Minggu, 19 Mei 2013

27 NASIHAT DALAM KITAB TAURAT

Wahab Bin Munahib RA berkata :

Di dalam kitab Taurat terdapat 27 nasehat:

1. "Barangsiapa mau memperbanyak bekal di dunia (untuk perjalanan menuju akhirat dengan ketaqwaan) maka kelak di hari qiamat ia akan menjadi kekasih Allah SWT."

2. "Barangsiapa mau menahan amarahnya maka ia akan di tempatkan disisi Allah SWT."
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

"Barangsiapa mampu menahan amarahnya maka Allah SWT akan melindunginya dari siksaan."
3. "Barangsiapa tidak mencintai kesenangan hidup di dunia maka kelak di hari Qiamat akan selamat dari siksa Allah SWT."

4. "Barangsiapa meninggalkan sifat hasud maka kelak di hari Qiamat ia akan dipuji oleh para makhluk."

5. "Barangsiapa meninggalkan rasa cinta menjadi penguasa (mencintai kedudukan) maka kelak di hari Qiamat akan dimuliakan disisi Dzat yang merajai lagi Maha Perkasa."

6. "Barangsiapa meninggalkan kebiasaan berlebih-lebihan maka ia akan mendapat keluasan rizki bersama orang-orang yang baik."

7. "Barangsiapa meninggalkan sifat bakhil maka kelak ia akan disebut namanya didepan para malaikat."

8. "Barangsiapa di dunia meninggalkan bersantai=-santai maka kelak di hari Qiamat akan mendapatkan kebahagiaan di surga."

9. "Barangsiapa meniggalkan hal-hal yang diharamkan maka kelak di hari Qiamat dijadikan tetangga para Nabi AS."

10. "Barangsiapa di dunia meninggalkan penglihatan dalam hal-hal yang diharamkan maka kelak di hari Qiamat Allah SWT akan membahagiakanmatanya di surga."

11. "Barangsiapa di dunia meninggalkan hidup kaya dan memilih hidup faqir maka di hari Qiamat Allah SWT akan membangunkannya bersamaan dengan para Wali dan para Nabi."

12. "Barangsiapa di dunia mau membantu memenuhi kebutuhan manusia, niscaya Allah SWT akan mencukupi segala kebutuhannya di dunia dan di akhirat."

13. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
"Barangsiapa mau mencukupi kebutuhan saudaranya yang muslim maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahalanya orang yang baru haji dan umrah."

14. "Barangsiapa mau mencukupi kebutuhan saudaranya yang muslim maka ia mendapatkan
pahala sebagaimana pahalanya orang yang baru beribadah kepada Allah SWT seumur hidup."

15. "Barangsiapa mengharapkan ketenangan di alam kubur maka hendaknya ia bangun di waktu malam kemudian mengerjakan shalat sunnah meskipun kiranya satu rakaat."

16. "Barangsiapa mengharapkan tempat di bawah naungan Arsy-Nya Dzat yang Maha Penyayang maka berlakulah hidup zuhud (hatinya berpaling dari nikmat duniawi)."

17. "Barangsiapa mengharapkan hisabnya diperingan maka lebih baik ia mau menasehati dirinya dan saudaranya."

18 "Barangsiapa mengharapkan para malaikat mau menziarahinya maka lebih baik ia memiliki sifat wara'."

19. "Barangsiapa mengharapkan dirinya berada di tengah-tengah surga maka lebih baik berdzikir kepada Allah SWT di waktu malam dan siang hari."

20. "Barangsiapa mengharapkan masuk surga dengan tanpa hisab maka lebih baik bertaubatlah kepada Allah SWT dengan taubat yang sebenar-benarnya (nasuha)."

21. ""Barangsiapa mengharapkan kekayaan maka lebih baik ia ridla terhadap sesuatu yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya dan orang lain baik berupa harta, jabatan dan lain sebagainya."

22. "Barangsiapa mengharapkan menjadi orang yang ahli ilmu fiqh (agama) maka lebih baik ia senantiasa bersikap khusu' dalam menghadapi masalah agama (orang yang mau mengikuti dan mau menerima kebenaran yang diucapkan oleh siapapun)."

