Sabtu, 16 Juli 2016

UNTAIAN KISAH PARA WALI KE 18 : BERBAIK SANGKA TERHADAP ALLAH



Petikan Dari Untaian Kisah Para Wali Allah Diceritakan dari Syeikh Ibrahim Al-Khowwas rahimahullah, bahwasanya dia berkata; Aku meninggalkan negeriku menuju ke Makkah untuk berhaji, kali ini tanpa kenderaan dan bekal apa pun. Di tengah perjalanan, aku tersesat sehingga tidak mengetahui arah mana yang harus dituju.

Tiba-tiba terlihat olehku seorang pendita Nasrani mendatangiku seraya bertanya: “Wahai Pendita muslim! bolehkah aku menemanimu dalam perjalanan ini?” “Boleh, jawabku kepadanya. Memang kebetulan pula, saya pun tak mempunyai teman yang lain.” Aku tidak tahu dari mana pendita Nasrani, dan aku pun tidak mahu bertanya. Hatiku berkata syukur aku telah dikurniai Tuhan seorang teman, kalau tidak tentu aku akan terus sesat tidak tahu menuju ke mana.

Kami pun berjalan selama tiga hari tiga malam tanpa merasakan makan dan minum. Kami merasa terlalu lapar sekali, namun begitu masing-masing kami terus berdiam diri antara satu dengan yang lain. Kemudian dengan tiba-tiba pendita Nasrani itu berkata: “Wahai pendita muslim! apakah engkau tidak membawa makanan dan minuman untuk kita menikmati bersama?” Mendengar pertanyaan itu, aku agak terkejut sedikit. Selama ini aku berkata di dalam hatiku, apakah si pendita Nasrani ini tidak membawa bekal makan atau minum. Rupanya dia tidak punya apa-apa, maka dia bertanya pula kepadaku. Apa yang hendak aku ketakan kepadanya? “Ya, ada!” tiba-tiba terkeluar dari mulutk kata-kata yang berani itu. “Marilah kita nikmati bersama!” usul pendita Nasrani itu wajah yang tersenyum.

Celaka aku! Aku telah berdusta kepada diriku sendiri. Di mana ada makanan dan minuman yang akan aku keluarkan? Wajahku pucat lesi. Tiada jalan lagi bagiku melainkan dengan memohon kernia dari Allah Subhanahuwa Taala. Aku menengadah ke arah langit, lalu berdoa: “Ya Tuhan hamba! Wahai pengguasa yang tiada terbatas! Berilah hamba sesuatu untuk menutup lapar dan dahaga kami berdua ini, dan janganlah sampai hamba dihinakan di hadapan pendita Nasrani ini! Ya Allah, Ya Tuhanku! Dengarlah permohonan hamba ini!” Tanpa diduga, dengan tiba-tiba turunlah dari angkasa sebuah talam yang berisi roti, daging dan sekendi air. Kamipun memakannya berdua sehingga kenyang, serta bersyukurlah kami kepada Tuhan Maha Pemurah yang telah menurunkan kurniaNya secara luarbiasa itu.

Kemudian kamipun melanjutkan perjalanan kami tanpa membicarakan apa-apapun tentang bagaimana turunnya makanan dan minuman dari angkasa itu. Orang Nasrani itu nampaknya kelihatan tidak hairan, seolah-olah perkara serupa itu adalah biasa saja. Namun begitu aku tetap takjub tentang hal itu, kerana itu adalah yang pertama kali berlaku atas diriku. Kini, sudah tiga hari tiga malam, kami berjalan lagi tanpa makan dan minum apapun. Maka pada hari keempat, aku berkata pula kepada pendita Nasrani itu: “Wahai pendita Nasrani! Kini giliranmu pulalah untuk mengeluarkan apa yang yang ada padamu untuk kita makan dan minum bersama!” “Baiklah,” jawabnya tenang saja. Aku hairan, dan aku ingin lihat apa pula yang dibuatnya. Pendita Nasrani itu lalu menengadah ke arah langit lalu berdoa. Tiba-tiba meluncur turun dua buah talam yang penuh dengan makanan dan minuman. “Sila makan!” pelawa pendita Nasrani itu. “Ini ada dua hidangan satu untukmu satu untukku.” Aku tercengang, tidak tahu apa yang hendak aku katakan. Bila dulu aku meminta kepada Allah untuk menurunkan makanan, aku hanya mendapat satu talam saja.

