Sabtu, 16 April 2016

KITAB AL LUMA’ FI AL TASHAWWUF MUKADIMMAH: l . Ilmu Tasawuf, Madzhab Kaum Sufi Dan Kedudukan Mereka Dengan Orang-Orang Yang Berilmu Yang Menegakkan Keadilan



Tulisan Abu Nashr Abdullah bin Ali as-Sarraj ath-Thusi yang diberi gelar Thawus al-Fuqara' (Si Burung Merak orang-orang fakir Sufi)






Abu Nashr Abdullah bin Ali ath-Thusi as-Sarraj telah memberi tahu kepada kami .Ia berkata:

Segala puji hanya bagi Allah swt. Yang telah menciptakan makhluk dengan Kekuasaan-Nya.Dan menunjukan mereka untuk ma'rifat pada Nya dengan berbagai jejak ciptaan-Nya dan bukti-bukti ketuhanan-Nya.Dia telah memilih manusia diantara hamba-hamba-Nya dan manusia terbaik di antara makhluk-Nya.Dia khususkan dari mereka orang yang Dia kehendaki dengan apa dan cara apa yang Dia inginkan.Dia bagikan kepada mereka ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang-Nya sesuai dengan apa yang Dia bagikan.Dia beri kebijakan hukum untuk mereka dalam hal itu sesuai dengan kebijakan hukum-Nya.Dia limpahkan kepada mereka hidayah dan taufiq dengan tingkatan dan derajat yang berbeda.Sebagaimana perbedaan mereka dalam akhlak ,rezeki,ajal dan amal.Sebab memang ta ada ilmu dan pemahaman kecuali semuanya telah tercatat dalam kitab Allah Azza wa Jalla atau bersumber dari Hadist-hadist Rasulullah.saw. Atau pada apa yang dibukakan pada hati para wali Allah swt. Agar orang yang hancur itu bisa hancur dengan keterangan yang nyata dan orang yang bertahan hidup itu hidup dengan keterangan yang nyata (pula).Sesungguh Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui 

Shalawat dan salam semoga tetap diberikan kepada seorang Nabi terdepan,yang diagungkan dan di muliakan dari para Nabi-Nya,yang merupakan matahari dan purnama orang-orang pilihan.Dialah Muhammad,seorang hamba dan Rasul-Nya.Semoga shalawat dan salam juga tercurahkan pada keluarga yang dicintainya 

Amma ba'dua.Sesungguhnya saya telah minta petunjuk(istikhorah ) pada Allah swt. dan saya kumpulkan bab-bab penting tentang makna segala sesuatu yang diikuti oleh para ahli tasawuf (kaum Sufi).Dari apa yang pernah dibicarakan oleh para guru dan pemuka mereka tentang makna-makna ilmu mereka,pokok-pokok ajaran asas-asas madzhab (tarekat),berita-berita mereka syair-syair,berbagai persoalan mereka dan jawabannya,berbagai maqam(kedudukan spiritual ) dan hal(kondisi spiritual )mereka.Tak lupa pula saya kumpulkan berbagai kekhusuan dari isyarat-isyarat yang halus,ungkapan-ungkapan yang gamblang dan fasih,lafal-lafal yang sulit namun benar dan sesuai dengan pokok-pokok ajaran mereka ,hakikat-hakikat mereka,wajd-wajd(suka cita)dan pasal-pasal tentang mereka. 

Dalam setiap pasal saya sebutkan sekilas hal yang perlu dikemukakan,dan dalam setiap bab saya sebutkan sekilas isyarat,sesuai kondisi yang diberikan,kesempatan waktu yang memungkinkan dan karunia yang diberika Allah swt. Dengan harapan agar bisa dijadikan suri teladan yang ideal,penjelasan dan argumentasi yang kuat. 

