Tampilkan postingan dengan label Asbabun Nuzul (Jalaluddin As Sayuthi). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asbabun Nuzul (Jalaluddin As Sayuthi). Tampilkan semua postingan

Senin, 17 November 2014

ASBABUN NUZUL Surah Al-Baqarah (Surat 2) Ayat 89, 94 dan 97



Dinukilkan  dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul

Ayat 89, yaitu firman Allah ta’ala

“Dan setelah datang kepada mereka Al Qur’an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka , padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la’nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.” (al-Baqarah: 89)

Sebab Turunnya Ayat
Al-Hakim meriwayatkan di dalam al-Mustadrak dan al-Baihaqi di dalam Dalaa’ilun Nubuwwah dengan sanad dhaif dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Dulu orang-orang Yahudi Khaibar selalu berperang dengan orang-orang Ghathfan. Setiap kali berperang, orang-oran Yahudi selalu kalah. Oleh karena itu mereka berdoa, ‘Ya Allah, kami memohon kepadamu dengan kebenaran Muhammad, Nabi yang ummi, yang Engkau janjikan akan mengutusnya untuk kami di akhir zaman, tolonglah kami.’ Setiap kali berdoa dengan doa di atas dan kemudian berperang dengan Ghathfan, mereka pun mendapatkan kemenangan. Lalu ketika Nabi Muhammad saw. diutus, mereka tidak beriman kepada beliau. Maka Allah menurunkan firman-Nya,
‘…sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir,…” (al-Baqarah: 89)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Sa’id atau Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang Yahudi memohon kepada Allah dengan bertawassul dengan Rasulullah sebelum beliau diutus, untuk mendapatkan kemenangan atas orang-orang Aus dan Khazraj. Ketika beliau diutus dari kalangan orang-orang Arab, mereka pun kafir dan mengingkari apa yang telah mereka katakan. maka Mu’adz bin Jabal, Bisyr ibnul-Barra’, dan Dawud bin Salamah berkata, “Wahai orang-orang Yahudi, bertakwalah kepada Allah masuklah Islam. Kalian dulu memohon kepada Allah dengan bertawassul kepada Muhammad untuk dapat mengalahkan kami ketika kami masih musyrik. Dan kalian beritahu kami bahwa dia pasti akan diutus dan kalian juga pernah menyebutkan sifat-sifatnya sesuai dengan sifat-sifatnya saat ini.”
Maka Salam bin Misykam, salah seorang dari Bani Nadhir berkata, “Dia tidak datang kepada kami dengan apa yang kami ketahui. Dan yang kami sebutkan kepada kalian bukan dia.” Maka Allah menurunkan firman-Nya,
“Dan setelah datang kepada mereka Al Qur’an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka , padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la’nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.” (al-Baqarah: 89)

Ayat 94, yaitu firman Allah ta’ala,

“Katakanlah: “Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar.” (al-Baqarah: 94)

Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abul Aliyyah, dia berkata, “Orang-orang Yahudi berkata, ‘Hanya orang-orang Yahudi yang akan masuk surga.’ Maka Allah berfirman, Katakanlah: “Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain…’”

Ayat 97, yaitu firman Allah ta’ala,

“Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah. membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (al-Baqarah: 97)