Kini si pendita Nasrani ini mendapat dua talam. “Sila makan!” pelawanya sekali lagi. “Tidak! Demi Allah, aku tak akan memakanya sebelum kau menjelaskan terlebih dulu tentang makanan dan minuman ini!” kataku Kepada pendita Nasrani itu. Pendita itu lalu menjawab dengan riang gembira, katanya: “Selama saya menemani tuan, benar-benar saya tertarik kepada amalanmu itu, dan saya yakin bahwa selama ini diriku dalam kesesatan yang nyata, dan jelas sekali saya tak mampu berbuat seperti dengan perantaraan Kesalihan tuan dan kekeramatan tuan di sisi Allah, Semoga Allah berkenan memberi kami makanan dan minuman.

Dan rupanya doa itu dikabulkan Tuhan, dan inilah dia makanan dan minuman yang diberikanNya, dan DiberikanNya kita dua talam pula sebagai kurnia hidangan daripadaNya. Maka sekarang, saksikanlah bahwa saya telah memeluk islam: “Asyhadu Illaaha Illallaah, Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah!” Alangkah gembiranya hatiku bila mendengar penjelasan tuan pendita itu. Aku terus merangkulnya dengan perasaan yang terharu, dan hatiku gembira tidak pernah gembira seperti hari ini. Kemudian kami pun makan dan minum bersama. Selesai makan dan minum, dia lalu bertanya kepadaku: “Ke mana tujuanmu dari sini?” “Aku akan ke Mekah untuk naik haji,” jawabku. “Aku akan mengikutmu ke sana juga,” jawab pendita itu pula. Kami pun meneruskan perjalan menuju ke Makkah untuk berhaji bersama-sama pula. Sewaktu kami berada di Mekah, pada suatu ketika , aku kehilangan dirinya, lalu aku mencarinya ke sana ke mari, sehingga aku menemukannya sedang giat bershalat di suatu tempat yang terlindung dari pandangan orang ramai.

 Aku pun menunggunya di situ sehinggalah ia selesai dari shalatnya. Aku lalu memberi salam kepadanya. Ia menjawab salamku itu dengan baik dan penuh gembira. Kemudian ia berkata pula: “Tuan! Rupa-rupanya aku terasa diriku ini akan segera pergi untuk mengadap Tuhan Rabbul-alamin!” “Bagaimana kau tahu?!” tanyaku ingin mengatahui. “Aku tahu,” jawabnya pendek sahaja. Dia lalu menghulurkan tangannya sambil berkata: “Aku berdoa moga-moga persahabatan kita ini diteruskan Allah nanti ketika kita berada di akhirat nanti!” dia lalu menggoyang-goyangkan tanganya ke tangan tanda mesra. “Amin!” jawabku.

 Dia bangun untuk meneruskan shalatnya, tiba-tiba ia menggeletar hebat, lalu jatuh di tempat shalatnya, dan sambil membaca dua kalimah syahadat, dia menghembus nafasnya yang terakhir. Wajahnya kelihatan tenang dan bercahaya. Aku merasa sangat sedih kerana kehilangan seorang teman yang baik sepertinya. Aku kemudian memandikanya, mengkafankannya, menshalatinya, kemudian menguburkannya. Dan pada malam itu, aku memimpikannya sedang berpakaian yang sangat indah, di tempat kediaman yang amat indah pula. Aku pun bertanya kepadanya: “Bukankah kau ini temanku?” “Benar!” jawabnya. “Alhamdulillah,” ucapku untuknya. Dia ketawa suka dan riang sekali. “Bagaimana sambutan Allah kepadamu?” aku bertanya kepadanya. “Aku datang kepadaNya dengan membawa dosa yang bertumpuk-tumpuk, namun Allah berkenan mengampuniku, kerana aku telah berbaik sangka kepadaNya, dan semoga Allah menjadikanku sebagai temanmu nanti di akhirat,” dia memberitahuku. Aku pun terjaga dari mimpiku itu, dan merasa sangat gembira sekali.