Maka seorang yang melihat buku ini dengan seksama,  penuh  kesadaran, konsentrasi, jiwa yang tercurahkan hanya untuk menelaahnya,disertai dengan pemahaman,perenungan dan pemikiran yang mendalam,niat yang tulus,hati yang bersih,tujuan yang murni untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. bersyukur kepada-Nya atas taufik,pelurusan jalan,hidayah-Nya untuk bersahabat dan mencintai golongan kaum Sufi ini,menentang orang yang mengumbar lidahnya dalam menggunjing dan mengingkari mereka dan orang-orang sebelum mereka,dimana semua itu merupakan anugrah dan karunia-Nya yang diberikan kepadanya,maka ia akan melihatnya sebagai rahmat dan ridha Allah swt. kepada seluruh kaum Sufi. Sebab mereka adalah kaum minoritas,yang memiliki kedudukan dan kehormatan tertinggi di sisi Allah swt. 

Seyogyanya bagi orang yang berakal di zaman kita ini untuk tahu sedikit tentang pokok-pokok ajaran kaum minoritas ini,tujuan mereka,tarekat (jalan) orang-orang yang benar dan memiliki keutamaan dari golongan mereka.Sehingga bisa membedakan antara mereka yang benar-benar kaum Sufi dengan orang-orang yang hanya menyerupai dan mendompleng mereka,mengenakan pakaian kaum Sufi dan atribut-atribut mereka.Dengan demikian diharapkan tidak akan terjerat dalam kekeliruan dan dosa.Sebab kaum Sufi ini adalah orang-orang kepercayaan Allah azza wa Jalla yang bertugas mengemban amanat-Nya di muka bumi.Mereka adalah gudang simpanan rahasia-rahasia dan ilmu-Nya, orang-orang pilihan dari makhluk-Nya.Mereka adalah hamba-hamba-Nya yang penuh ikhlas,para wali-Nya yang bertakwa,para kekasih-Nya yang jujur dan saleh.diantara mereka terdapat orang-orang pilihan, orang-orang terdepan yang berlomba dalam kebaikan, orang-orang baik yang dekat kepada Allah swt.,para wali abdal dan orang-orang jujur.

Mereka adalah orang-orang yang Allah swt.sinari mata hatinya dengan ma'rifat kepada-Nya,anggota badannya dihiasi dengan pengabdian kepada-Nya,dia gerakkan lidahnya dengan selalu berzikir kepada-Nya.Mereka telah ditetapkan sebelumnya untuk mendapatkan yang terbaik dengan pengawasan yang baik dan perhatian yang terus menerus.Mereka dihiasi dengan mahkota kewalian,dikenakan perhiasan-perhiasan hidayah,hatinya disambut dengan penuh kelembutan dan dikumpulkan dihadapan-Nya dengan penuh kasih sayang. Sehingga mereka cukup dengan-Nya dan tidak butuh kepada yang lain,mencurahkan segala-galanaya hanya untuk-Nya,bergantung dan berserah diri hanya kepada-Nya.Mereka selalu beda berdiri didepan pintu rahmat-Nya,rela dengan ketentuan-Nya dan sabar atas cobaan-Nya.Mereka pergi meninggalkan tanah air,berpisah dengan kawan-kawan dan meninggalkan sanak keluarganya hanya karena mengharapkan-Nya.Mereka putus semua ketergantungan dengan selain Allah swt.dan lari dari makhlu.Mereka merasa senang dengan Allah swt.dan gelisah dengan lain-Nya. 

"Demikianlah karunia Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya;dan Allah mempunyai karunia yang besar."(Q.s.Fathir:32).

"Lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang terdepan dalam berbuat kebaikan dengan izin Allah.Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar."(Q.s.Fatir: 32)

"Katakanlah,'Segala puji bagi Allah dan kesejahtraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya.'Apakah Allah yang lebih baik,ataukah apa yang mereka persekutukan dengan-Nya?"(Q.s. An-Naml: 59).

