Kamis, 27 Juni 2013

FUTUHUL GHAIB KE 56 : LEPASKAN KEHENDAK MU KEPADA KEHENDAK DIA (SYAIKH ABDUL QADIR AL JILANI)


AJARAN KEEMPAT PULUH LIMA

LEPASKAN KEHENDAK MU KEPADA KEHENDAK DIA

Bila hamba Allah telah lepas dari ciptaan, keinginan, diri, tujuan dan kehendak akan dunia dan akhirat, maka ia tak menghendaki sesuatu pun selain Allah yang Maha perkasa lagi Maha agung, dan segala suatu sirna dari hatinya. Maka ia menjadi pilihan-Nya, dicintai oleh ciptaan, dekat kepada-Nya dan menerima kurnia-Nya melalui rahmat-Nya. Dibukakan-Nya baginya pintu-pintu kasih dan janji-Nya, dan Ia tak pernah menutup pintu-pintu itu terhadapnya. Maka sang hamba memilih Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung, berkehendak melalui kehendak-Nya, redha dengan keredhaan-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan tak melihat suatu kemaujudan pun selain kemaujudan-Nya yang Maha kuasa lagi Maha agung. Maka Allah menjanjikan kepadanya dan tak memenuhi hamba-Nya, dan yang didambakan sama hamba dalam hal ini tak datang kepadanya, kerana keterpisahan lenyap dengan lenyapnya kehendak, tujuan dan pengupayaan kenikmatan. Maka keseluruhan dirinya menjadi kehendak Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Maka tiada janji atau pun pengingkaran janji dalam hal ini, kerana hal ini ada pada orang yang berkeinginan. Pada maqam ini, janji Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung terhadap orang semacam itu, dapat digambarkan dengan contoh seorang yang berkehendak di dalam dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu, lalu berubah kehendak terhadap sesuatu yang lain. Begitu pula, Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung telah menurunkan kepada Nabi Muhammad saw wahyu-wahyu yang membatalkan dan yang terbatalkan, sebagaimana firman-Nya: "Wahyu yang kami hapuskan atau jadikan terlupakan, Kami gantikan dengan yang lebih baik. Tidakkah kau tahu bahawa Allah berkuasa atas segala-nya?"" (QS.2:106)

Ketika Nabi saw. lepas dari keinginan dan kehendak, kecuali pada saat-saat tertentu, sebagaimana telah disebutkan oleh Allah di dalam Al-Quran Suci, sehubungan dengan tawanan perang Badar, sebagai berikut: " Kamu menginginkan barang-barang lemah dunia ini, sedang Allah menghendaki bagimu akhirat; dan Ia Maha kuasa lagi Maha bijaksana. Andaikan bukan kerana hukum Allah yang telah berlaku, sesungguhnya akan menimpamu siksaan yang besar atas yang kau lakukan."(QS.8:67-68)
Nabi saw adalah kekasih Allah, yang Ia senantiasa menempatkannya pada ketentuan-Nya dan memberikan kendali-Nya kepadanya; maka Ia menggerakkannya di tengah-tengah ketentuan-Nya dan senantiasa memperingatkannya dengan firman-firman-Nya:
"Tidakkah kau tahu bahawa Allah Mahakuasa atas segalanya?" (QS.2:106) Dengan kata lain, kamu berada di samudera ketentuan-Nya, yang gelombangnya mengombang-ambingkan kamu, kadang ke sini, kadang ke sana. Dengan demikian setelah wali ialah Nabi. Tiada maqam setelah wali dan badal selain maqam Nabi.

FUTUHUL GHAIB KE 55 : LEPASKAN DUNIA DAN AKHIRAT (SYAIKH ABDUL QADIR AL JILANI)