23. "Barangsiapa mengharapkan menjadi orang ahli hikmah maka lebih baik ia terlebih dahulu menjadi orang yang berilmu."

"Barangsiapa mengharapkan keselamatan dari kejelekan orang lain maka janganlah menyebut salah satu dari mereka kecuali dengan kebaikan dan lebih baik berfikirlah tentang dirimu sendiri darimana dirimu dibuat dan untuk apa dirimu diciptakan."

24. "Barangsiapa mengharapkan derajat luhur di dunia dan akhirat maka lebih baik pilihlah urusan akhirat dengan meninggalkan urusan dunia (dengan gambaran keseluruhan waktu dipergunakan untuk menjalankan ibadah)."

"Barangsiapa mengharapkan surga Firdaus dan kenikmatannya yang tidak pernah rusak (abadi) maka janganlah kau sia-siakan umur dengan melakukan kemaksiatan."

25. "Barangsiapa mengharapkan surga dunia dan akhirat maka berbaik hatilah dengan suka memberi, sesungguhnya suka memberi dapat mendekatkan dirimu ke surga dan menjauhkanmu dari neraka."

26. "Barangsiapa mengharapkan hatinya tersinari oleh cahaya yang sempurna maka sebaiknya ia sering bertafakur dalam sifat keagungan Allah SWT dan mengambil hikmah dari kematian."

27. "Barangsiapa mengharapkan untuk memiliki badan yang sabar. lisan yang selalu berdzikir, dan hati yang khusu' maka sebaiknya ia memperbanyak memohon ampunan kepada Allah SWT untuk orang islam."


SILSILAH AGUNG KE 17 TAREKAT NAQSHABANDIYAH : HADHRAT KHAWAJAH ALA’UDDIN ATTAR, TRANSOXIANA, UZBEKISTAN, (WAFAT 804 H)

Beliau wafat pada Rabu, 20 Rajab 802 H / 26 MAC 1400 Masehi  di Bukhara, sekarang terletak di wilayah negara Uzbekistan, Asia Tengah.

"Diam (menahan diri) adalah keadaan terbaik, kecuali dalam tiga hal:

Kalian tidak boleh berdiam diri dalam menghadapi gosip buruk yang terbersit dalam hatimu;
Kalian tidak boleh berdiam diri dalam mengarahkan dirimu untuk mengingat Sang Pencipta saat terjaga;Dan kalian tidak boleh berdiam diri ketika pandangan spiritual dalam hatimu memerintahkan untuk bicara."

- Ala'uddin al-Bukhari al-'Aththar qs -

Al ‘Arif Billah Asy Syekh Muhammad Al-Bukhari Al-Khawarizumi Ala'uddin al-'Aththar lahir sebelum pertengahan abad ke-14 Masehi. Beliau meninggalkan semua warisan ayahnya kepada kedua saudaranya dan mengabdikan dirinya untuk belajar di sekolah-sekolah di Bukhara. Beliau menjadi ahli di setiap bidang yang dipelajarinya, khususnya dalam bidang Sufisme dan Islam.

Beliau melamar putri Syah Naqsyband qs, memintanya untuk menikah dengannya. Jawaban Syah Naqsyband qs baru muncul di suatu hari, lewat tengah malam, ketika beliau terbangun dari tidurnya di Qasr al-'Arifan. Dengan segera beliau pergi ke sekolah di Bukhara di mana Ala'uddin qs tinggal. Di sana beliau melihat semua orang tertidur, kecuali Ala'uddin qs, yang tetap terjaga dengan membaca al-Qur'an diterangi cahaya dari sebuah lampu minyak yang kecil.