Perlu Anda ketahui,bahwa di zaman kita ini telah banyak orang yang berusaha membahas dan memperbincangkan ilmu-ilmu kelompok ini (ilmu tasawuf ).Banyak juga diantara mereka yang menyerupai para Sufi,berusaha memberi isyarat dan jawaban tentang permasalahannya.masing-masing dari mereka menisbatkan pada dirinya suatu kitab yang memperindahnya dan kata-kata indah yang mereka susun secara baik.Padahal mereka bukanlah orang yang ahli pada bidangnya.Sebab para pendahulu dan syeikh Sufi awal yang membincangkan masalah-masalah tasawuf,memberi isyarat-isyarat ini dan berbicara dengan berbagai hikmah hanyalah mereka yang telah memutus ketergantunganya pada makhluk,mematikan hawa nafsu dengan mujahadah (perjuangan spiritual ),riyadhah (latihan spiritual ),munazalah(pertempuran spiritual )wajd(suka cita kepada-Nya) dan amat berkeinginan (ihtiraq).Kemudian dengan segera dan penuh rindu memutus semua hal sekecil apa pun yang merintangi kedekatan mereka dengan Allah swt.sekalipun hanya sekejap mata.Mereka melakukan dengan persyaratan ilmu pengetahuan,kemudian mengamalkannya dan sekaligus merealisasikan dalam tindakannya.Sehingga mereka menggabungkan antara ilmu,hakikat dan amal.

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- (semoga Allah senantiasa memberinya rahmat)-- berkata:

Saya telah buang sebagian besar dari buku ini sanad-sanad yang ada.Saya anggap cukup dengan menyebutkan matan-matan Hadist, Atsar dan cerita,agar ringkas dan gampanga.Bila apa yang saya lakukan itu benar,itu semata karena pertolongan Allah Azza wa Jalla -- dan segala puji hanya milik Allah atas semua itu.Dan jika terjadi kesalahan,baik kekurangan atau masalah berlebihan,itu semua memang karena kesalahan saya.Dan saya tentu wajib beristighgfar dan minta ampun pada-Nya atas segala tindakan tersebut. 

Sementara yang saya sebutkan dalam kitab ini hanyalah jawaban kaum Sufi terdahulu dan kata-kata hikmah mereka.Sebab hal ini saya anggap cukup ketimbang saya berpura-pura ahli sebagaimana banyak dilakukan oleh orang-orang pada akhir-akhir ini,ketika berbicara tentang hal ini,atau memberikan jawaban atau menisbatkan ucapan dan jawaban tersebut pada diri mereka sendiri,padahal mereka sebenarnya hanyalah para plagiator yang mengambil dari hakikat-hakikat dan kondisi spiritual kaum terdahulu.

Setiap orang yang mengambil dari ucapan-ucapan kaum terdahulu yang telah kami terangkan sifatnya,suatu makna dari makna hidup mereka,dimana hal itu merupakan kondisi spiritual,wajddan hasil istinbat(pengambilan hukum dan kebijakan) mereka.Kemudian apa yang diambil itu dipoles dengan apa yang tidak sewajarnya,atau dibungkus dengan ungkapan lain,atau dinisbatkan pada dirinya,sehingga dirinya akan dianggap sebagai bagian penting dari mereka atau untuk memperoleh setatus dan kedudukan di mata awam,atau ingin mengendalikan perhatian manusia kepadanya sehingga dapat mengambil manfaat atau menghindar dari bahaya,maka Allah Azza Wajalla adalah musuhnya dan Dia yang akan memperhitungkan segala perbuatannya.Sebab ia sudah tidak lagi dapat dipercaya dan telah melakuan penghianatan yang dilakukan dalam hal-hal yang bersifat duniawi, 

"Dan sesungguhnya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat" (Q.s. Yusuf: 52).Semoga Allah swt. Memberi taufik kepada kita.

KITAB PENAWAR BAGI HATI FASAL KESEBELAS : PADA MENYATAKAN [TENTANG BAHAYANYA] DENGKI



OLEH : ASY SYEIKH ABDUL QODIR BIN ABDUL MUTTOLIB  AL INDONISI AL MANDILI (ULAMA DAN GURU MASJIDIL HARAM MEKAH)

MAKNA DENGKI

Bermula dengki itu iaitu [engkau] mencita-cita[kan] akan hilang[nya sesuatu] nikmat daripada orang lain samada nikmat [itu ialah nikmat] dunia atau nikmat [itu ialah nikmat] agama.

Atau [engkau] mencita-cita[kan] akan turun[nya] bala [bencana] [ke] atasnya.