AJARAN KEEMPAT PULUH LIMA

LEPASKAN DUNIA DAN AKHIRAT

Kesenangan hidup dicampakkan tiga kali. Pada awalnya sang hamba Allah berada dalam kegelapan, kejahilan dan kekacauan, bertindak berdasarkan dorongan-dorongan alaminya dalam segala keadaan, tanpa sikap pengabdian terhadap Tuhannya dan tanpa memerhatikan hukum agama. Dalam keadaan begini, Allah memandangnya penuh kasih, maka dianugerahkan-Nya kepadanya pengingat dari sesamanya, seorang hamba saleh-Nya. Dan kawan pengingat ini juga terdapat dalam dirinya sendiri. Kedua pengingat ini jaya atas dirinya, dan peringatan menimbulkan pengaruh pada jiwanya. Maka noda yang ada padanya, seperti memperturutkan kehendak dirinya dan penentangannya terhadap kebenaran, sirna. Maka condonglah ia kepada hukum Allah dalam segala gerak-gerinya.
Menjadilah sang hamba Allah itu seorang Muslim di hadapan hukum-Nya, lepas dari alamnya, membuang hal-hal haram duniawi, begitu pula hal-hal yang meragukan dan pertolongan orang. Maka ia melakukan hal-hal yang halal dalam makan, minum, berpakaian, menikah, bertempat tinggal dan lain-lain: dan semua ini sangat muhim bagi kesihatan jasmani dan bagi mendapatkan kekuatan untuk mengabdi kepada-Nya, agar ia bisa memperolehi bahagian dan orang tak bisa melampauinya - takkan luput dari kehidupan duniawi ini sebelum meraih dan menyempurnakannya. Maka ia berjalan di atas jalur kebenaran dalam keadaan hidupnya, sehingga hal ini membawanya ke maqam tertinggi wilayat dan menjadikannya pembukti kebenaran dan orang pilihan, yang memiliki pernyataan yang kukuh, yang haus akan hakikat, iaitu Allah. Maka ia makan dengan perintah-Nya, dan (sang salik) mendengar suara Allah di dalam dirinya berkata, "Campakkanlah dirimu dan campakkanlah kesenangan dan ciptaan, jika kau menghendaki sang Pencipta. Lepaskanlah sepatu dunia dan akhiratmu. Nafilah dari segala kemaujudan, hal-hal yang akan maujud dan segala dambaan. Lepaslah dari segala suatu. Berbahagialah dengan Allah, campakkanlah kesyirikan dan ikhlasan dalam kehendak. Mendekatlah kepada-Nya dengan hormat, dan jangan memandang kehidupan akhirat, kehidupan duniawi, orang-orang dan kesenangan." Bila ia meraih maqam ini, maka ia menerima pakaian kemuliaan dan aneka kurnia. Dikatakan kepadanya, pakailah dirimu dengan rahmat dan kurnia, jangan berburuk-laku menilai dan menampik keinginan-keinginan, kerana penolakan terhadap kurnia raja sama dengan menekannya dan meremehkan kekuasaannya. Maka ia terselimuti kurnia dan anugerah-Nya tanpa berupaya.
Sebelumnya ia terkuasai oleh keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan dirinya. Maka dikatakan kepadanya, "Selimutilah dirimu dengan rahmat dan kurnia Allah." Maka baginya empat keadaan, dalam meraih kenikmatan dan kurnia.
Yang pertamaialah dorongan alami, ini tak halal.
 Yang kedua ialah hukum, ini diperbolehkan dan absah.
Yang ketigaadalah perintah batin, ini adalah keadaan para wali dan pencampakan keinginan.
Yang keempatialah kurnia Allah, ini adalah keadaan lenyapnya tujuan dan tercapainya badaliyya dan keadaan menjadi objek-Nya, yang berdiri di atas ketentuan-Nya; ini adalah keadaan tahu dan keadaan memiliki kesalehan, dan tak seorang pun bisa disebut saleh, jika ia belum meraih maqam ini.
Hal ini sesuai dengan firman Allah: "Sesungguhnya Waliku adalah Allah yang telah menurunkan Kitab dan Ia adalah Wali orang-orang saleh (baik)."(QS. 12:196).
Menjadilah ia seorang hamba yang tertahan dari menggunakan sesuatu, memanfaatkan diri dan dari menolak sesuatu yang mudharat baginya. Ia menjadi seperti bayi di tangan perawat dan seperti jasad mati yang sedang dimandikan orang. Maka Allah membesarkannya tanpa kehendaknya dan tanpa upayanya, ia lepas dari segala hal ini, tak berkeadaan atau bermaqam, tak berkehendak melainkan berada di atas ketentuan-Nya, yang kadang menahan, kadang memudahkannya, kadang membuatnya kaya dan kadang membuatnya miskin. Ia tak punya pilihan, dan tak menghendaki berlalunya keadaan dan perubahannya. Sebaliknya, ia menunjukkan keredhaan abadi. Inilah keadaan ruhani terakhir yang dicapai oleh para badal dan wali.

Selasa, 25 Juni 2013

OHH ..KISAH TAUBAT(1) : AWAN PUN MENEDUHI ORANG YANG BERTUBAT

Diriwayatkan bahwa seorang tukang penyembelih binatang terpesona kepada budak tetangganya. Suatu saat gadis itu mendapat tugas menyelesaikan urusan keluarganya di desa lain. Si tukang jagal lalu mengikutinya dari belakang sampai akhirnya berhasil mendapatkannya. Si tukang penyembelih lalu memanggil gadis itu dan mengajaknya menikmati kesempatan langka dan indah itu. Tetapi gadis itu menjawab, "Jangan lakukan. Meskipun aku sangat mencintaimu, tetapi aku sangat takut kepada Allah".

