Tampilkan postingan dengan label Rahsia Hati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rahsia Hati. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 22 Juni 2013

MENGENAL QALBU KITA



Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan fu'ad (hati) itu semuanya akan ditanya tanggung jawabnya." (QS 17:36)

Karena peranan qalbu terhadap anggota tubuh yang lain dan kedudukannya yang Sangat Penting bagaikan seorang raja yang mengatur anak buahnya, di mana seluruh anggotanya tersebut bergerak dan bekerja sesuai dengan perintah sang raja (qalbu/hati), maka Rasulullah Saw bersabda :

"Ingatlah ! Bahwa dalam tubuh itu ada segumpal darah. Bila ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya; dan bila ia rusak, maka rusak jugalah seluruhnya. Itulah Qalbu!" (HR Bukhari dan Muslim)

Jadi, Hati merupakan Raja dari seluruh anggota badan, di mana mereka melaksanakan segala apa yang diperintahkannya. Suatu amal (perbuatan) tidaklah benar, kecuali bila diawali dengan "Niat" yang Benar di dalam Hati. Sebab Hati itulah yang kelak bertanggungjawab terhadap sah tidaknya segala amal perbuatan kita. Setiap pemimpin bertanggungjawab terhadap semua hal yang dipimpinnya.

Dengan demikian, meluruskan dan membuat Niat menjadi BENAR adalah pekerjaan yang Paling Utama yang harus dilaksanakan oleh hamba-hamba yang meniti Jalan menuju Allah Ta'ala. Segala sesuatu dinilai dari Niat yang tumbuh berasal dari dalam Qalbu (Hati).

Memeriksa (menghisab) dan mengobati penyakit-penyakit Hati adalah suatu Kewajiban setiap hamba Allah Ta'ala, karena kita manusia Dia ciptakan hanyalah untuk ber Ibadah lahir dan batin kepada-Nya, karena itulah fitrah manusia.

Pembahagian Qalbu (Hati) :
1. Hati yang Selamat (Sehat)
2. Hati yang mati
3. Hati yang mengandung penyakit-penyakit (sakit)

1. Hati yang Selamat (Sehat)/Qalbun Saliim, adalah Hati yang hanya dengannya manusia dapat datang dan berjumpa Allah Ta'ala dengan Selamat di hari Kiamat.

"Pada hari di mana harta dan anak-anak tidak bermanfaat. Kecuali manusia yang datang kepada Allah dengan Hati yang Selamat (Sehat)." (QS 26:88-89)

Qalbu yang Selamat ini adalah Qalbu yang Selamat dari setiap hawa / keinginan / kehendak yang menyalahi Kehendak / Perintah Allah Ta'ala, Selamat dari setiap syubhat dan kesalahfahaman yang bertentangan dengan Kebaikan (Kebenaran), sehingga sang Hati ini Selamat dari penghambaan kepada selain Allah Ta'ala, dan Lepas dari perbuatan yang menjadikan hakim selain Rasulullah Saw. Sehingga akhirnya membuahkan KEIKHLASAN dalam setiap perilaku (yang sesungguhnya pun merupakan rangkaian Ibadah) kita semata-mata Hanya kepada Allah Ta'ala, penuh dengan segenap Mahabbah, Tunduk, Pasrah dan Tawakal, Taubat, Takut dan Penuh Harap hanya kepada Allah Ta'ala.

Bila ia mencintai sesuatu, maka ia mencintainya hanya karena Allah Ta'ala. Dan bila ia membenci sesuatu, maka ia pun membencinya hanya karena Allah Ta'ala jua. Bila ia memberi, hanyalah karena Allah Ta'ala, dan bila ia melarang ataupun mencegah sesuatu, itupun hanya karena Allah Ta'ala.

Bahkan tidak hanya sampai di situ, ia pun terlepas dari segala ke-tunduk-an dan per-tahkim-an kepada setiap hal yang bertentangan dengan Ajaran Rasulullah Saw. Qalbu (Hati) nya terikat sangat Kuat kepada ajaran ataupun contoh Rasulullah Saw, baik dalam setiap ucapan maupun perbuatan.

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS 49:1)

2. Qalbu (Hati) yang mati,
adalah hati yang Tidak Mengenal Allah Ta'ala, Tidak Beribadah kepada-Nya, dengan Tidak Menjalankan Perintah dan hal apapun yang diRidhai-Nya.

Hati yang seperti ini selalu berada dan berjalan bersama hawa / keinginan / kehendaknya, walaupun itu diBenci dan diMurkai Allah Ta'ala. Ia tidak peduli apakah Allah Ta'ala ridha kepadanya ataukah tidak.