Dan [ketahuilah lagi] iaitu [hukumnya adalah] haram lagi [ber]dosa besar.

Bahkan adalah ia [salah] satu penyakit [hati] yang [paling] besar [sekali] daripada segala penyakit[-penyakit] hati.

Hadith 54. Sabda Rasulullah sollallahu alaihi wasallam,ertinya, “dengki itu [dapat] memakan ia akan segala kebajikan [yang dikerjakan oleh manusia] seperti [mana] memakan oleh api akan kayu api”.

Dikehendaki dengan memakan di sini [ialah dengki itu dapat] membinasakan [amal kebajikan yang dilakukan].

Hadith 55. Dan sabda ia [sollallahu alaihi wasallam lagi],ertinya, “jangan[lah] dengki setengah kamu akan setengah[nya yang lain] dan jangan[lah] memutuskan [silatur] rahim setengah kamu akan setengah[nya yang lain] dan jangan[alh] marah setengah kamu akan setengah[nya yang lain] dan jangan[lah] membelakangkan setengah kamu akan setengah[nya yang lain] pada ketika [kamu] berjumpa [dengannya] dan hendaklah [meng]ada[kan oleh] kamu bersaudara [sesama kamu] hai sekelian hamba Allah Taala”.

Hadith 56. Dan bersabda ia [ sollallahu alaihi wasallam lagi], ertinya, “berjalan kepada [kalangan] kamu [oleh] penyakit segala umat yang [ter]dahulu daripada kamu [iaitu [penyakit] dengki dan [penyakit ber]sangat[an] benci”.

Dikehendaki dengan [makna] berjalan di sini [ialah] melarat[nya penyakit itu] dan berjangkit[nya penyakit itu].


PUNCA TIMBULNYA PENYAKIT DENGKI

Dan bermula [salah satu] sebab bagi [timbulnya penyakit] dengki itu ada kalanya [berpunca daripada sifat] takabbur.

Dan ada kalanya [penyakit dengki ini berpunca daripada sifat suka] berseteru [dan berkelahi].

Dan ada kalanya [penyakit dengki ini berpunca daripada melayan] keji nafsu [yang mana semuanya itu] kerana kikir [dan kedekut] ia dengan [kurniaan pemberian] nikmat Allah Taala [ke] atas hamba[-hamba] Nya dengan ketiadaan tujuan [yang sebenar dan matlamat] yang baik.


GHIBTOH

Dan [penyakit dengki yang pada pandangan zahirnya sahaja yang] tiada haram ialah ghibtoh.


MAKNA GHIBTOH

Dan [makna ghibtoh itu] iaitu bahawa engkau mencita-cita[kan untuk mendapat] akan nikmat yang [sama] seperti nikmat [yang didapati oleh] orang lain [dan dalam masa yang sama] dengan ketiadaan [niat atau harapan] hilang[nya] nikmat itu daripadanya.

Dan harus [hukumnya] bahawa [sekiranya] engkau kasih [jikalau] hilang[nya] nikmat [seperti hilangnya nikmat harta dan nikmat pangkat] daripada mereka yang meminta tolong ia [dengan nikmat itu] atas mengerjakan maksiat dengan [dia menggunakan] nikmat itu [untuk mengerjakan maksiat itu] kerana bahawasanya engkau [sebenarnya] bukan kasih akan hilang[nya] nikmat [itu daripadanya] bahkan [sebenarnya] engkau kasih akan hilang[nya] maksiat [itu daripadanya].


ALAMAT GHIBTOH

Bermula alamatnya [ghibtoh itu] bahawasanya jika meninggalkan ia akan maksiat [itu] nescaya tiada kasih engkau akan hilang nikmat daripadanya [seperti hilangnya nikmat harta dan nikmat pangkat bahkan engkau kasih dan memohon biarlah nikmat itu berkekalan padanya].

Dan ketahui[lah] oleh mu bahawasanya penyakit hati seperti dengki [itu] tiada ada ubat[ bagi]nya melainkan dengan dicampur[kan] ilmu dengan amal [perbuatan] seperti [tercampurnya berbagai ubatan dalam sebiji] ma’jun.