Mendengar jawaban itu, si tukang penyembelih merasa dunia berputar. Karena menyesal dan sadar, hatinya gemetar, tenggorokannya kering dan hatinya semakin berdebar, dia lalu berkata, "Kau takut kepada Allah sedangkan aku tidak".
Dia pulang sambil bertaubat. Ketika berada di jalan ia diserang rasa haus dan nyaris mati. Ia kemudian bertemu dengan seorang yang sholeh dan mereka berjalan bersama. Mereka melihat gumpalan awan berjalan menaungi mereka berdua, sampai mereka masuk ke sebuah desa. Mereka berdua yakin bahwa awan itu untuk orang yang sholeh. Kemudian mereka berpisah di desa tersebut. Awan itu ternyata condong dan terus menaungi si tukang jagal sampai dia tiba di rumahnya. Orang sholeh tadi heran melihat kenyataan ini. Dia lalu mengikuti tukang penyembelih tadi lantas bertanya kepadanya dan dijawabnya pula di tempat itu. Maka laki-laki sholeh itu berkata, "Janganlah heran terhadap apa yang kau lihat, karena orang yang bertaubat kepada Allah itu berada di suatu tempat yang tak seorang pun berada di situ".

SEJARAH TASAWWUF BAHAGIAN 1

Barangkali sepanjang sejarahnya, dalam peradaban islam, elemen ‘Tasawuf’ adalah yng paling banyak disalahpahami dan paling sering menjadi kontroversi. secara garis besar ada dua pendapat tentangTasawuf:

(1) para penentang, yg menuduh Tasawuf adalah sesat, bid’ah, khurafat, berbau klenik (takhayul), dan sinkretis;

(2) pendukung, yg menganggap Tasawuf adalah inti dari Islam.

Perdebatan ini sudah terjadi sejak istilah ‘tasawuf’ atau ‘sufi’ muncul pertama kali pada abad II hijrah dan sampai sekarang tetap tak terjadi titik temu, bahkan cenderung lebih ‘keras’ benturannya. Tulisan ini tak hendak masuk ke wilayah debat itu, karena barangkali sampai kiamat debat ini tidak akan selesai, kecuali Imam Mahdi dan Nabi Isa a.s sudah turun ke dunia untuk membereskan semua kekacauan menjelang kiamat.

Adalah benar istilah ‘tasawuf’ belum muncul pada masa Nabi, tetapi esensinya sudah ada sejak Islam lahir. secara umum, istilah tasawuf merujuk pada aspek keruhanian dan tazkiyatun nafs (akhlak) dalam ajaran Islam. Karena penekanannya pada aspek keruhanian, maka membicarakan tasawuf adalah seperti membicarakan samudera tanpa tepi, dan mustahil kita memberikan gambaran yang utuh ttg tasawuf dalam ribuan buku sekalipun. Karenanya tulisan ini dibatasi hanya pada aspek sejarah saja, sebgaimana telah dicatat dalam berbagai kitab.

Ada beberapa pendapat tentang erti dan asal istilah “sufi” dan “tasawuf” itu sendiri. Berikut sebagian kecil dari pendapat itu.

Imam Hujwiry mengatakan definisi tasawuf/sufi tergantung pada pengalaman ruhani dari sufi yg mendefinisikannya. Secara umum, sebagian Sufi mengatakan kata sufi dinisbahkan kpd para sahabat Nabi yg dikenal sebaai ashab as-shuffah, yakni mereka yg tinggal di serambi masjid dan hidupnya dipenuhi oleh ibadah. Di antara ashab ash-suffah ini terdapat sahabat Nabi yg terkenal seperti Salman al-Farisi, Abu Dzar al-Gifari, Bilal dan sebagainya. Sebagian sufi mendefinisikan sufi adalah dari orang2 yg mengenakan baju wol (shuff) sebagai perlambang kezuhudan. Sebagian lainnya mendefinisikannya sebagai berasal dari akar kata shofia, hikmah/kebijaksanaan; dan masih ada yg mendefinisikannya sebagai ‘shafa’ atau kesucian. Apapun definisinya, semuanya bermuara pada satu fokus: upaya mensucikan hati dgn amal berdasarkan Qur’an dan Sunnah Nabi dalam rangka mendekatkan diri dan bahkan mencintai Tuhan. Raison d’etre atau dasar pokok amalnya adalah untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana sabda Rasulullaah saw, “aku diutus tiada lain adalah untuk menyempurnakan akhlak.’

Sesudah Nabi wafat, Islam berada pada posisi yg relatif jaya, namun pada saat yg sama, mulai timbul benih2 perpecahan. Dari 4 khalifah pertama, 3 di antaranya meninggal karena dibunuh akibat dari merebaknya friksi politik dan ambisi sebagian orang untuk menggunakan agama islam yg saat itu sedang jaya demi kepentingan pribadi mereka. Setelah Sayyidina Ali karamallahu wajhah wafat karena dibunuh, lahirlah era kekhalifahan ISlam yang formatnya lebih mirip dengan kerajaan atau “Dinasti.” Saat Dinasti Muawiyyah berkuasa, peradaban Islam berjaya dan sebagian besar penguasa cenderung pada kemewahan duniawi. Sebagian ulama rasikhin (yg berpengetahuan mendalam) merasa sedih dengan situasi sosial-politik yg penuh degradasi akhlak. Namun situasi tak memungkinkan ulama yg baik itu untuk bertindak dengan frontal melawan penguasa, karenanya dipakailah “strategi” lain. Salah satu yg menonjol adalah Imam Hasan al-Bashri, yg tampil dengan mengedepankan sikap zuhud dan menjauhi kemwahan duniawi. Ajarannya dipenuhi dengan nasihat untuk mengingat akhirat dan keburukan tipu muslihat dunia.Salah satu ungkapannya yg terkenal adalah: “Wahai anak adam, engkau akan mati sendiri, di kubur sendiri, dan dibangkitkan secara sendiri-sendiri. mengapa alian begitu mencintai dunia yg segera lenyap ini? maka bersikaplah terhadap dunia seolah-olah kalian blm pernah berada di sini, dan bersikaplah terhadap akhirat seolah-olah kalian tak akan pernah meninggalkannya.”