Beliau mendatanginya dari belakang dan menepuk pundaknya tetapi Ala'uddin qs tidak menoleh. Beliau menepuknya lebih keras, tetapi tetap diam. Melalui pandangan spiritualnya, Syah Naqsyband qs kemudian mengerti bahwa Ala'uddin qs tidak berada di sana tetapi sedang berada dalam Kehadirat Ilahi. Beliau lalu memanggilnya secara spiritual dan dengan segera Ala'uddin qs menoleh dan berkata,"Oh Guru." Syah Naqsyband qs berkata, "Aku bermimpi bahwa Rasulullah (saw) telah menerima lamaranmu kepada putriku. Dengan alasan itulah, Aku datang sendiri ke sini, di tengah malam, untuk menyampaikan kabar gembira ini."


Ala'uddin qs berkata, "Guru, Aku tidak punya apa-apa yang bisa dibelanjakan untuk putrimu maupun untuk diriku sendiri, karena Aku sangat miskin, seluruh warisan ayahku telah kuberikan kepada saudara-saudaraku. " Syah Naqsyband qs menjawab, "Anakku, apa pun yang telah dituliskan Allah ta'ala kepadamu di Hari Perjanjian akan tetap menjadi milikmu. Jangan khawatir, Allah ta'ala akan menyediakannya. "

Ala'uddin pernah bercerita, "Suatu hari seorang Guru bertanya kepadaku, "Bagaimana hatimu?" Aku berkata, "Aku tidak tahu bagaimana keadaan hatiku." Guru itu berkata, "Aku tahu hatiku, dia bagaikan bulan di sepertiga malam."

Aku lalu menceritakan hal ini kepada Guruku Syah Naqsyband qs dan beliau berkata, "Dia berkata berdasarkan keadaan hatinya."
Ketika beliau mengatakan hal itu, beliau meletakkan kakinya di atas kakiku dan menekannya. Tiba-tiba Aku meninggalkan tubuhku dan melihat bahwa segala yang ada di dunia ini dan seluruh alam semesta berada dalam hatiku. Ketika aku terjaga kembali dari "keadaan spiritual" itu, beliau masih berdiri di atas kakiku, dan berkata,

"Jika hati seperti itu, maka tak seorang pun yang dapat melukiskannya. Sekarang bagaimana menurutmu, Ala'uddin, hadits qudsi yang berbunyi, 'Bumi dan langit tidak dapat memuat diriku, tetapi AKU berada dalam hati orang-orang yang benar-benar beriman.' Ini adalah salah satu rahasia yang engkau harus pahami."

Selanjutnya Syah Naqsyband qs bertanggungjawab penuh atas perkembangan spiritual dirinya. Beliau mengangkatnya dari satu tingkat "kesadaran spiritual" ke tingkat lainnya dan mempersiapkannya untuk hadir dalam Kehadirat Ilahi dan untuk mendaki menara Pengetahuan Spiritual yang agung dan meninggalkan segala macam kebodohan spiritual untuk mencapai tingkat Realitas, Hakikat.

Beliau dilatih sedemikian sehingga memiliki kekhususan di antara sekian banyak murid Baha'uddin Naqsyband qs. Selama hidupnya Syah Naqsyband qs memerintahkannya untuk memberi pencerahan kepada para muridnya yang lain. Syaikh Ala'uddin qs sangat disayang dan diistimewakan oleh Syah Naqsyband qs karena kejujuran, kesalehan, kezuhudan, ketakwaan, dan kerendah-hatiannya, sebagaimana Nabi Yusuf 'alayhi as-sallam yang sangat disayang oleh ayahandanya, Nabi Ya'qub 'alayhi as-sallam.

Dari mutiara-mutiara nasehat beliau, Syaikh Ala'uddin qs, antara lain, berpesan:

Perihal Perilaku yang Benar:
"Kalian harus berada pada tingkat yang sesuai dengan orang-orang di sekitarmu dan menyembunyikan "keadaan spiritualmu" yang sebenarnya dari mereka, karena Rasulullah (saw) bersabda, 'Aku telah diperintahkan untuk berbicara kepada orang-orang sesuai dengan apa yang bisa dimengerti, ditampung oleh hati mereka.' "
"Waspadalah, jangan sampai menyakiti hati kaum Sufi sejati. Jika engkau menginginkan persahabatan mereka, pertama kalian harus belajar bagaimana bertingkah laku di hadapan mereka. Kalau tidak kalian akan menyakiti diri sendiri, karena jalan mereka adalah jalan yang paling halus, lembut, dan santun. Disebutkan bahwa, 'Tidak ada tempat di Jalan Kami bagi orang-orang yang tidak memiliki adab (etika) yang baik.' "