Bila ia mencintai sesuatu, maka ia mencintai sesuatu karena mengikuti hawa (nafsu) nya / keinginannya, dan bila ia membenci sesuatu, maka ia membencina karena hawa (nafsu) nya. Begitu juga apabila ia menolak atau mencegah sesuatu, hawa nya telah menguasainya dan menjadi pemimpin sekaligus pengendali bagi dirinya.

Kebodohan dan kelalaian adalah supirnya. Ia diselubungi, dipenjara oleh kecenderungan / kecintaannya kepada dunia (yaitu hal-hal selain Allah Ta'ala dan Rasul-Nya). Hatinya telah ditutupi oleh selubung kabut gelap cinta kehidupan dunia dan hawa nafsunya.

Ia tidak menyambut dan menerima panggilan Allah Ta'ala, seruan Allah Ta'ala, seruan tentang Hari Kiamat, karena ia mengikuti syetan yang menunggangi hawa (nafsu) nya. Hawa nya telah membuatnya tuli dan buta, sehingga ia tidak tahu lagi manakah yang batil dan manakah yang haq.
Maka berteman dan bergaul dengan orang-orang yang Hatinya telah mati seperti ini berarti mencari Penyakit.

3. Qalbu (Hati) yang sakit, adalah hati yang Hidup namun mengandung Penyakit-penyakit.

Hati semacam ini mengandung 2 unsur :

Di satu pihak mengandung Iman, Ikhlas, Tawakal, Mahabbah, dan sejenisnya yang membuatnya menjadi Hidup namun di pihak lain mengandung kecintaan / kecenderungan kepada hawa (nafsu), seperti cinta / senang pada kehidupan dunia, sombong, ego, harga diri tinggi, keluhan, iri (dengki), dan sifat-sifat lain yang dapat mencelakakan dan membinasakannya.

Hati seperti ini diisi oleh 2 jenis santapan : santapan berupa seruan (panggilan) dan Perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya akan Hari Kiamat dan santapan lain berupa panggilan / kecintaan kepada dunia. Yang akan disambutnya dari kedua seruan (panggilan) inilah yang paling dekat kepadanya.

Maka, Hati yang pertama itulah yang Selamat karena Sehat dari berbagai macam Penyakit Hati, senantiasa Khusyu', Tunduk, bersifat Lembut. Sedangkan hati jenis kedua itulah hati yang mati, dan hati jenis ketiga yaitu hati yang sakit karena mengandung Penyakit, yang mungkin bisa kembali dengan Selamat (Sehat) atau ia akan Celaka (Mati).


Selasa, 28 Agustus 2012

RAHSIA HATI KITA : ORANG-ORANG YANG MENOLAK KEBENARAN HATINYA BAGAIKAN KERAS SEPERTI BATU

Allah ta’ala berfirman, mengkhabarkan tentang keadaan orang-orang kafir (ertinya) :

“Bukankah mereka berjalan di atas muka bumi, lalu (bukankah) mereka pun memiliki hati yang mereka bisa berpikir dengannya, atau memiliki telinga yang mereka bisa mendengar dengannya. Maka sesungguhnya bukanlah mata mereka yang buta, akan tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada” (Al-Hajj : 46)

“Dan sungguh Kami telah jadikan banyak dari penghuni neraka Jahanam dari kalangan jin dan manusia, mereka memiliki hati, akan tetapi tidak digunakan untuk memahami, dan mereka memiliki mata, akan tetapi tidak digunakan untuk melihat, dan mereka pun memiliki telinga, tetapi tidak digunakan untuk mendengar, mereka bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat, mereka lah orang-orang yang lalai” ( Al A’raaf : 179 )

“Kemudian setelah itu, hati kalian mengeras bagaikan kerasnya batu, bahkan lebih keras lagi (dari batu)”(Al Baqarah : 74)

Berkaitan dengan surat Al Baqarah ayat 74, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, Al ‘Aufi dalam kitab tafsirnya menjelaskan, tatkala ada seorang yang terbunuh di kalangan Bani Israil, para manusia berselisih tentang siapakah pembunuh orang tersebut. Kemudian Allah ta’ala perintahkan kepada Bani Isra’il untuk menyembelih seekor sapi betina. Kemudian Allah ta’ala perintahkan untuk memukulkan salah satu bagian dari tubuh sapi betina tersebut ke badan mayat. Maka tatkala mayat tersebut dipukul dengan salah satu anggota badan sapi betina, seketika itu mayat tersebut hidup kembali. Lalu ditanyakan kepadanya : “Siapakah yang membunuh dirimu?” Lantas orang tersebut menjlaskan, “yang membunuh diriku adalah anak-anak saudaraku”, kemudian orang tersebut mati kembali.

