Tampilkan postingan dengan label Wali Abu Hafshin Al Haddad. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wali Abu Hafshin Al Haddad. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 Februari 2016

KATA-KATA HIKMAH ABU HAFSHIN AL HADDAD



1. Dunia ini ialah sebuah rumah yang sentiasa ada dosa terhadap Allah.

2. Fakir itu adalah satu cara yang membawa seseorang itu hampir kepada Allah.

3. Janganlah bergantung kepada ibadat dan latihan kerohanianmu itu tetapi bergantunglah kepada rahmat Allah.

4. Barangsiapa yang rindu kepada Allah akan sentiasa melihatNya.

5. Orang yang suka dipuji itu adalah sia² dalam sukacitanya itu.

6. Dosa itu membawa kepada bidaah.

7. Orang yang cuba mengenal Khaliq melalui makhlukNya adalah buta. Sepatutnya dia mengenal makhluk melalui Khaliq.

8. Berada sentiasa di ambang pintu Tuhan agar pintuNya itu terbuka kepadamu.

9. Berharaplah kepada Allah, seperti harapnya pengemis kepada sedekah orang kaya.

ABU HAFSHIN DENGAN KELOM[POK JEMAAH HAJI MISKIN



Ketika Abu Hafs berada di Mekkah, ia melihat sekelompok jemaah haji yang miskin dan papa di sana. Ia ingin memberikan sesuatu kepada mereka, dan merasa sangat terguncang melihat keadaan mereka.
Dengan perasaan terguncang seperti itu, ia memungut sebuah batu dan memekik, “Demi keagungan-Mu, jika Engkau tidak memberiku sesuatu, maka aku akan memecahkan seluruh lampu yang ada di masjidil Haram ini.”
Kemudian ia melakukan tawaf, mengelilingi ka’bah. Tiba-tiba seorang lelaki mendatanginya dan memberinya sekantong emas. Abu Hafs kemudian membagi-bagikan emas itu kepada kaum miskin tadi.
Setelah menunaikan ibadah haji, ia kembali ke Baghdad. Di sana murid-murid Junaid keluar menyambutnya dengan segala kehormatan.
“Apa oleh-oleh yang engkau bawa dari perjalananmu?” Tanya Junaid.
“Yang akan kukatakan ini adalah oleh-oleh dariku,” jawab Abu Hafs.
Mungkin salah seorang saudara kita tidak mampu hidup (berlaku) sebagaimana seharusnya. Jika engkau mendapati saudaramu berkelakuan buruk, carilah alsan baginya, dan maafkanlah ia. Jika debu kesalahpahaman itu tidak juga hilang dengan alasan itu, maka carilah alasan yang lebih baik lagi baginya, dan maafkanlah ia. Jika debu kesalahpahaman itu masih juga belum hilang, carilah alasan lain, teruslah begitu, bahkan sampai empat puluh kali. Jika debu kesalahpahaman itu lagi-lagi belum juga hilang, sementara engkau berada di pihak yang benar, dan empat puluh alasan tadi tidak juga mampu menutupi kesalahan saudaramu itu matamu, maka duduklah, dan katakana pada dirimu sendiri, “Engkau benar-benar jiwa yang keras kepala dan bebal, engkau benar-benar kepala batu, kurang ajar, dan tak tahu diri, saudaramu mengemukakan empat puluh alasan bagi kesalahannya, namun engkau tidak menerima semua alasan itu dan berkeras dengan sikapmu, aku berlepas diri darimu. Engkau tahu apa yang engkau enginkan, lakukanlah sesukamu!”
Junaid bernar-benar kagum dengan kata-kata ini. “Siapa yang dapat memiliki kekuatan seperti itu?” tanyanya dalam hati.