"Jika engkau mengira bahwa engkau telah berperilaku baik berarti engkau salah, karena memandang dirimu baik adalah suatu kesombongan. "

Perihal Dzikir Terbaik:
"Jalan untuk berkontemplasi (merenung, tafakur) dan meditasi lebih utama dan lebih sempurna daripada berdzikir dengan kalimat "Laa ilaaha illallah". Para pencari, melalui kontemplasi dan meditasi (muraqabat), dapat meraih pengetahuan internal (batin) dan mampu memasuki Kerajaan Surgawi (dalam kalbu). Yang dengan itu, dia akan diberi kemampuan, kekuasaan untuk "melihat" keadaan batin, realitas spiritual makhluk-makhluk Allah dan mengetahui apa yang terlintas dalam hati mereka, bahkan gosip atau bisikan terkecil pun dapat diketahuinya. Dan dengan itu pula, dia akan diberi kekuasaan, kemampuan untuk membuka hati, mencerahkan kalbu mereka, baik disadari maupun tidak disadari oleh mereka, dengan cahaya Hakikat dari Hakikat Ke-Esa-an Ilahi."
Di suatu hari Sabtu, tanggal 2 Rajab 802 H, Syaikh Ala'uddin qs berkata, "Aku akan meninggalkan kalian menuju kehidupan yang lain dan tak seorang pun yang dapat menghentikan Aku." Beliau wafat pada hari Rabu, tanggal 20 Rajab 802 H/26 Maret 1400 Masehi dan dimakamkan di Jaganyan, salah satu kota di Bukhara, sekarang terletak di wilayah negara Uzbekistan, Asia Tengah.

Beliau meneruskan rahasia ilmunya kepada satu di antara sekian banyak khalifahnya (deputinya), yaitu Syaikh Ya'qub al-Jarkhi qs.

Semoga Allah SWT menjaga rahasia ilmu Ala'uddin al-Bukhari al-'Aththar qs. dan memberinya kedamaian.




Sabtu, 18 Mei 2013

HIKAM ATAI’ILLAH KE 24 (SYARAH TO’GURU) : TIDAK PERLU HAIRAN ATAS KEKERUHAN DALAM KEHIDUPAN

Menurut Kalam Hikmah ke 24 , Imam Ibnu Athaillah Askandary

 "Jangan heran atas terjadinya kesulitan-kesulitan selama engkau masih di dunia ini, sebab ia tidak melahirkan kecuali yang layak dan murni sifatnya."

 Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: "Dunia ini adalah penderitaan dan duka cita, maka apabila terdapat kesenangan di dalamnya, berarti itu hanyalah sebuah keberuntungan." Jafar Asshaddiq radhiyallahu 'anhu berkata: "Barangsiapa meminta sesuatu yang tidak dijadikan oleh Allah, berarti ia melelahkan dirinya dan tidak akan diberi. Ketika ditanya: Apakah itu? Jawabnya: Kesenangan di dunia." Junaid al-Baghdadi radhiyallahu anhu berkata: "Aku tidak merasa terhina apa yang menimpa diriku, sebab aku telah berpendirian, bahwa dunia ini tempat penderitaan dan ujian dan alam ini dikelilingi oleh bencana, maka sudah selayaknya ia menyambutku dengan segala kesulitan dan penderitaan, maka apabila ia menyambut aku dengan kesenangan, maka itu adalah suatu karunia dan kelebihan." Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam berkata kepada Abdullah bin Abbas: Jika engkau dapat beramal karena Allah dengan ikhlas dan keyakinan, maka laksanakanlah dan jika tidak dapat, maka sabarlah. Maka sesungguhnya sabar menghadapi kesulitan itu suatu keuntungan yang besar." Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu berkata kepada orang yang dinasehatinya: "Jika engkau sabar, maka hukum [ketentuan - takdir] Allah tetap berjalan dan engkau mendapat pahala, dan apabila engkau tidak sabar tetap berlaku ketentuan Allah sedang engkau berdosa." Maka apapun yang menimpa dirimu tetaplah berserah diri kepada Allah dengan penuh kesabaran, sebab ketentuan Allah pasti akan terjadi padamu.