Generasi sufi di era Imam Hasan al-Basri ini kerap disebut al-bakkaun, “mereka yg senantiasa menangis.” Kecenderungan uzlah yng agak ekstrim ini berlanjut ke murid-muridnya seperti Abdul Wahid ibn Ziad, Sulayman al-Darani hinga ke Ahmad ibn al-Hawari. Mereka bersikap seolah menjauhi dunia, karena mereka hendak memberi tauladan dan keseimbangan. Di era ketika orang begitu mabuk dunia, sulit untuk mengajak orang mengingat akhirat, kecuali dengan suri tauladan. Karena itu, demi mengingatkan orang-orang, para Sufi generasi awal rela mengorbankan hidupnya untuk menjalani hidup uzlah dan menjauhi dunia; mereka harus menjalani apa yg mereka sendiri ucapkan.

Periode baru dimulai ketika Dinasti Abbasiyyah memegang kekuasaan kekhalifahan Islam. Pada masa ini ilmu pengetahuan bekembang pesat, mulai dari fiqh, astronomi, matematika, filsafat, kedokteran dan sebagainya. Situasi sosial-politik yg relatif tak bergejolak turut andil dalam menyuburkan lahirnya pemikiran penting di banyak bidang ilmu pengetahuan. Pada era ini muncul sufi terkenal yg “gaya”nya berbeda dengan generasi Imam Hasan al-basri. Ketika ibukota kekhalifahan dipindahkan ke Baghdad, dan Baghdad menjadi salah satu pusat peradaban budaya dunia, maka bermunculan sufi-sufi dari kawasan sekitarnya. Tokoh-tokoh yg termasyhur antara lain Syekh Ma’ruf al-Kharki (yg disebut-sebut sebagai “leluhur” tarekat, karena namanya tercantum di hampir semua silsilah tarekat), Fudhail ibn Iyad, Ibrahim ibn Adham, Bishr al-Hafi, Shaqiq al-Balkh, Abu Turab, an-Nakshabi dan sebagainya. Sembari menjalani hidup zuhud yang ketat, generasi ini mulai memunculkan ajaran dan pemikiran yg lebih filosofis-mistis. Pada era generasi awal ini telah lahir salah satu tafsir mistis atas Qur’an, yg dibuat oleh salahsatu Guru Agung di dunia tasawuf, Imam Ja’far as-Shadiq. Beliaulah yang menfasirkan Qur’an dari empat segi atau empat struktur yang hirarkis, sesuai dengan maqam manusia di jalan ruhani.

Sufi lain yg tersohor pada era ini adalah Syekh Dhun Nun al-Mishri, Sufi dari Mesir yg kerap disebut oleh sebagian sufi lainnya sebagai salah satu Qutub pada zamannya, seorang wali yg tersembunyi. Syekh Dzun Nun al-Mishri menguasai berbagai ilmu rahasia. beliau sempat dijebloskan ke penjara namun kemudian dibebaskan. Sebagian ahli sejarah menyebutkan bhwa, Dzun-Nun lah yg pertama kali menguraikan “teori” tentang makrifat. Selain itu Dzun Nun juga terkenal sebagai penyair, yg puisi-puisinya kelak mengilhami sufi generasi selanjutnya, terutama mereka yg mengusung ajaran mahabbah atau cinta Tuhan tanpa syarat.

Ajaran mahabbah ini menjadi terkenal melalui sufi agung perempuan, Rabi’ah al-Adawiyah. Sebagian penulis hagiografi (kitab riwayat sufi) mengatakan Rabiah adalah wanita yang menyendiri dalam kesucian, terbakar oleh cinta Tuhan, lebur dalam penyatuan.Cintanya yg tanpa pamrih menggegerkan banyak sufi. salahsatu doanya yang terkenal “Nekat” adalah:

Kau telah memberiku hidup dan menjagaku, dan firman-Mu adalah keindahan. Seandainya Engkau mengusirku dari pintuMu, aku tak akan meninggalkannya karena cinta yang kusimpan dalam hatiku kepadaMu.

