Tampilkan postingan dengan label Wali Ahmad bin Khazruya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wali Ahmad bin Khazruya. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 15 November 2014

TOKOH SUFI AHMAD BIN KHAZRUYA MENINDAS HAWA NAFSUNYA SENDIRI (BAHAGIAN 2)



Ahmad bin Khazruya berkisah sebagai berikut ini:

Telah lama sekali aku menindas hawa nafsuku. Suatu hari orang-orang berangkat ke me dan perang, hasratkupun timbul menyertai mereka. Batinku membisikkan beberapa hadits yang menjelaskan pahala-pahala akhirat bagi yang berjuang di jalan Allah. Aku ter-heran-heran dan berkata dalam hati :
"Batinku biasanya tidak gampang mematuhi kehendakku. Tak seperti sekarang ini. Mungkin hai ini karena aku senantiasa berpuasa sehingga batinku tak dapat lagi menanggung lapar lebih lama dan ingin agar aku menghentikan puasaku"
Aku lalu membulatkan tekad, "Aku akan berpuasa terus selama perjalanan".
"Aku sangat setuju" jawab batinku.
"Mungkin batinku berkata demikian karena aku bisa melaksanakan shalat di sepanjang malam dan ingin agar aku tidur dan beristirahat di malam hari".
"Aku tidak akan tidur sebelum fajar" tekadku pula.
"Aku sangat setuju" jawab batinku.
Aku semakin terheran-heran. Kemudian terpikirlah olehku bahwa mungkin batinku berkata demikian karena ingin bergaul dengan orang ramai, jemu dalam kesepian dan membutuhkan hiburan.
Maka akupun bertekad: "Kemana pun aku pergi, aku akan menyendiri dan tidak akan berkumpul bersama orang lain"
"Aku setuju sekali" batinku malah menyetujuinya pula.

Habislah sudah dayaku. Dengan segala kerendahan hati aku bermohon kepada Allah semoga Dia berkenan menunjukkan kepadaku tipu daya batinku, atau memaksa batinku untuk mengaku secara terus-terang kepadaku. Maka berkatalah batinku kepadaku,

"Setiap hari dengan menindas segala keinginanku, engkau telah membunuhku beratus kali, tapi orang lain tidak mengetahui ini. Di dalam pertempuran-pertempuran nanti, setidaknya engkau akan terbunuh, aku bebas dan seluruh dunia akan gempar dengan berita 'Ahmad bin Khazruya yang gagah perkasa telah mati terbunuh dengan mahkota syuhada di atas kepalanya' " .

"Maha Besar Allah yang menciptakan batin yang munafik, baik selagi hidup maupun sesudah mati. Engkau bukanlah seorang Muslim sejati di dunia ini maupun di akhirat nanti. Aku sangka engkau ingin menaati Allah, rupanya engkau hanya sekedar mengencangkan ikat pinggangmu" seruku.
Sejak saat itu, aku lipat-gandakan perjuanganku melawan batinku sendiri.

TOKOH SUFI AHMAD BIN KHAZRUYA DAN ISTERINYA (BAHAGIAN 1)



Ahmad bin Khazruya mempunyai seribu orang murid yang masing-masing dapat terbang di angkasa dan berjalan di atas air. Ahmad selalu mengenakan seragam tentara. Isterinya, Fathimah merupakan seorang pembimbing ke jalan kesufian; Ia adalah puteri pangeran kota Balkh, Setelah bertaubat, ia mengirim utusan kepada Ahmad disertai pesan.

"Lamarlah aku kepada ayahku".
Ahmad tidak memberi jawaban, kemudian dikirimnya utusan kedua dengan pesan,
"Ahmad, kusangka engkau lebih berjiwa satria daripada yang sebenarnya. Jadilah seorang pembimbing, janganlah menjadi seorang pembegal"

Maka Ahmad lalu mengirimkan wakilnya untuk melamar Fathimah kepada ayahnya. Karena menginginkan keridhaan Allah, ayah Fathimah menyerahkan puterinya kepada Ahmad. Fathimah meninggalkan segala urusan dunia dan memperoleh ketenangan menyertai Ahmad di dalam penyepian.
Hari demi hari mereka lalui sehingga suatu ketika Ahmad ber-maksud menemui Abu Yazid, Fathimah ikut serta. Ketika berhadapan dengan Abu Yazid, Fathimah membuka cadar mukanya dan turut berbincang-bincang. Ahmad kesal menyaksikan kelakuan isterinya itu dan api cemburu membakar dadanya.
"Fathimah, alangkah berani sikapmu ketika berhadapan dengan Abu Yazid?", tegur Ahmad kepada isterinya.
"Engkau mengenai ragaku, tetapi Abu Yazid mengenai batinku. Engkau membangkitkan hasratku, tetapi Abu Yazid mengantarkan aku kepada Allah. Buktinya, Abu Yazid dapat hidup tanpa kutemani tetapi engkau senantiasa membutuhkan kehadiranku" jawab Fathimah.

Sikap Abu Yazid terhadap Fathimah tidak canggung. Suatu hari terlihatlah olehnya jari-jari tangan Fathimah yang berinai. Abu Yazid lalu berkata;
"Fathimah, mengapakah engkau mencat jari-jari tanganmu?" "Abu Yazid, sebelumnya engkau tak pernah memperhatikan jari-jari tanganku yang berinai ini, karena inilah aku tak merasa canggung terhadapmu. Kini, setelah engkau memperhatikan tanganku, tak pantas lagi aku bergaul denganmu sela Fathimah.
Mendengar ini Abu Yazid tak mau kalah: "Aku telah meminta kepada Allah agar wanita-wanita yang terpandang olehku tidak lebih menggairahkan hatiku daripada dinding. Dan demikianlah yang diperbuat-Nya terhadap diri mereka dalam pandangan mataku".

Setelah itu Ahmad dan Fathimah berangkat ke Nishapur. Di sana mereka mendapat sambutan yang hangat. Suatu waktu, Yahya bin Mu'adz singgah di Nishapur sebelum meneruskan perjalanannya menuju Balkh, Ahmad bermaksud menyelenggarakan pesta menyambut kedatangannya, iapun meminta pendapat Fathimah,
"Apakah yang kita perlukan untuk pesta penyambutan Yahya?"
"Beberapa ekor lembu dan domba" jawab Fathimah, "'perlengkapan-perlengkapan, lilin-lilin dan minyak mawar. Di samping itu kita masih membutuhkan beberapa ekor keledai".
"Apakah gunanya kita menyembelih keledai?" tanya Ahmad terheran.

"Apabila ada seorang pejabat yang datang untuk bersantap maka anjing-anjing tetanggapun harus mendapat bagian pula'' jawab Fathimah.

Demikianlah semangat kekesatriaan sejati Fathimah, karena itulah Abu Yazid pernah berkata;
"Jika ada yang ingin menyaksikan seorang laki-laki sejati yang bersembunyi di balik pakaian perempuan, pandanglah Fathimah!"