SYARAH AL HIKAM 24 (VERSI TO’ FAKIR) : SIFAT KEHIDUPAN DUNIAWI

Menurut Kalam Hikmah ke 24 , Imam Ibnu Athaillah Askandary

JANGAN MENGHAIRANKAN KAMU LANTARAN TERJADI KEKERUHAN KETIKA KAMU BERADA DI DALAM DUNIA KERANA SESUNGGUHNYA KEKERUHAN ITU TIDAK TERJADI MELAINKAN KERANA BEGITULAH YANG PATUT TERJADI DAN ITULAH SIFATNYA (DUNIA) YANG ASLI.

Hikmat yang lalu menyingkap halangan secara umum dan  Hikmat 32 ini pula mengkhususkan kepada dunia sebagai hijab yang menutupi pandangan hati terhadap Allah s.w.t. Halangan inilah yang banyak dihadapi oleh manusia. Manusia menghadapi peristiwa yang berlaku di dalam dunia dengan salah satu dari dua sikap iaitu sama ada mereka melihat apa yang terjadi adalah akibat perbuatan makhluk ataupun mereka memandangnya sebagai perbuatan Tuhan. Hikmat 32 ini menjuruskan kepada golongan yang melihat peristiwa yang berlaku dalam dunia sebagai perbuatan Tuhan tetapi mereka tidak dapat melihat hikmat kebijaksanaan Tuhan dalam perbuatan-Nya.

 Manusia yang telah memperolehi keinsafan dan hatinya sudah beransur bersih, dia akan cenderung untuk mencari kesempurnaan. Dia sangat ingin untuk melihat syariat Allah s.w.t menjadi yang termulia di atas muka bumi ini. Dia sangat ingin melihat umat Nabi Muhammad s.a.w menjadi pemimpin kepada sekalian umat manusia. Dia ingin melihat semua umat manusia hidup rukun damai Dia inginkan segala yang baik-baik dan sanggup berkorban untuk mendatangkan kebaikan kepada dunia. Begitulah sebahagian daripada keinginan yang lahir di dalam hati orang yang hatinya sudah beransur bersih. Tetapi, apa yang terjadi adalah kebalikan daripada apa yang menjadi hasrat murni si hamba Allah s.w.t yang insaf itu. Huru hara berlaku dimana-mana. Pembunuhan berlaku di sana sini. Umat Islam ditindas di merata tempat. Kezaliman dan ketidak-adilan berlaku dengan berleluasa. Seruan kepada kebaikan tidak diendahkan. Ajakan kepada perdamaian tidak dipedulikan. Perbuatan maksiat terus juga dilakukan tanpa segan-silu.

Si hamba tadi melihat kekeruhan yang terjadi di dalam dunia dan merasakan seperti mata tombak menikam ke dalam hatinya. Hatinya merintih, “Agama-Mu dipermainkan, di manakah pembelaan dari-Mu wahai Tuhan! Umat Islam ditindas, di manakah pertolongan-Mu Wahai Tuhan! Seruan kepada jalanMu tidak disambut, apakah Engkau hanya berdiam diri wahai Tuhan! Manusia melakukan kezaliman, kemaksiatan dan kemunkaran, apakah Engkau hanya membiarkan wahai Tuhan?” Beginilah keadaan hati orang yang berasa hairan melihat kekeruhan kehidupan dunia ini dan dia tidak berkuasa menjernihkannya. Allah s.w.t menjawab keluhan hamba-Nya dengan firmanNya:

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal kami sentiasa bertasbih memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak mengetahuinya”. ( Ayat 30 : Surah al-Baqarah )