Salah satu riwayat terkenal yg secara hiperbolis menggambarkan cintanya adalah: suatu ketika Rabi’ah keluar membawa obor dan ember berisi air. ketika ditanya, beliau menjawab: “Akan kubakar sorga dengan obor ini, dan kusiram neraka dengan air ini, dengan begitu akan jelas siapa yg menyembah Tuhan karena Cinta dan siapa yg menyembahNya karena takut neraka dan mengharapkan surga.” Rabiah pula yang memperkenalkan konsep kontroversial lain, “Tuhan Yang Maha Pencemburu.” Menurut beliau, “Allah tak memperkenankan apapun berbagi denganNya, termasuk cinta yang [seharusnya] ditujukan hanya kepada-Nya.” sebagian sufi mengatakan Rabiah adalah perwujudan nyata dari ayat “Allah mencintai mereka, dan mereka mencintai-Nya.”

Hampir sezaman dengannya, dari wilayah Bistham muncul sufi agung yg kontroversial Abu Yazid al-Bisthami. Ucapan-ucapan syathahat-nya menggemparkan, seperti “Maha suci aku” atau “tiada lain yang ada di jubahku kecuali Allah.” Abu Yazid adalah sufi pertama yg menggambarkan pengalaman mi’raj ruhaninya dengan citraan seperti mikrajnya Nabi Muhammad. Ucapan-ucapannya yg penuh paradoks selalu menawarkan makna baru, dan mengilhami banyak Sufi generasi selanjutnya. Melalui beliau pula mulai dikenal konsep fana (meski konsep ini belum disistematisasikan pada saat itu). Abu Yazid mendampakan penghapusan hakiki (fana) atas segala jejak eksistensi kedirian. Abu Yazid al-Bisthami bersahabat dengan salah satu sufi penting, Yahya ibn Muadz ar-Rayy, seorang Wali Allah pecinta Tuhan, yg khotbah-khotbahnya sangat menggetarkan siapapun yang mendengarkannya – karena itu beliau juga dijuluki “Juru Khotbah” yg memberi pelajaran kepada golongan jin dan manusia. Salah satu ucapannya yg sering dikutip dalam kitab-kitab tasawuf generasi berikutnya adalah “Maut itu indah, sebab maut mempertemukan kekasih dengan Yang Dikasihinya.” Salah satu penerus Yahya ibn Muadz yg kelak terkenal adalah Abu Utsman al-Hirri, yang menegakkan ajaran tasawuf di kawasan Nishapur.

Pada era ini pula lahir salah satu legenda Tasawuf yg luar biasa, wali Qutub pada zamannya, Syekh Ma’ruf al-Kharki. Imam Qusyairi menyebutkan bahwa Syekh Ma’ruf adalah Pemimpin Tertinggi di Maqam Ridha’. Kekuatan ruhaninya luar biasa, doa-doanya diakui makbul. Karamahnya dikenal oleh banyak orang, dan orang dari luar Baghdad berdatangan menyeberangi sungai Tigris hanya untuk meminta ijazah dan doanya; setelah beliau wafat, makamnya menjadi tujuan ziarah banyak sekali orang sampai sekarang. Salah satu pengikut Syekh Ma’ruf yg terkenal adalah Syekh Sari as-Saqati. Syekh Sari mengaku bahwa dirinya masuk ke dunia tasawuf dan menjadi ulama rasikhin berkat ajaran dan barokah dari Syekh Ma’ruf al-Kharki. Syekh Sari ini adalah paman dari seorang ulama yg kelak menjadi rujukan hampir semua tarekat dan sufi, yakni Imam Junaid al-Bagdadi, dan beliau dijuluki sang Pangeran Sufi dan Meraknya Para Ulama yang ilmunya mendalam.

Sabtu, 22 Juni 2013

MAKTUBAT IMAM RABBANI: Orang Islam telah menjadi garib baru-baru ini



SURAT IMAM AHMAD SIRHINDI RABBANI (PENDIRI TAREKAT NAQSYABANDIYYAH MUJADIDIYYAH)



JILID  PERTAMA,  SURAT KE 65

Orang Islam telah menjadi garib baru-baru ini

Surat ini, yang ditulis Khan-i Azam, meluahkan kecewa dengan keadaan Islam di hari ini dan lebih penganiayaan mana umat Islam menderita.

Allahu Ta'ala boleh meningkatkan kekuatan anda! Dia boleh membantu anda dalam perjuangan anda terhadap musuh-musuh agama dalam usaha untuk meninggikan Shariat-Nya. Mukhbir-i Sadiq [Sesiapa yang sentiasa memberitahu kebenaran.] (Muhammad 'alaihi wa ala alihi minassalawati afdaluha wa minattaslimati akmaluha) berkata, "Islam bermula dalam keadaan Gharib dan kesepian.
Semasa zaman kemudiannya, ia akan berpecah kepada negeri yang Gharib (kesepian, ditinggalkan, dibiarkan sendirian) kerana ia adalah apabila ia bermula. bertuah bagi umat Islam yang Gharib dan kesepian! " Islam semasa zaman kerajaan sebelumnya (masa Akbar Shah) begitu Gharib bahawa orang-orang kafir digunakan untuk memfitnah Islam secara terbuka dan membuat menyeronokkan umat Islam. Mereka digunakan untuk menyatakan irreligiousness mereka dan orang-orang kafir pujian dan ketidakpercayaan dalam Region dan pasaran.
Ia dilarang bagi umat Islam untuk melakukannya [untuk berkata dan menulis tentang] kebanyakan perintah Allah. Mereka yang melakukan ibadat dan taat kepada Shariat yang sedang dikecam dan fitnah.