UNTAIAN KISAH PARA WALI KE 17 : KATA-KATA HIKMAH DARI WALI ALLAH YANG TELAH MENGALAMI FANA



Ada seorang bertanya kepada Abu Yazid Al-Busthami; “Bagaimana tuan habiskan masa pagimu?”. Abu Yazid menjawab: “Diri saya telah hilang(fana) dalam mengenang Allah hingga saya tidak tahu malam dan siang”.

**Satu ketika Abu Yazid telah ditanyai orang bagaimanakah kita boleh mencapai Allah. Beliau telah menjawab dengan katanya: “Buangkanlah diri kamu.

Di situlah terletak jalan menuju Allah. Barangsiapa yang melenyapkan(fana) dirinya dalam Allah, maka didapati bahawa Allah itu segala-galanya”.

Beliau pernah menceritakan sesuatu tentang fana ini dengan katanya; Apabila Allah memfanakan saya dan membawa saya baqa dengaNya dan membuka hijab yang mendinding saya dengan Dia, maka saya pun dapat memandangNya dan ketika itu hancur leburlah pancainderaku dan tidak dapat berkata apa-apa.

Hijab diriku tersingkap dan saya berada di keadaan itu beberapa lama tanpa pertolongan sebarang panca indera.

Kemudian Allah kurniakan saya mata Ketuhanan dan telinga Ketuhanan dan saya dapat dapati segala-galanya adalah di dalam Dia juga.”

**Al-Junaid Al-Bagdadi yang menjadi Imam Tasauf kepada golongan Ahli Sunnah Wal-Jamaah pernah membicarakan tentang fana ini dengan kata-kata beliau seperti berikut: Kamu tidak mencapai baqa(kekal dengan Allah) sebelum melalui fana(hapus diri) Membuangkan segala-galanya kecuali Allah dan ‘mematikan diri’ ialah kesufian. Seorang itu tidak akan mencapai Cinta kepada Allah(mahabbah) hingga dia memfanakan dirinya. Percakapan orang-orang yang cinta kepada Allah itu pandangan orang-orang biasa adalah dongeng sahaja.

Sabtu, 25 Juni 2016

MAQAM TAWAKAL



Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (Ali Imran:122)

Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memilikiarti; menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 :1687). Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan,mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT.

Secara harfiah, tawakal berarti pengakuan ketak-mampuan seseorang dan penyandaran pada seseorang lain dirinya. Dalam kajian tasawuf, tawakal memiliki beberapa derajat sesuai degan maqam hamba Allah Swt. Kwaja 'Abdullah Al-Anshari dalam Manazil al-Sairin mendefinisikan tawakal sebagai mempercaykan atau menyerahkan seluruhnya kepada sang penguasa dan bersandar kepada kemampuannya dalam masalah-masalah itu.Beberapa cendekiawan berkata, "Tawakal berarti menundukkan badan (sperti dalam sujud) dalam ibadah dan mengikatkan hati kepada rububiyyah-Nya (Allah sebagai Rabb, Penguasa). Ini artinya hanya menggunakan kekuatan tubuh sesorang untuk mengabdi kepada Allah tanpa tercampur dengan urusan hati.

Tawakkal adalah salah satu amal batin yang menghubungkan hamba dengan cinta Allah serta mengantarkannya sampai kepada puncak keikhlasan. Dan maqam ini merupakan maqam yang menjadi kewajiban kalangan awam dan khas secara umum. Tidak sebagaimana yang dipandang oleh sebagian sufi bahwa maqam tawakkal ini terlalu tinggi sehingga terlalu sulit untuk memahami dan mengamalkannya.
Dalam menegaskan konsepnya bahwa maqamat itu merupakan kewajiban semua kalangan tanpa ada perbedaan antara awam dan khas, Ibnu Taimiyah menyatakan ,
"Dan barangsiapa yang mengatakan bahwa 'maqamat' ini hanya untuk kalangan awam dan bukan untuk kalangan khas, maka ia telah keliru jika yang ia maksud bahwa kalangan khas telah keluar( dari kewajiban itu). Sebab tidak ada seorang mukmin pun yang keluar (dari kewajiban menjalani 'maqama' itu –pen). Yang keluar (dari kewajiban 'maqama' itu) hanyalah orang kafir atau munafik."


