada Tuhannya). (38: 44)
Dan orang-orang yang datang (kepada iman) selepas mereka berkata: Wahai Tuhan kami! Ampunkanlah kami dan saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam iman, dan tidak meletakkan di dalam hati kita apa-apa dendam kesumat terhadap orang-orang yang beriman. Tuhan kami! Engkau seni Penuh belas kasihan dan rahmatNya. (59: 10)
Beliau adalah Yang Tetap Hidup. Terdapat tiada Tuhan melainkan Dia. Oleh itu, berdoa kepada Allah, membuat ibadat untuk-Nya (sahaja).
Segala puji tertentu bagi Allah, Tuhan sekalian alam! (40: 65)

AKHLAK SEORANG SALIK

Diambil dari Miftah al-Falah wa Mishbah al-Arwah, Ibn’ Atha’illah al-Iskandari

Ketahulilah, bahwa jalan menuju Allah haruslah senantiasa bersih dari sikap menentang dan dari nafsu yang menyimpang. Pemberian alasan, sikap toleran dan kelembutan pada sesuatu yang mengarah pada penyimpangan dari jalan Allah adalah tidak boleh ada di dalamnya. Karena itu, perbuatan yang jelas-jelas melanggar syariat adalah layak dikecam dan tidak boleh diberi maaf. Sikap toleran hanya berlaku dalam sesuatu yang terkait dengan hak-hak pribadi.
Seorang salik yang hendak menapak jalan menuju Allah, haruslah berusaha memberikan apa yang menjadi hak orang tanpa menuntut balas dari mereka. Ia juga harus menerima alasan orang tanpa berusaha mencari alasan untuk diri sendiri.
Selain itu, ia harus menolong tanpa berusaha untuk ditolong, harus memperlakukan manusia dengan sikap kasih dan sayang, serta berinteraksi bersama mereka dengan mengembangkan sikap saling menasehati.
Ia tidak boleh dengki dan iri dalam apa yang Allah berikan pada orang.
Tidak berteman dan duduk bersama wanita. Serta tidak bersahabat dan bercengkrama dengan anak-anak muda.
Seorang salik juga harus berusaha menepati janji, berkata benar dan bersikap wara’ entah itu terkait dengan ucapan, makanan, pandangan dan seterusnya.
Ia tidak boleh bersikap riya, harus menjaga adab-adab syariat –baik yang kecil maupun yang besar- kalau sudah mengetahui. Kalau belum mengetahui, ia harus bertanya. Orang yang berani mengkhianati adab-adab syariat akan lebih berani lagi mengkhianati rahasia-rahasia ilahi. Karena itu, Allah hanya akan memberikan rahasiaNya kepada mereka yang bisa dipercaya.
Seorang salik tidak boleh memilih, sebab ia bersama pilihan Allah.
Ia juga harus meninggalkan hal-hal yang mubah, sebab memperhatikan hal yang mubah itu hanya akan membuang-buang waktu. Salik yang masuk ke dalam jalan ini, kalau sudah menjadi suami, hendaknya tidak menceraikan isterinya. Atau kalau masih bujang hendaknya tidak menikah dulu sampai sempurna. Dan jika sudah sempurna ia akan mendapat pemberian Allah.

Seorang salik harus jujur. Ia hanya berbicara dengan apa yang ia saksikan.
Ketika salik atau murid mengunjungi seorang syekh, qalb-nya harus kosong agar ia bisa menerima apa yang diberikan oleh syekhnya itu. Ia tidak boleh mengingkarinya. Jika sulit diterima, ia harus mengevaluasi diri dengan berkata,… “Saya belum sampai pada kedudukan ini.” Ia tidak boleh menganggap syekhnya yang salah. Siapa yang menemui syekh untuk mengujinya, berarti ia adalah seorang yang bodoh. Hendaknya ia meminta sang syekh untuk berbicara tentang persoalan khatir. Tetapi, yang mestinya ia minta adalah agar sang syekh tersebut mengajarkan kotoran-kotoran jiwa beserta obatnya, juga agar ia menerangkan hal-ihwal seorang murid, bukan hal-ihwal kaum arif.