Sebab Turunnya Ayat
Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas, dia berkata, “Abdullah bin Salam mendengar informasi kedatangan Rasulullah ketika dia sedang berada di dalam kebunnya pada muslim panen. Kemudian dia mendatangi Rasulullah dan berkata, ‘Saya akan bertanya kepadamu tiga hal yang hanya diketahui oleh seorang nabi. Pertama, apa tanda-tanda awal terjadinya hari kiamat? Kedua, apa makanan pertama para penghuni surga? Ketiga, bagaimana seorang anak mirip dengan ayah atau ibunya?
Lalu Rasulullah menjawab, ‘Baru saja Jibril memberitahu saya.’
Abdullah bin Salam dengan nada terjekut bertanya, ‘Jibril?’
‘Ya,’ jawab Rasulullah singkat.
Abdullah bin Salam berkata, ‘Dia adalah malaikat yang jadi musuh orang-orang Yahudi.’
Maka Rasulullah membacakan ayat, ‘Katakanlah, ‘Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu…”” (9)
Syaikhul Islam Ibnu Hajjar al-Asqalani berkata di dalam kitab Fathul Baari, “Secara zahir dari susunan riwayat tersebut, Nabi saw. membacakan ayat di atas untuk membantah keyakinan orang-orang Yahudi. Dan hal itu tidak mengharuskan ayat tersebut turun waktu itu.” Ibnu Hajjar kemudian menambahkan, “Dan inilah yang paling kuat.”
Terdapat kisah lain juga yang shahih tentang sebab turunnya ayat di atas.
Imam Ahmad, at-Tirmidzi, dan an-Nasa’i meriwayatkan dari jalur Bukair bin Syihab dari Sa’id ibnuz-Zubair, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Pada suatu hari orang-orang Yahudi mendatangi Rasulullah, lalu berkata, ‘Wahai Abul Qasim, kami akan bertanya kepadamu tentang lima hal. Jika engkau menjawab semuanya, maka kami tahu bahwa engkau adalah seorang nabi.’”
Lalu Ibnu Abbas menyebutkan isi hadits tersebut. Di antaranya, orang-orang Yahudi itu menanyakan tentang apa yang diharamkan oleh Bani Israel terhadap diri mereka sendiri, tentang tanda-tanda seorang nabi, tentang petir dan suaranya, tentang bagaimana seorang anak mempunyai kelamin laki-laki atau wanita dan tentang siapakah yang membawa berita dari langit, yaitu ketika mereka bertanya, “Beritahu kami siapa dia?” Rasulullah menjawab, “Jibril.”Salah seorang dari mereka pun berkata, “Jibril yang datang dengan membawa peperangan, pembunuhan, dan siksaan adalah musuh kami. Kalau seandainya kau katakan Mikail, sang malaikat pembawa rahmat, tetumbuhan, dan hujan, tentu akan lebih baik.” Maka turunlah ayat di atas. (10)
Ishaq bin Rahuyah dalam musnadnya dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur asy-Sya’bi bahwa suatu kali Umar pernah mendatangi orang-orang Yahudi, lalu dia mendengar isi Taurat. Maka dia pun takjub, karena isi yang dia dengar sama dengan apa yang ada di dalam Al-Qur’an. Lalu Nabi saw. lewat di depan mereka. Maka Umar bertanya kepada orang-orang Yahudi, “Demi Allah, apakah kalian tahu bahwa dia adalah seorang utusan Allah?” Seorang pendeta mereka menjawab, “Ya kami tahu bahwa dia adalah utusan Allah.”
Maka Umar pun menyahut, “Lalu mengapa kalian tidak mengikuti ajarannya?” Mereka menjawab, “Karena ketika kami bertanya kepadanya tentang siapa yang membawa berita kenabian kepadanya, dia menjawab yang membawanya adalah Jibril. Sedangkan Jibril adalah musuh kami karena Jibril turun ke bumi dengan membawa kekerasan, kesusahan, peperangan, dan kehancuran.”
Umar pun kembali bertanya, “Lalu siapakah malaikat yang menjadi utusan Allah untuk kalian?” Mereka menjawab, “Dia adalah Mikail, malaikat yang turun dengan membawa air hujan dan rahmat.” Umar kembali bertanya, “Bagaimana posisi keduanya di sisi Allah?” Mereka menjawab, “Satunya di sebelah kanan dan satunya lagi di sebelah kiri-Nya.”
Maka Umar berkata, “Sesungguhnya Jibril tidak mungkin memusuhi Mikail. Mikail juga tidak mungkin berdamai dengan musuh Jibril. Saya bersaksi bahwa keduanya dan Tuhan keduanya berdamai dengan siapa saja yang berdamai dengan mereka. Dan juga berperang dengan yang mereka perangi.”
Kemudian Umar mendatangi Nabi saw. untuk memberi tahu beliau tentang hal itu. Ketika Umar baru bertemu dengan beliau dan belum menyampaikan hal itu, beliau bersabda, “Maukah engkau saya beritahu tentang ayat yang baru saja diturunkan kepadaku?” Umar menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah membacakan firman Allah,

“Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah. membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” (al-Baqarah: 97-98)

Maka Umar berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah saya datang dari tempat orang-orang Yahudi hanya untuk mendatangimu dan memberi tahumu tentang apa yang mereka katakan kepada saya dan apa yang saya katakan kepada mereka. Namun ternyata Allah mendahului saya untuk memberi tahumu.”
Isnad hadits ini adalah shahih, akan tetapi asy-Sya’bi tidak pernah bertemu Umar. (11)
Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari jalur lain dari asy-Sya’bi.
Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari jalur as-Suddi dari Umar. Dia juga dari jalur Qatadah dari Umar. Dan kedua jalur tersebut juga terputus.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur lain dari Abdurrahman bin Abi Laila bahwa seorang Yahudi bertemu dengan Umar ibnul-Khaththab. Lalu orang Yahudi itu berkata, “Sesungguhnya Jibril yang menyampaikan berita langit untuk temanmu itu adalah musuh kami.” Umar pun menjawab, “Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” Maka, turunlah ayat di atas melalui lisan Umar.
Jalur-jalur ini saling menguatkan.
Ibnu Jarir menyatakan bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah cerita di atas merupakan ijma’ para ulama.

ASBABUN NUZUL Surah Al-Baqarah (Surat 2) Ayat 44, 62, 76, 79 dan 80



Dinukilkan  dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul

Ayat 44, yaitu firman Allah ta’ala,

“Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu mengerti?” (al-Baqarah: 44)

Sebab Turunnya Ayat

Al-Wahidi dan ats-Tsa’labi meriwayatkan dari jalur al-Kalbi dari Abu Shaleh dari Ibnu Abbas dia berkata, “Ayat ini turun pada orang-orang Yahudi Madinah. Ketika itu salah seorang dari mereka berkata kepada keluarga menantu, para kerabat, dan orang-orang yang mempunyai hubungan sesusuan dengannya yang semuanya adalah muslim, ‘Tetaplah pada agama kalian dan pada apa yang diperintahkan oleh orang itu (Muhammad) karena apa yang diperintahkannya adalah benar.” Ketika itu orang-orang Yahudi memang terbiasa menganjurkan hal itu kepada orang-orang, namun mereka sendiri tidak melakukannya.

Ayat 62, yaitu firman Allah ta’ala,

“Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin , siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan beramal saleh , mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (al-Baqarah: 62)

Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Abi Hatim dan al-Adni meriwayatkan di dalam musnadnya dari jalur Ibnu Abi Najih dari Mujahid dia berkata, “Salman berkata, ‘Saya bertanya kepada Nabi saw. tentang para penganut agama yang dulu satu agama dengan saya. Saya katakan kepada beliau juga tentang sembahyang dan ibadah mereka. Maka turunlah firman Allah,
‘Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi…’”

Al-Wahidi menafsirkan dari jalur Abdullah bin Katsir dari Mujahid, dia berkata, “Ketika Salman menceritakan kepada Rasulullah tentang kisah rekan-rekannya dulu, Rasulullah bersabda, “‘Mereka di dalam neraka.’ Salman berkata, “Maka bumi pun terasa gelap bagiku. Lalu turun firman Allah,
‘Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi…’, hingga firmannya, ‘…dan mereka tidak bersedih hati.’

Maka saya pun merasa lega, seakan-akan sebuah gunung telah disingkirkan dari atas tubuh saya.’”
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari as-Suddi, dia berkata, “Ayat ini turun pada rekan-rekan Salman al-Farisi (sebelum dia masuk Islam).”