UBAT ILMU UNTUK MEMBUANG SIFAT DENGKI

Maka adapun [campuran] ilmu [untuk mengubati penyakit dengki itu] maka bahawa mengetahui ia akan bahawasanya dengkinya itu [boleh] memberi[kan] mudharat akan dirinya sendiri [dan] tiada memberi[kan] mudharat ia akan mereka yang [ber]dengki ia akan dia.

Bahkan [berdengki itu boleh] memberi[kan] manfaat ia akan dia [yang dia dengkikan itu dan bukannya manfaat kepada dirinya].


MUDHARAT DENGKI PADA AGAMANYA

Adapun bahawasanya [makna ber]dengki itu [boleh] memberi[kan] mudharat akan orang yang [ber]dengki [ia akan dia] maka kerana [berdengki itu boleh] membatalkan ia akan pahala kebajikannya seperti [mana] yang tersebut pada hadith yang pertama [no ??? di atas].

Tambahan lagi [boleh] mensebabkan oleh [ber]dengki itu akan murka Allah Taala akan orang yang [ber]dengki itu kerana [telah] murka [dan tidak berpuas hati] ia akan qadha Allah Taala [ke atas hamba-hamba NYA].

Dan kikir [serta kedekut] ia dengan nikmat [pemberian daripada] Allah Taala yang meluaskan IA akan dia daripada perbendaharaan Nya atas hamba [pilihan] Nya.

[Perkara] ini [dikira] mudharat pada agamanya.


MUDHARAT DENGKI PADA DUNIANYA

Adapun mudharat dengan [ber]dengki itu pada dunianya maka bahawasanya orang yang [ber]dengki itu sentiasa ia di dalam dukacita yang berpanjangan [hingga matinya]. kerana bahawasanya seterunya [itu] tiada sunyi [ia] daripada [sentiasa mendapat] nikmat [daripada Allah].

Dan adapun bahawasanya [ber]dengki itu memberi[kan] manfaat ia akan seterunya yang [ber]dengki ia akan dia dan tiada memberi[kan] mudharat ia akan dia [yang dia dengkkan itu].

Maka kerana bahawasanya nikmatnya [itu] tiada hilang ia dengan dengki[nya] itu bahkan digandakan [lagi oleh Allah Taala kepada orang yang dia dengkikan itu] akan kebajikannya.

Kerana dipindahkan pahala kebajikan orang yang [ber]dengki itu kepada orang yang [dia] dengki[kan] itu.

Pendeknya orang yang [ber]dengki itu seperti [mana] mereka yang melemparkan [akan] seteru[nya] dengan batu maka tiada kena seterunya [itu] dan [tiba-tiba] kembali [semula] batu itu kepada matanya maka membutakan ia akan dia.


UBAT AMAL UNTUK MEMBUANG SIFAT DENGKI

Adapun [campuran] ubat yang [di]bangsa[kan dan dikaitkan kepada] amal [itu] maka iaitu bahawa mengetahui ia akan [apakah] hukum[nya] [orang-orang yang suka ber]dengki.

Dan akan perkataan dan perbuatan yang [boleh] mensebabkan akan keduanya oleh [sifat ber]dengki[nya] itu.

Maka menyalahi ia akan keduanya dan mengerjakan ia akan lawan bagi keduanya.

Maka memuji ia akan mereka yang dengki ia akan dia dan menzahirkan ia akan sukacita dengan nikmatnya dan merendah diri ia baginya.

Dan dengan demikian itu jadi oleh mereka yang dengki ia akan dia kawan baginya dan hilang daripadanya oleh dengki itu dan lepas ia daripada dosanya dan seksanya.

Telah berfirman Allah Taala,ertinya, “tolak oleh mu dengan perkara yang lebih elok maka tiba-tiba orang yang antara engkau dan antaranya perseteruan seolah-olah[nya bertukar menjadi] kawan yang hampir”.[Surah Fussilat Ayat 34]

Dan ketahui[lah] oleh mu bahawasanya tabiat manusia [itu biasanya] kasih ia [supaya] akan mendapat nikmat [kepada] kawannya [tetapi] tiada kasih ia [supaya] akan mendapat nikmat [kepada] seterunya.