Tawakal Dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an sangat menaruh perhatian terhadap permasalahan tawakal ini.Sehingga kita jumpai cukup banyak ayat-ayat yang secara langsungmenggunakan kata yang berasal dari kata tawakal. Berdasarkan pencarianyang dilakukan dari CD ROM Al-Qur’an, kita mendapatkan bahwa setidaknyaterdapat 70 kali, kata tawakal disebut oleh Allah dalam Al-Qur’an. Jikadisimpulkan ayat-ayat tersebut mencakup tema berikut:

1. Tawakal merupakan perintah Allah SWT.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 8 : 61)

“Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Lihat juga QS.11:123, 25:58, 26:217, 27:79, 33:3, 33:48,

2. Larangan bertawakal selain kepada Allah (menjadikan selain Allah sebagai penolong)
Allah berfirman (QS. 17:2)

Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitabTaurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamumengambil penolong selain Aku,

 3. Orang yang beriman; hanya kepada Allah lah ia bertawakal.

Allah berfirman (QS. 3 : 122) :


Dan hanya kepada Allahlah, hendaknya orang-orang mu’min bertawakal.

Lihat juga QS.3:160, 5:11, 5:23, 7:89, 8:2, 9:51, 58:10, 64:13.

4. Tawakal harus senantiasa mengiringi suatu azam (baca; keingingan/ ambisi positif yang kuat)

Allah berfirman (QS. 3 : 159)


Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallahkepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkalkepada-Nya.

5. Allah sebaik-baik tempat untuk menggantungkan tawakal (pelindung)

Allah berfirman (QS. 3: 173)



“Dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."Lihat juga QS.4:81, 4:109, 4:132, 4:171.

6. Akan mendapatkan perlindungan, pertolongan dan anugrah dari Allah.

Allah berfirman (QS. 8 : 49):


"Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".

Lihat juga QS.17:65.

7. Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat (surga)

Allah berfirman (QS. 16: 41-42):

Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya,pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia.Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau merekamengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan sajamereka bertawakkal.

Lihat juga QS.29:58-59.

8. Allah akan mencukupkan orang yang bertawakal kepada-Nya.

Allah berfirman (QS. 65:3):

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Danbarangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akanmencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan(yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuanbagi tiap-tiap sesuatu.


Tawakal Dalam Hadits

Selain dalam Al-Qur’an, dalam haditspun, tawakal memiliki porsi yangsangat banyak. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan11 hadits. Sedangkan pelacakan melalui CD ROM, kita mendapatkanterdapat sekitar 900 an hadits yang terdapat kata yang berasal darikata tawakal. (Dari 9 kitab hadits induk, yaitu Shahih Bukhari, Muslim,Sunan Abu Daud, Timidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Addarimi, Muwatha’ Malikdan Musnad Imam Ahmad bin Hambal.) Sebelas hadits yang dicantumkan ImamNawawi dalam Riyadus Shalihin, telah mencakup sebagaian besarhadits-hadits tentang tawakal. Dari hadits-hadits tentang tawakal ini,kita dapat menyimpulkan beberpa poin :

1. Orang yang bertawakal hanya kepada Allah, akan masuk ke dalam surga tanpa hisab.

Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:

Dari Abdullah bin Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: Telah ditunjukkankepadaku keadaan umat yang dahulu, hingga saya melihat seorang nabidengan rombongan yang kecil, dan ada nabi yang mempunyai penigkut satudua orang, bahkan ada nabi yang tiada pengikutnya. Mendadak telihatpadaku rombongan yang besar (yang banyak sekali), saya kira itu adalahumatku, namun diberitahukan kepadaku bahwa itu adalah nabi Musa asbeserta kaumnya. Kemudian dikatakan kepadaku, lihatlah ke ufuk kanandan kirimu, tiba-tiba di sana saya melihat rombongan yang besar sekali.Lalu dikatakan kepadaku, Itulah umatmu, dan di samping mereka ada tujuhpuluh ribu yang masuk surga tanpa perhingungan (hisab). Setelah itunabi bangun dan masuk ke rumahnya, sehingga orang-orang banyak yangmembicarakan mengenai orang-orang yang masuk surga tanpa hisab itu. Adayang berpendapat; mungkin mereka adalah sahabat-sahabat Rasulullah SAW.Ada pula yang berpendapat, mungkin mereka yang lahir dalam Islam dantidak pernah mempersekutukan Allah, dan ada juga pendapt-pendapat lainyang mereka sebut. Kemudian Rasulullah SAW keluar menemui mereka danbertanya, ‘apakah yang sedang kalian bicarakan?’. Merekamemberiktahukan segala pembicaraan mereka. Beliau bersabda, ‘ Merekatidak pernah menjampi atau dijampikan dan tidak suka menebak nasibdengan perantaraan burung, dan hanya kepada Rab nya lah, merekabertawakal.” Lalu bangunlah Ukasyah bin Mihshan dan berkata, ‘YaRasulullah SAW doakanlah aku supaya masuk dalam golongan mereka.’Rasulullah SAW menjawab, ‘Engkau termasuk golongan mereka.’ Kemudianberdiri pula orang lain, dan berkata, ‘doakan saja juga supaya Allahmenjadikan saya salah satu dari mereka.’ Rasulullah SAW menjawab,‘Engkau telah didahului oleh Ukasyah.” (HR. Bukhari & Muslim).