Para malaikat sudah dapat membayangkan tentang kehidupan dunia yang akan dijalani oleh makhluk berbangsa manusia sebelum lagi manusia pertama diciptakan. Sifat dunia yang dinyatakan oleh malaikat ialah huru-hara dan pertumpahan darah. Dunia adalah ibu sementara huru-hara dan pertumpahan darah adalah anaknya. Ibu tidak melahirkan kecuali anak dari jenisnya juga. Kelahiran huru-hara, peperangan, pembunuhan dan sebagainya di dalam dunia adalah sesuatu yang seharusnya terjadi di dalam dunia, maka tidak perlu dihairankan. Jika terdapat kedamaian dan keharmonian di sana sini di dalam dunia, itu adalah sagu-hati  atau kelahiran yang tidak mengikut sifat ibunya. Seterusnya Allah s.w.t menceritakan tentang dunia:

Allah berfirman, “Turunlah kamu semuanya, dengan keadaan setengah  kamu menjadi musuh bagi setengahnya yang lain, dan bagi kamu disediakan tempat kediaman di bumi, dan juga diberi kesenangan hingga ke suatu ketika (mati)”. ( Ayat 24 : Surah al-A’raaf )

Allah berfirman lagi : “Di bumi itu kamu hidup dan di situ juga kamu mati, dan daripadanya pula kamu akan dikeluarkan (dibangkitkan hidup semula pada hari kiamat)”. ( Ayat 25 : Surah al-A’raaf)

Tiap-tiap yang bernyawa akan merasai mati, dan bahawasanya pada hari kiamat sahajalah akan disempurnakan balasan kamu. Ketika itu sesiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke  syurga maka sesungguhnya ia telah berjaya. Dan (ingatlah bahawa) kehidupan di dunia ini (meliputi segala kemewahannya dan pangkat kebesarannya) tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang  yang terpedaya. ( Ayat 185 : Surah a-li ‘Imraan )

 Allah s.w.t menerangkan dengan jelas tentang sifat-sifat dunia yang dihuni oleh manusia. Manusia bermusuhan sesama sendiri, saling rosak merosakkan dan kesenangannya adalah tipu daya. Segala perkiraan dan pembalasan yang berlaku di dalam dunia ini tidak sempurna.

 Manusia dibahagikan kepada dua golongan iaitu yang beriman dan yang tidak beriman. Golongan yang tidak beriman menerima upah terhadap kebaikan yang mereka lakukan semasa di dunia ini lagi dan di akhirat kelak mereka tidak boleh  menuntut apa-apa lagi dari Tuhan. Janganlah menghairankan dan mendukacitakan sekiranya Tuhan membalas kebaikan mereka ketika mereka masih hidup di dalam dunia dengan memberikan kepada mereka berbagai-bagai kelebihan dan kemewahan. Mereka tidak berhak lagi menuntut nikmat akhirat dan tempat kembali mereka di sana kelak ialah neraka jahanam. Begitu juga janganlah menghairankan dan mendukacitakan sekiranya orang-orang yang beriman dan beramal salih terpaksa menghadapi penderitaan dan penghinaan semasa hidup di dunia. Dunia ini tidak layak menjadi tempat buat Allah s.w.t membalas kebaikan mereka. Balasan kebaikan dari Allah s.w.t sangat tinggi nilainya, sangat mulia dan sangat agung, tidak layak dimuatkan di dalam dunia yang hina dan rendah ini. Dunia hanyalah tempat hidup, beramal dan mati. Bila berlaku kiamat kita akan dibangkitkan dan menunggu kita adalah negeri yang abadi.

KITAB AL-HIKAM HIKMAH KE 24 (SYARAH UST BARI) : KENALI SIFAT DUNIA

Menurut Kalam Hikmah ke 24 , Imam Ibnu Athaillah Askandary       

"JANGAN HAIRAN DENGAN TERJADINYA PERKARA-PERKARA YANG TIDAK BAIK SELAGI ENGKAU MASIH DI ALAM INI, KERANA DUNIA HANYA MEMBERIKAN APA YANG TELAH MENJADI SIFATNYA "


Pelajaran yang boleh kita ambil dari hikmah ini :

Dunia dijadikan oleh Allah swt sebagai tempat beramal untuk kehidupan yang abadi di akhirat kelak, dia dipenuhi dengan ujian, kesulitan,kesedehan dan bebagai macam cobaan, dan hanya menggantungkan kepada sumber kebahagiaan yang hakiki, hanya menggantungkan dan menyerahkannya kepada Allah.