Apabila seorang salik menyaksikan ada orang yang sedang berbuat maksiat, janganlah ia mempunyai keyakinan bahwa maksiat tersebut dilakukan seterusnya. Namun, hendaknya ia berkata,… “Barangkali ia bertaubat pada saat tak dilihat orang…” atau “Barangkali maksiat tersebut tidak mengkhawatirkan karena mungkin Allah menolong ia di akhir hidupnya.” Seorang salik tidak boleh mempunyai prasangka buruk terhadap seseorang kecuali yang memang telah Allah tampakkan akhir kehidupannya. Para salik juga tak boleh berprasangka baik terhadap dirinya. Siapa yang memandang dirinya lebih baik dari orang lain, padahal ia belum mengetahui keadaannya dan keadaan orang tersebut di akhir hidupnya, berarti ia bodoh terhadap Allah, tertipu dan tidak memiliki kebaikan. Meskipun ia diberi pengetahuan, tetapi sebetulnya ia tidak diberi. Meremehkan ilmu yang hakiki berarti meremehkan Allah. Dan tentu saja hal tersebut bertentangan dengan sifat kewalian.
Ciri-ciri seorang salik adalah ia selalu membersihkan diri dari berbagai perangai buruk dan mengisinya dengan berbagai akhlak yang terpuji.
Ia senantiasa sabar menghadapi gangguan orang dan tidak menyakiti.
Hendaknya ia senang membantu orang dalam hal kebajikan, mengasihi orang yang lemah, menunjuki orang yang sesat dan bodoh, menyadarkan orang yang lalai dan tidak membuat hijab.
Setiap orang yang meminta pertolongannya, selalu dibantu.
Setiap orang yang ingin menemuinya, selalu bisa bertemu.
Ia tidak menutup diri dari orang, selalu memberi kepada yang meminta, menghormati tamu, menghibur orang yang sedang merana, menenangkan orang yang sedang cemas, memberi makan orang yang lapar, memberi minum orang yang haus, memberi baju kepada orang yang telanjang, membantu pelayan, selalu melakukan perbuatan mulia dan tidak melakukan perbuatan tercela.

Diantara ciri salik lainnya adalah selalu melakukan mujahadah jasmani seperti menahan rasa lapar dan haus, serta berujung dalam empat hal,…
::: Kematian putih, yaitu menahan lapar,
::: Kematian merah, yaitu menentang hawa nafsu,
::: Kematian hitam yaitu bersabar dalam memikul beban, serta
::: Kematian hijau yaitu memakai tembelan berlapis.

Seorang salik juga lebih mengutamakan orang lain, selalu bersandar kepada Allah dalam semua hal, ridha dengan semua ujian dariNya, bersabar dalam menghadapi berbagai macam penderitaan, meninggalkan tanah air, menjauh dari makhluk tanpa memandang mereka sebagai orang yang buruk, namun semata-mata karena lebih mengutamakan Allah ketimbang makhluk. Ia memutuskan segala hubungan yang bisa menjadi penghalang, selalu berusaha untuk memenuhi hajat kebutuhan manusia setelah selesai membenahi dirinya sendiri. Siapa yang berusaha memenuhi hajat manusia sebelum ia memperbaiki diri sendiri, berarti orang tersebut sebenarnya menginginkan kedudukan dan pujian.
Diantara akhlak salik adalah bersikap Qana’ah, yaitu merasa cukup dengan pemberian yang ada tanpa mengharap tambahan karunia. Lalu ia juga selalu berusaha agar dirinya senantiasa berada dalam keadaan suci. Malaikat berkata kepada Allah, “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat….”
Akhlak lainnya adalah berdo’a kepada Allah untuk menunjukkan keberadaan dirinya sebagai hamba,… sekaligus menunjukan kefakiran, kehinaan, kekhusyukan, ketundukan dan sikap tawadhu kepadaNya. Hal itu dilakukan karena keberadaan asma-asma Allah yang selaras dengan sifat tersebut. Tidak ada yang mengetahui rahasia dari asma-asma Tuhan tersebut kecuali orang yang bertingkah laku dengan sifat-sifat yang mencerminkan asma itu.