2. Tawakal merupakan sunnah Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW sendiri senantiasa menggantungkan tawakalnya kepadaAllah SWT. Salah satu contohnya adalah bahwa beliau selalu mengucapkandoa-doa mengenai ketawakalan dirinya kepada Allah SWT:


Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW senantiasa berdoa, ‘Ya Allahhanya kepada-Mulah aku menyerahkan diri, hanya kepada-Mulah akuberiman, hanya kepada-Mulah aku bertawakal, hanya kepada-Mulah akubertaubat, hanya karena-Mulah aku (melawan musuh-musuh-Mu). Ya Allahaku berlindung dengan kemulyaan-Mu di mana tiada tuhan selain Engkaujanganlah Engkau menyesatkanku. Engkau Maha Hidup dan tidak pernahmati, sendangkan jin dan manusia mati. (HR. Muslim)

3. Allah merupakan sebaik-baik tempat untuk bertawakal.

Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :

Dari Ibnu Abbas ra, “Hasbunallah wani’mal Wakil’ kalimat yang dibacaoleh Nabi Ibrahim as ketika dilempar ke dalam ap, dan juga telah dibacaoleh Nabi Muhammad SAW ketika diprovokasi oleh orang kafir, supayatakut kepada mereka ; ‘sesungguhnya manusia telah mengumpulkan segalakekuatannya untuk menghancurkan kalian, maka takutlah kamu danjanganlah melawan, tapi orang-orang beriman bertambah imannya danmembaca, Hasbunallah wa ni’mal Wakil (cukuplah Allah yang mencukupikami dan cukuplah Allah sebagai tempat kami bertawakal.” (HR. Bukhari)

4. Tawakal akan mendatangkan nasrullah.

Sebagaimana yang terdapat dalam hadits no 5, dalam kitab RiyadhusShalihin. Dimana dikisahkan pada saat perang Dzatur riqa’, ketikaRasulullah SAW sedang beristirahat di bawah sebuah pohon, sedangkanpedang beliau tergantung di pohon. Ketika tiba-tiba datang seorangmusyrikin yang mengambil pedang beliau sambil berkata, siapa yang dapatmelindungimu dariku?. Namun dengan sangat tenang Rasulullah SAWmenjawab Allah. Setelah tiga kali bertanya, tiba-tiba pedang yangdipegangnya jatuh. Lalu Rasulullah SAW mengambil pedang tersebut serayabertanya, sekarang siapakah yang dapat melindungimu dari ku?


TASAWWUF MODEN FASAL 22 : ISLAM DAN KEMAJUAN (DARI BAB 2 BAHAGIA DAN AGAMA)



TULISAN PROF DR. HAMKA (TOKOH AGAMA AGUNG INDONESIA

Tabiat manusia sentiasa suka kepada kelebihan yang ada pada dirinya sendiri, kelebihan badan kasar, keindahan atau kecantikan tubuh, dan berusaha menolak segala bahaya yang akan menimpa dirinya. Pada dirinya ada 'kekuatan'. Dengan kekuatan itulah segala yang dicita-citakan akan dicapainya dan segala yang dibenci dijauhinya. Dengan cara demikian kehidupan menusia itu mengalami kemajuan, sehingga bangsa manusia tampil ke muka dan tidak perna mundur ke belakang.