Keredhaan dengan apa yang telah dipilih oleh Allah untuk kita adalah tingkatan kesabaran yang paling tinggi, seorang mukmin tidak lagi merasakan kesulitan yang dia hadapi sebagai penghalang untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, dia tidak menganggap perintah dan larangan Allah sebagai suatu yang mempersempit kehidupannya, dan jika di dalam hatinya muncul rasa berat untuk melaksanakan perintah-Nya, dia akan tetap melaksanakannya dan menghiasi hatinya dengan indahnya kesabaran, rasulullah bersabda :

                 "Jika engkau mampu beramal untuk Allah dengan penuh keredhoan dan keyakinan maka lakukanlah, dan jika tidak mampu ( maka bersabarlah ) sesungguhnya didalam kesabaran menjalankan apa yang tidak engkau sukai terdapat kebaikan yang banyak "                                       
HR : al-Bahaqi dalam kitab syuabul iman

HIKAM ATAILLAH KE 24 (SYARAH TO’KU LI): KESULITAN DAN RINTANGAN LUMRAH KEHIDUPAN

Menurut Kalam Hikmah ke 24 , Imam Ibnu Athaillah Askandary

 “ Jangan merasa gusar terjadinya pelbagai kesulitan selagi anda masih berada di dunia ini, lantaran apa jua kesulitan yang menimpa itu adalah yang sepatutnya bersifat demikian dan mestilah ia bersifat demikian.”
Allah SWT telah menjadikan kehidupan dunia sebagai medan yang dipenuhi dengan ujian dan fitnah ke atas manusia.Tujuannya supaya manusia menghadapinya dengan penuh kesabaran dan sifat-sifat murni yang lain.Setelah mereka berjaya melepasi ujian dan fitnah itu mereka akan kembali kepada Allah untuk menerima ganjaran keredhaan,keampunan dan rahmat Allah.Sehubungan ini Allah SWT menyatakan :

Mafhumnya : Setiap jiwa pasti merasai kematian,dan Kami uji kamu dengan kejahatan dan kebaikan,dan kepada Kamilah kamu semua akan dikembalikan. ( Surah Al-Anbiya` ayat 35 )
 Kesulitan adalah sesuatu yang lazim dan lumrah dalam kehidupan dunia sehingga seorang sufi yang bernama Ja’afar al-Shadiq berkata :

Maksudnya : Barangsiapa yang mencari sesuatu yang tidak diciptakan Allah, sudah tentu ia adalah pencarian yang meletihkan dan tidak ada rezeki baginya.

Orang ramai bertanya apakah yang dimaksudkan dengan sesuatu yang tidak dicipta Allah di dunia ini.Jawab al-Shodiq : Istirehat di dunia ini.
Sehubungan ini sufi al-Shodiq berkata lagi :

Maksudnya :Anda mencari kerehatan di dunia yang fana` ini, rugilah seseorang yang mencari sesuatu yang tidak ada.

 Ibn Mas’ud r.a. merumuskan sifat yang lazim bagi dunia dengan katanya :
Maksudnya :Dunia adalah negeri kesusahan dan kedukacitaan,maka andainya terdapat kesusahan di dunia anggaplah ia satu keberuntungan.

Syeikh Junaid al-Baghdadi mengupas apa yang disuarakan oleh Ibn Mas’ud r.a. dengan katanya : Aku tidak tertarik terhadap dunia yang kadang-kadang ia datang kepadaku, dalam hal ini aku telah menetapkan bahawa bahawa dunia ini tempat manusia bersusah payah dan bergundah gulana,tempat yang dipenuhi bala` dan fitnah.Sesungguhnya alam ini penuh dengan kejahatan sesetengah daripada falsafah alam ini ialah ia mendatangi aku dengan apa yang aku tidak senangi,maka jika ia datang dengan apa yang ku senangi itu adalah suatu anugerah,dan jika tidak maka yang asal ialah ketetapan ku yang awal tadi.