Keindahan bersembunyi di pipi mereka, Iblis berpura-pura keengganan;
Jadi hairan saya, bahawa hampir  pada kegilaan.

Subhanallah! ["Saya tahu Allah menjadi jauh daripada kecacatan atau kekurangan."
Wahai saya Allah, terima kasih Engkau! Ia telah berkata, "Islam dilindungi di bawah bayang-bayang pedang." Kecerahan Shariat Yang Maha telah diamanahkan kepada pemimpin-pemimpin kerajaan.
Walau bagaimanapun, keadaan menjadi agak berbeza; negeri dan kerajaan telah cuba untuk merobohkan Shariat. Memalukan apabila keadaan itu, kita mesti menyesal dan rasa sesalan di atasnya! Kita menyifatkan kewujudan anda diberkati sebagai satu rahmat yang besar dari Allah.
Kita tidak tahu apa-apa wira selain anda yang akan melindungi orang-orang yang beriman, yang telah bertaburan di bawah serangan musuh-musuh agama, di bawah ini sayap yang telah dipesongkan oleh serangan musuh-musuh agama. Mei Allahu Ta'ala, kerana Nabi tercinta dan Ahl al-Bayt[saudara-mara serta merta Rasulullah: Hadrat Ali (sepupunya dan anak dalam undang-undang), Saidatina Fatimah (anaknya), Sayyidina Hasan dan Husain (cucu beliau).] ('alaihi wa alaihimusalawatu wattaslimat wattahiyyat walbarakat), meningkatkan kekuatan anda! Dia boleh membantu anda! Ia telah diisytiharkan dalam sebuah hadis, "Melainkan jika seseorang itu berkata menjadi gila, iman itu tidak akan selesai!"
Pada masa sekarang, Junun bererti (kegilaan), yang merupakan simbol cinta untuk Islam dan semangat Islam, muncul dalam jiwa yang bersih anda. Terima kasih kepada Allahu Ta'ala, yang telah diberi berkat ini! Hari ini adalah hari bahawa tindakan beberapa [perkataan atau tulisan] akan segera diterima dan banyak ganjaran akan diberikan untuk mereka. Sebab mengapa [Kahf Ashab-i'rahmatullahi Ta'ala alaihim' tujuh orang yang berada dalam gua Tarsus. Mereka mencapai gred tinggi dengan melakukan satu perbuatan yang indah. Perbuatan ini adalah bahawa apabila musuh-musuh agama menceroboh tanah mereka, mereka berhijrah ke tempat lain supaya mereka akan kehilangan iman dalam hati mereka.] Mendapat nilai yang lebih dan kemasyhuran adalah hanya kerana mereka berhijrah. Apabila serangan musuh, tindakan beberapa oleh itu cavalrymen menjadi sangat berharga.
Dalam masa aman, latihan sangat lembut atau keras tidak boleh menerima sebagai nilai banyak. Jihad yang anda melakukan menerusi kata-kata hari ini adalah jihad paling besar. Menghargai nilai yang berkat ini yang jatuh ke banyak anda. Melakukan yang terbaik kepada kehinaan musuh-musuh agama [supaya ia dapat direalisasikan bahawa harams hodoh dan berbahaya dan kerana itu mereka mesti mengelak daripada melaksanakan] dan bercakap benar.
Percaya bahawa Jihad yang dilakukan dengan khutbah [dan dengan pen] adalah lebih menguntungkan daripada jihad yang dilakukan dengan pedang [dan meriam]. Kami orang dengan tangan yang tidak bertulis dan lidah tidak bercakap dilucutkan berkat ini.

Menikmati rahmat, yang telah mencapai,miskin! Dengan beberapa titis, menjadi kenyang oleh rencana.

Saya menunjukkan kepada kamu, untuk perbendaharaan ini adalah jalan pintas,
Anda boleh sampai, walaupun kita tidak mempunyai.