Dan benci ia akan [perkara-perkara] yang [akan] menyusahkan kawannya [tetapi] tiada benci ia akan [perkara-perkara] yang [akan] menyusahkan seterunya.

Maka jika tiada [ber]kuasa engkau [untuk] menyamakan antara kawan engkau dan seteru engkau pada kasih [engkau] dan benci [engkau] itu maka hendaklah melepaskan engkau akan diri engkau daripada dosa [ber]dengki itu dengan dua perkara,

1. Yang pertama, bahawa tiada engkau [men]zahirkan akan dengki [engkau] itu dengan lidah engkau dan dengan anggota engkau dan [dengan] segala pekerjaan engkau yang [di]bangsa[kan kepada] ikhtiar.

Bahkan [hendaklah] menyalahi engkau dengan lidah dan anggota engkau akan yang tersebut daripadanya seperti yang telah terdahulu.

Hadith 55. Inilah makna sabda Rasulullah sollallahu alaihi wasallam,ertinya, “bermula tiga perkara [yang] tiada sejahtera daripadanya ini umat, pertama, dengki, kedua, jahat sangka, ketiga, bercending, adakah [kamu] tiada [mahu kalau] aku khabarkan akan kamu dengan tempat keluar daripadanya? Bersembah sahabat, khabarkan oleh mu hai Rasulullah, bersabda ia, apabila engkau menyangka engkau akan sangka yang jahat maka jangan engkau tahqiqkan

Ertinya, jangan engkau kerjakan akan yang dituntut bagi sangka itu bahkan hendaklah engkau berhenti daripada memutuskan dengan sangka engkau itu dan daripada mengerjakan akan yang dituntutnya.“dan apabila engkau [ber]dengki maka jangan[lah engkau] melampaui [batas]”.

Ertinya, jika mendapat engkau di dalam hati engkau akan sesuatu daripada [sifat-sifat] dengki [yang dibincangkan di atas sana] maka jangan[lah sekali-kali] engkau kerjakan dengan dia. “dan apabila bercending engkau [pada pekerjaan engkau] maka lalu [lah] oleh mu [akan pekerjaan itu dan teruskanlah] kepada tujuan [dan niat] engkau [itu] dan jangan[lah] engkau kembali [ke tempat asal kamu tadi] seperti [mana yang] memperbuat[kan] akan dia oleh ahli jahiliyyah [pada zaman dahulu]”.

Menceritakan ini hadith oleh Al Hafiz Abdur Rahman Ibnu Umar Al Asfahani daripada Al Hasan Basri.

Hadith ini dinamakan hadith mursal ertinya mengangkatkan akan dia oleh tabi’in kepada Nabi [Muhammad] sollallahu alaihi wasallam.

Dan kedua bahawa benci engkau daripada diri engkau akan kasihnya hilang nikmat Allah Taala daripada sekelian hamba Nya.

Maka apabila menyertai oleh benci engkau yang mensebabkan dia oleh agama dengan suka engkau akan hilang nikmat yang mensebabkan dia oleh tabiat nescaya tertolak daripada engkau oleh dosa suka engkau itu.

Dan tiada diwajibkan atas engkau mengubah akan tabiat kerana tiada kuasa engkau atasnya pada kebanyakan kelakuan.

Kerana bahawasanya tabiat itu tiada dapat mengerasi akan dia melainkan mereka yang putus penilikannya daripada makhluk.

Bahkan mengetahui ia dengan yakin akan bahawasanya yang empunya nikmat itu tiada sunyi daripada bahawa ada ia isi api neraka atau ada ia isi syurga.

Maka jika ada ia isi api neraka maka tiada memberi manfaat akan dia oleh nikmat itu.

Dan jika ada ia isi syurga maka tiada ada nisbah antara nikmatnya itu dengan nikmat syurga bahkan melihat ia akan sekelian makhluk itu hamba bagi Allah Taala [jua].

Dan Allah Taala itu kekasihnya maka kasih Ia akan mereka itu kerana mereka itu hamba bagi kekasihnya dan kasih ia bahawa nyata bekas nikmat kekasih Nya atas sekelian hamba Nya.