Abu Turab r.a. berkata : Wahai manusia ! kamu mencintai 3 perkara walhal yang ketiga bukan milikmu :

1          Kamu mencintai dirimu,pada hal ia adalah milik hawa nafsu,

2          kamu mencintai ruh mu pada hal nyawa adalah milik Allah,

3          kamu mencintai hartamu padahal adalah milik waris yang bertukar ganti,turun temurun.

Setelah kita insafi semua itu tentang dunia ini maka jadikanlah dunia ini tempat beramal dan berbekal demi perjalanan yang jauh.Beramal dalam ruang lingkup yang luas.Sabar adalah senjata dan teman yang paling berguna dalam menempuh dugaan dunia ini lantaran itu Allah SWT menyatakan :

Mafhumnya : “…Hanya sesungguhnya orang-orang yang sabar akan dibayar dengan pahala yang cukup tanpa batasan lagi. ( Surah Az-Zumar ayat 10 )
Saidina Ali KarramaLlahu wajhah mengupas kesabaran dengan katanya :

Mafhumnya :Sabar itu sebahagian daripada iman yang berkedudukan seperti kepala bagi sebatang tubuh.Tidak ada gunanya sebatang tubuh yang tidak berkepala dan tidak ertinya keimanan bagi orang tiada kesabaran.

TOKOH SUFI KLASIK MA’RUF AL-KARKHI KE 2: DI BAWAH BIMBINGAN DAUD AT TA’I

Setelah itu Ma'ruf belajar di bawah bimbingan Daud at-Ta'i dan menjalani disiplin diri yang keras. Terbuktilah bahwa ia sedemikian taat beragama dan mempraktekkan disiplin yang sedemikian keras-nya sehingga ketabahannya itu menjadi termasyhur ke mana-mana.

Muhammad bin Manshur at-Tusi meriwayatkan pertemuannya dengan Ma'ruf di kota Baghdad. "Kulihat di wajahnya ada goresan bekas luka. Aku bertanya kepadanya: 'Kemarin aku bersamamu tetapi tidak terlihat olehku bekas luka ini. Bekas apakah ini?' Ma'ruf menjawab: 'Jangan hiraukan segala sesuatu yang bukan urusanmu. Tanyakanlah hal-hal yang berfaedah bagi dirimu. Tetapi aku terus mendesak Ma'ruf: Demi hak Allah yang kita sembah, jelaskanlah kepadaku,

Maka berkatalah Ma'ruf: "Kemarin malam aku berdoa semoga aku dapat ke Mekkah dan mengelilingi Ka'bah. Doaku itu terkabul.

Ketika hendak minum di sumur zamzam aku tergelincir dan mukaku terbentur ke sumur itu. Itulah yang menyebabkan bekas luka itu".

Pada suatu ketika Ma'ruf turun ke sungai Tigris dengan maksud hendak bersuci. Al-Qur'an dan sajadahnya tertinggal di masjid. Seorang wanita tua masuk ke masjid, mengambil dan membawa kabur al-Qur'an beserta sajadah itu. Ma'ruf segera mengejarnya. Setelah wanita itu tersusul, sambil menundukkan kepala agar tidak sampai memandang wajah wanita itu, Ma'ruf bertanya:

"Apakah engkau mempunyai seorang putera yang dapat membaca al-Qur'an?"

"Tidak", jawab wanita itu.

"Kalau begitu, kembalikanlah al-Qur'an itu kepadaku. Sajadah itu biarlah untukmu".

Perempuan itu terheran-heran akan kemurahan hati Ma'ruf, maka baik al-Qur'an maupun sajadah itu diserahkannya kembali.

Tetapi Ma'ruf mendesak: 'Tidak, ambillah sajadah ini; Sajadah ini adalah hakmu yang halal".

Si wanita bergegas meninggalkan tempat itu dengan perasaan malu dan tak habis pikir.