Khwaja-i Ahrar [Ubaidullah-i Tashkandi] 'quddisa sirruh' berkata, "Jika saya menjadi shaikh, tiada shaikh lain akan mencari murid (pengikut) di mana-mana tempat. Tetapi saya telah ditugaskan untuk melakukan tugas lain. Tugas ini adalah untuk merebak Shariat dan mengukuhkan Islam. "
Kerana sebab ini, beliau digunakan untuk melawat sultan [presiden, ahli-ahli Parlimen] dan memberikan mereka nasihat. Melalui kata-kata indah, beliau membawa semua mereka sekitar kursus yang betul. Melalui mereka beliau digunakan untuk menyebarkan Shariat. Allahu Ta'ala, demi kasih sayang dan hormat anda ke arah ketua kami, telah diberkati kata-kata anda dengan keberkesanan dan telah diwakili kasih sayang anda untuk agama sebagai megah. Kemudian, sekurang-kurangnya, saya meminta supaya anda berusaha untuk pemansuhan adat orang-orang kafir '[kenduri, tarian, bola, lelaki dan akan datang wanita dan berada bersama-sama] yang telah merebak di kalangan umat Islam dan yang telah menjadi adat istiadat mereka.
Saya juga meminta bahawa anda melindungi kanak-kanak Islam terhadap perkara yang menjijikkan seperti ini yang khusus untuk orang-orang kafir. Allahu Ta'ala boleh memberikan lebih banyak ganjaran melalui kami dan melalui semua umat Islam. Dalam masa yang kerajaan sebelumnya, terdapat permusuhan yang tidak terkawal terhadap Islam. Terdapat tiada permusuhan itu kelihatan, dendam atau kedegilan sekarang. Terdapat beberapa kesalahan.
Padahal mereka sebenarnya tidak kerana kedegilan, tetapi kerana mereka tidak diketahui. Hari ini, umat Islam, seperti orang-orang kafir, boleh bercakap secara bebas dan mempunyai kebebasan yang orang-orang kafir. Mari kita berdoa dan bangun supaya orang-orang kafir akan menang, jangan dendam kronik dan permusuhan akan membawa mudarat kepada kita, dan kalau-kalau umat Islam kambuh ke dalam penganiayaan dan azab.

Berjabat seperti daun untuk mereka menyerang iman saya

Moga Allahu Ta'ala tidak membiarkan anda dan kami menyimpang dari jalan As-Sayyid Muhammad Nabi (Muhammad) 'alaihi wa' ala alihi-s-salawat '! Faqir [ini orang-saya miskin diri saya] datang ke sini dalam perjalanan yang tidak dijangka. Saya tidak mahu meninggalkan di sini tanpa membiarkan anda tahu, tanpa menulis dan meninggalkan beberapa cenderamata, dan tanpa membiarkan anda tahu kasih sayang yang saya ada untuk anda. 'SALL-Allahu alaihi wa sallam' Nabi kami mengisytiharkan, "Jika seseorang mengasihi saudaranya yang telah beragama Islam, dia sepatutnya membiarkan dia tahu!" Saya menghantar salams saya kepada anda dan kepada semua orang-orang di jalan yang benar!

Satu pandangan  alim adalah satu khazanah yang sukar dicapai;
Satu sohbat dengan dia khazanah untuk tahun itu yang tidak habis-habis.

MENGENAL QALBU KITA



Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan fu'ad (hati) itu semuanya akan ditanya tanggung jawabnya." (QS 17:36)

Karena peranan qalbu terhadap anggota tubuh yang lain dan kedudukannya yang Sangat Penting bagaikan seorang raja yang mengatur anak buahnya, di mana seluruh anggotanya tersebut bergerak dan bekerja sesuai dengan perintah sang raja (qalbu/hati), maka Rasulullah Saw bersabda :

"Ingatlah ! Bahwa dalam tubuh itu ada segumpal darah. Bila ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya; dan bila ia rusak, maka rusak jugalah seluruhnya. Itulah Qalbu!" (HR Bukhari dan Muslim)

Jadi, Hati merupakan Raja dari seluruh anggota badan, di mana mereka melaksanakan segala apa yang diperintahkannya. Suatu amal (perbuatan) tidaklah benar, kecuali bila diawali dengan "Niat" yang Benar di dalam Hati. Sebab Hati itulah yang kelak bertanggungjawab terhadap sah tidaknya segala amal perbuatan kita. Setiap pemimpin bertanggungjawab terhadap semua hal yang dipimpinnya.

Dengan demikian, meluruskan dan membuat Niat menjadi BENAR adalah pekerjaan yang Paling Utama yang harus dilaksanakan oleh hamba-hamba yang meniti Jalan menuju Allah Ta'ala. Segala sesuatu dinilai dari Niat yang tumbuh berasal dari dalam Qalbu (Hati).

Memeriksa (menghisab) dan mengobati penyakit-penyakit Hati adalah suatu Kewajiban setiap hamba Allah Ta'ala, karena kita manusia Dia ciptakan hanyalah untuk ber Ibadah lahir dan batin kepada-Nya, karena itulah fitrah manusia.

Pembahagian Qalbu (Hati) :
1. Hati yang Selamat (Sehat)
2. Hati yang mati
3. Hati yang mengandung penyakit-penyakit (sakit)

1. Hati yang Selamat (Sehat)/Qalbun Saliim, adalah Hati yang hanya dengannya manusia dapat datang dan berjumpa Allah Ta'ala dengan Selamat di hari Kiamat.