Meskipun kemajuan tidak boleh ditahan. Tetapi ada kalanya orang takut pada kemajuan itu, lalu mencuba menahan kemajuan itu, mencuba menghambat air yang hendak mengalir ke lautan. Mereka tidak memegang ubun-ubun bangsa dan mesti ikut segala aturan yang mereka buat menurut kehendak mereka. Mereka takut kalau manusia beroleh kebebasan akan terlepas dari cengkeramnya. Sebab itulah mereka perbuat bermacam aturan-aturan dan undang-undang, mengatakan bahawa orang yang mencari kebahagiaan dalam dunia adalah sesat, orang yang tertipu oleh hawa nafsu. Mereka adakan pelajaran-pelajaran zuhud, membenci dunia, padahal mereka masih hidup dlam dunia, tidak peduli akan keadaan sekelilingnya atau di dalam alam sekalian. Sehingga kelihatan tiap-tiap orang yang telah berpegang dengan agama menjadi orang bodoh, dungu, tidak teratur pakaian dan kediamannya, tersisih dalam pergaulan. Padahal bukan begitu hakikat pelajaran agama yang hanya bikinan sempit faham kepala-kepala agama sahaja.

Banyak bangsa-bangsa yang dapat pelajaran agama seperti itu hingga jatuhlah darjat mereka sampai ke kuruk tanah, lemah dan tertindas di dunia, tidak maju ke muka, tetapi surut ke belakang. Sehingga terbit persangkaan bahawa segala ibadat itu, ialah menjauhi kesenangan badan kasar. Lantaran itu kalahlah fikiran dan akal, dikalah oleh ragu-ragu dan syak wasangka, berlawan hukum agama dengan kukum kehidupan. Kepala-kepala agama memegang teguh pendirian ini tidak mahu berkisar. Tidak mahu melepaskan kuduk manusia dari pengaruh dan cengkeramannya. Sebab itu terjadilah perang di antara ilmu pengetahuan dengan agama, agama mengatakan ilmu itu kafir, sedang kaum ilmuan mengatakan agama itu kebodohan. Perang yang tidak henti-hentinya berlangsung terus, sulit didamaikan.

Islam membantah dan menentang segala teori bbuatan kepala-kepala agama itu. Dengan bukti cukup ditunjukkannya bahawa agama bukan musuh pengetahuan, bahkan agamalah penuntun ilmu menempu tujuan untuk perdamaian segala bangsa.

Allah berfirman:

Ertinya: "Katakan Muahammad, siapakah yang berani mengharamkan perhiasan Allah Yang dikeluarkanNya untuk hambaNya, dan siapakah yang menolak rezeki yang baik-baik?" (Al-A'raf: 32).

Firman Allah swt:

Ertinya: "Ya Allah, berilah kami keselamatan di dunia dan beri pula kami keselamatan dikhirat, jauhkan kami daripada azab neraka". (Al-Baqarah: 201).

FirmanNya lagi:

Ertinya: "Dan dikatakan kepada orang-orang yang takwa" Apakah yang diturunkan Tuhanmu? Mereka menjawa b: Ialah kebaikan, iaitu untuk orang yang berbuat baik seketika di dunia dengan suatu kebaikan, dan hidup di akhirat itu adalah lebih baik lagi. Di sanalah seindah-indah tempat bagi orang yang takwa". (An-Nahl: 30).

Kerana kemajuan tidak akan tercapai dengan tiada ilmu, maka beratus ayat Quran dan beratus hadis menyerukan manusia menuntut ilmu. Apa saja macamnya, ilmu dunia dan akhirat, ilmu agama dan duniawi, ilmu alam, ilmu bintang, ilmu membuat kapal, membuat mesin, membuat kapal udara, membuat roket angkasa luar, membuat radio, membuat televisyen, membuat litrik, memperbaharui model alat perang dan seterusnya.

Semuanya dianjurkan di dalam Al-Quran, bukan dilarang. Islam tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama, seperti soal istinjak, rukun bersuci, ilmu hadis, fiqah dan sebaginya.

Doa seindah-indahnya di dalam Al-Quran dalam perkara menuntut ilmu ialah:

"Katakanlah: Ya Allah, tambahilah aku ilmu". (Thoha: 114).