Akan tetapi orang-orang yang tertuduh tadi mengatakan, “Demi Allah, kami tidaklah membunuhnya”. Maka dengan perkataan mereka ini, mereka telah mendustakan kebenaran setelah mereka menyaksikan kebenaran tersebut.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir untuk Surat Al Baqarah ayat 74, Asy Syamilah)

Maka seiring berjalannya waktu, hati orang-orang Bani Isra’il menjadi semakin mengeras dan mereka semakin enggan menerima pelajaran dan nasehat, walaupun mereka telah menyaksikan kebenaran pada ayat-ayat Allah dan mukjizat-mukjizat-Nya. Hati mereka sebagaimana yang Allah ta’ala firmankan, mengeras sebagaimana kerasnya batu, atau bahkan lebih keras lagi dari batu, tidak dapat dilembutkan.
Sesungguhnya di antara celah bebatuan masih bisa mengalirkan mata air yang mengaliri sungai-sungai. Di antara bebatuan, ada juga yang terbelah sehingga keluar darinya air, meskipun air tersebut tidak mengalir. Ada pula bebatuan yang meluncur jatuh dari puncak gunung, dikarenakan takut kepada Allah subhaanahu wa ta’ala, sebagaimana Allah ta’ala firmankan :

“Langit yang tujuh, begitu pula bumi, dan seluruh yang ada di dalamnya, seluruhnya bertasbih (mensucikan) Allah ta’ala, dan tidaklah ada sesuatu pun melainkan seluruhnya bertasbih memuji-Nya, akan tetapi kalian tidak mengerti (bagaimana) tasbih-tasbih mereka. Sesungguhnya Dia-lah Dzat yang Maha Penyantun dan Maha Pengampun (Al Israa’ : 44) (Lihat Tafsir Ibnu Katsir tentang surat Al Baqarah ayat 74)

Demikianlah keadaan orang-orang Bani Isra’il, orang Yahudi, orang Nashrani serta orang-orang musyrik dan orang sesat lainnya. Hati mereka telah mati, mengeras dan membatu. Bahkan kerasnya bebatuan pun tidak sanggup menandingi kerasnya hati mereka. Bebatuan masih bisa merasa takut kepada Allah dan masih bisa mengalirkan air dari sela-sela dirinya. Adapun hati orang-orang yang menyimpang, sama sekali mereka tidak merasa takut kepada Allah subhaanahu wa ta’ala.

Penyebabnya adalah karena mereka berpaling dari kebenaran, setelah mereka mengetahui kebenaran tersebut. Sebagaimana Allah ta’ala firmankan :
“Tatkala mereka menyimpang (dari kebenaran), maka sekalian Allah akan simpangkan hati mereka, dan Allah tidaklah memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (As Shaf : 5)

Syaikh As Sa’diy rahimahullahu mengatakan, “Salah satu puncak kelancangan dan kesesatan adalah tatkala seorang manusia mengetahui kebenaran, lantas meninggalkannya. Mereka berpaling dari kebenaran dengan maksud dan keinginan mereka. Maka Allah ta’ala akan semakin memalingkan hati mereka dari kebenaran, sebagai hukuman bagi mereka, atas kesesatan yang mereka pilih. Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka, karena mereka tidaklah pantas untuk menerima kebaikan, tidak pantas bagi mereka melainkan kebinasaan. (Taisir Karimirrahman, Cetakan Maktabah Ar Rusyd, halaman 758)

Maka berpaling dari kebenaran, berpaling dari Al Quran dan As Sunnah merupakan sebab yang paling utama yang membuat hati manusia mengeras dan membatu. Sebagaimana hal ini menimpa Bani Isra’il dan yang semisalnya.

Berpaling dari kebenaran, inilah ciri khas yang dimiliki oleh para ahli bid’ah. Ahli bid’ah, mereka enggan untuk menerima kebenaran, meskipun telah nampak jelas kebenaran tersebut datang dari Allah ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah perbedaan yang sangat mencolok antara ahlus sunnah wal jama’ah dengan ahli bid’ah.

Ahli sunnah bukanlah seluruhnya orang-orang yang selalu benar dan terlindung dari kesalahan, ahlus sunnah bukanlah seluruhnya orang yang memiliki ilmu yang tinggi. Akan tetapi ahlu sunnah, merekalah ahlul ittiba’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu orang-orang yang senantiasa berusaha mengikuti kebenaran dan petunjuk dari Al Quran dan As Sunnah.