"Pada hari di mana harta dan anak-anak tidak bermanfaat. Kecuali manusia yang datang kepada Allah dengan Hati yang Selamat (Sehat)." (QS 26:88-89)

Qalbu yang Selamat ini adalah Qalbu yang Selamat dari setiap hawa / keinginan / kehendak yang menyalahi Kehendak / Perintah Allah Ta'ala, Selamat dari setiap syubhat dan kesalahfahaman yang bertentangan dengan Kebaikan (Kebenaran), sehingga sang Hati ini Selamat dari penghambaan kepada selain Allah Ta'ala, dan Lepas dari perbuatan yang menjadikan hakim selain Rasulullah Saw. Sehingga akhirnya membuahkan KEIKHLASAN dalam setiap perilaku (yang sesungguhnya pun merupakan rangkaian Ibadah) kita semata-mata Hanya kepada Allah Ta'ala, penuh dengan segenap Mahabbah, Tunduk, Pasrah dan Tawakal, Taubat, Takut dan Penuh Harap hanya kepada Allah Ta'ala.

Bila ia mencintai sesuatu, maka ia mencintainya hanya karena Allah Ta'ala. Dan bila ia membenci sesuatu, maka ia pun membencinya hanya karena Allah Ta'ala jua. Bila ia memberi, hanyalah karena Allah Ta'ala, dan bila ia melarang ataupun mencegah sesuatu, itupun hanya karena Allah Ta'ala.

Bahkan tidak hanya sampai di situ, ia pun terlepas dari segala ke-tunduk-an dan per-tahkim-an kepada setiap hal yang bertentangan dengan Ajaran Rasulullah Saw. Qalbu (Hati) nya terikat sangat Kuat kepada ajaran ataupun contoh Rasulullah Saw, baik dalam setiap ucapan maupun perbuatan.

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS 49:1)

2. Qalbu (Hati) yang mati,
adalah hati yang Tidak Mengenal Allah Ta'ala, Tidak Beribadah kepada-Nya, dengan Tidak Menjalankan Perintah dan hal apapun yang diRidhai-Nya.

Hati yang seperti ini selalu berada dan berjalan bersama hawa / keinginan / kehendaknya, walaupun itu diBenci dan diMurkai Allah Ta'ala. Ia tidak peduli apakah Allah Ta'ala ridha kepadanya ataukah tidak.

Bila ia mencintai sesuatu, maka ia mencintai sesuatu karena mengikuti hawa (nafsu) nya / keinginannya, dan bila ia membenci sesuatu, maka ia membencina karena hawa (nafsu) nya. Begitu juga apabila ia menolak atau mencegah sesuatu, hawa nya telah menguasainya dan menjadi pemimpin sekaligus pengendali bagi dirinya.

Kebodohan dan kelalaian adalah supirnya. Ia diselubungi, dipenjara oleh kecenderungan / kecintaannya kepada dunia (yaitu hal-hal selain Allah Ta'ala dan Rasul-Nya). Hatinya telah ditutupi oleh selubung kabut gelap cinta kehidupan dunia dan hawa nafsunya.

Ia tidak menyambut dan menerima panggilan Allah Ta'ala, seruan Allah Ta'ala, seruan tentang Hari Kiamat, karena ia mengikuti syetan yang menunggangi hawa (nafsu) nya. Hawa nya telah membuatnya tuli dan buta, sehingga ia tidak tahu lagi manakah yang batil dan manakah yang haq.
Maka berteman dan bergaul dengan orang-orang yang Hatinya telah mati seperti ini berarti mencari Penyakit.

3. Qalbu (Hati) yang sakit, adalah hati yang Hidup namun mengandung Penyakit-penyakit.

Hati semacam ini mengandung 2 unsur :

Di satu pihak mengandung Iman, Ikhlas, Tawakal, Mahabbah, dan sejenisnya yang membuatnya menjadi Hidup namun di pihak lain mengandung kecintaan / kecenderungan kepada hawa (nafsu), seperti cinta / senang pada kehidupan dunia, sombong, ego, harga diri tinggi, keluhan, iri (dengki), dan sifat-sifat lain yang dapat mencelakakan dan membinasakannya.

Hati seperti ini diisi oleh 2 jenis santapan : santapan berupa seruan (panggilan) dan Perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya akan Hari Kiamat dan santapan lain berupa panggilan / kecintaan kepada dunia. Yang akan disambutnya dari kedua seruan (panggilan) inilah yang paling dekat kepadanya.

Maka, Hati yang pertama itulah yang Selamat karena Sehat dari berbagai macam Penyakit Hati, senantiasa Khusyu', Tunduk, bersifat Lembut. Sedangkan hati jenis kedua itulah hati yang mati, dan hati jenis ketiga yaitu hati yang sakit karena mengandung Penyakit, yang mungkin bisa kembali dengan Selamat (Sehat) atau ia akan Celaka (Mati).