Seorang salik juga melihat pada aibnya, sibuk dengan dirinya, dan berusaha untuk tidak melihat aib orang. Ia selalu mempunyai prasangka yang baik kepada mereka. Ia membiasakan lisannya mengucapkan yang baik-baik, menjaga pandangan matanya agar tidak melihat kepada sesuatu yang tidak selayaknya, mempercepat langkah ketika berjalan, berusaha diam kecuali dalam kebaikan, melakukan amar maruf nahyi munkar kepada para penguasa yang mempunyai perasaan takut dan diharapkan bisa berubah, …
Senantiasa berlapang dada kepada semua makhluk, mendo’akan kaum muslimin, melayani orang-orang fakir, serta mengasihi dan menyayangi semua hamba Allah, baik manusia maupun yang lainnya.

Dikisahkan bahwa ada seorang penguasa yang sangat lalim,….
suatu hari ia menaiki tunggangannya dan kemudian melihat seekor anjing yang kepayahan. Udara pada hari tersebut sangat dingin. Ia pun segera memerintahkan para pembantunya agar anjing itu dibawa ke rumah. Ia sangat mengasihi anjing tersebut dan berbuat baik kepadanya. Ketika malam tiba, ia bermimpi ada suara yang berkata padanya,…“Engkau tadinya seperti anjing,.. maka kami berikan engkau pada seekor anjing.”

Sifat salik lainnya adalah senantiasa menyebarkan kebaikan manusia. Ia tutupi aib mereka, kecuali ahli bid’ah agar orang-orang mengetahui dan berhati-hati kepadanya.
Seorang salik juga selalu memandang dengan wajah yang menyiratkan penghormatan. Ia tidak pernah menganggap dirinya lebih baik dari orang lain, tidak merasa berjasa dan tidak meminjamkan –tapi memberi.
Kalaupun orang yang membutuhkan kemudian meminta sesuatu kepadanya, ia segera memberinya tanpa rasa pamrih. Namun, jika orang tadi mengembalikannya, ia meminta secara halus kepadanya agar tak usah dikembalikan. Kalau toh orang tadi menolak dan memaksa untuk mengembalikannya, maka ia mengambilnya, tapi untuk diserahkan kepada orang lain yang juga membutuhkannya.
Seorang salik takkan mengambil kembali apa yang sudah keluar darinya. Jika suatu ketika barangnya terjatuh dijalan, entah itu berupa pakaian atau uang, meskipun jumlahnya sekitar seribu dinar, sementara ia sudah berjalan jauh, ia takkan kembali untuk mencarinya dan tidak pula mengumumkannya. Jika ternyata pada kondisi tersebut jiwanya goncang, berarti padanya terdapat penyakit yang tersisa dan dunia masih mendekam dalam qalb-nya. Hendaknya ia lekas mengobati penyakitnya itu. Hanya saja, kalau barang yang hilang tadi kembali tanpa di cari, maka terserah ia. Ia bisa menyimpannya atau mengeluarkannya.

Selanjutnya, sifat seorang salik yang lain adalah mendahulukan kaum fakir daripada orang kaya serta mengutamakan mereka yang cenderung pada akhirat ketimbang hamba dunia. Seorang salik tidaklah harus menjadi miskin. Tetapi, ada yang miskin dan ada pula yang kaya.
Seorang salik juga senang melakukan amal ketaatan, baik dalam kesendirian maupun dalam keramaian. Ia selalu berusaha agar jiwanya dan lintasan pikirannya bersama Allah dalam menerima limpahan karunia. Ia senantiasa ridha kepada Allah dalam semua kondisi. Segala puji bagiNya dalam setiap keadaan.
Kalau ia bisa mengubah kebiasaan yang lazim dilakukan oleh manusia dan dirinya, maka akan Allah berikan untuknya sesuatu yang luar biasa sebagai imbalan yang setimpal. Itulah yang oleh masyarakat awam disebut dengan karamah. Adapun bagi kalangan khusus, karamah adalah pertolongan Tuhan berupa taufiq dan kekuatan hingga ia bisa mengubah kebiasaan mereka.