Ayat 76, Yaitu firman Allah ta’ala,

“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata:” Kamipun telah beriman,” tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: “Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mu’min) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu. tidakkah kamu mengerti?”(al-Baqarah: 76)

Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, “Ketika peperangan dengan Bani Quraizhah, Nabi saw. berdiri di bawah benteng mereka. Lalu beliau bersabda, ‘Wahai para saudara kera! Wahai para saudara babi! Wahai hamba-hamba taghut!’ Mereka pun berkata, “Siapakah yang memberi tahu hal itu kepada Muhammad? Hal itu pasti berasal dari kalian. Apakah kalian menceritakan kepada mereka tentang apa yang telah diterangkan Allah kepada kalian supaya mereka dapat mengalahkan hujah kalian di hadapan Tuhan?’” Maka turunlah ayat di atas.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur Ikrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Dulu orang-orang Yahudi, jika bertemu dengan orang-orang yang beriman mereka berkata, ‘Kami beriman bahwa teman kalian (Muhammad) adalah utusan Allah. Akan tetapi beliau diutus untuk kalian saja.’ Apabila hanya antar mereka bertemu, mereka pun berkata, “Apakah dia memberitahu orang-orang Arab dengan hal ini? Karena sesungguhnya kalian dulu minta bantuan kepadanya untuk mengalahkan mereka dan beliau dulu adalah bagian dari mereka.”

Lalu Allah menurunkan firman-Nya,
“Dan apabila mereka berjumpa…”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari As-Suddi, dia berkata, “Ayat di atas turun kepada beberapa orang Yahudi yang beriman, kemudian mereka menjadi munafik. Lalu mereka mendatangi orang-orang mukmin yang berasal dari kalangan Arab dan memberitahu mereka dengan hukuman yang pernah menimpa golongan mereka. Maka dengan kesal sebagian mereka (orang-orang Yahudi itu) berkata kepada sebagian yang lain, ‘Apakah kalian menceritakan kepada orang-orang mukmin tentang hukuman yang telah diterangkan Allah kepada kalian agar mereka berkata, ‘Kami lebih dicintai dan lebih mulia di sisi Allah daripada kalian?!’”

Ayat 79, yaitu firman Allah ta’ala

“Maka kecelakaan yAng besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (al-Baqarah: 79)

Sebab Turunnya Ayat
An-Nasa’i meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ayat ini turun kepada Ahli Kitab.”
Ibnu Abi Hatim dari jalur Ikrimah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ayat ini turun kepada para pendeta Yahudi. Mereka menemukan ciri-ciri Nabi saw. termaktub di dalam Taurat, yaitu pelupuk di sekeliling matanya berwarna hitam, bertubuh sedang, berambut ikal, dan berwajah tampan. Lalu mereka menghapuskan keterangan tersebut karena kedengkian dan kezaliman mereka. Atau dengan berdusta mereka berkata, ‘Kami menemukan ciri-cirinya bertubuh tinggi, berkulit hijau, dan berambut lurus.’”

Ayat 80, yaitu firman Allah ta’ala,

“Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja.” Katakanlah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (al-Baqarah: 80)

Sebab Turunnya Ayat
Ath-Thabrani di dalam al-Mu’jamul Kabiir, Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Ibnu Ishaq dari Muhammad bin Abu Muhammad dari Ikrimah atau Sa’id ibnuz-Zubair dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ketika Rasulullah saw. datang ke Madinah, orang-orang Yahudi mempunyai pendapat bahwa usia dunia adalah tujuh ribu tahun. Juga pendapat bahwa sesungguhnya orang-orang disiksa di dalam neraka satu hari dalam setiap seribu tahun menurut hitungan hari di akhirat. Dan siksa itu hanya selama tujuh kali, kemudian akan berhenti. Maka Allah menurunkan firman-Nya,

‘Dan mereka berkata, “Neraka tidak akan menyentuh kami,…’ hingga firman-Nya, ‘…Mereka kekal di dalamnya.’”
(al-Baqarah: 80-81)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang Yahudi berkata, “Kami tidak akan masuk neraka kecuali hanya memenuhi sumpah Allah. Kita hanya akan disiksa selama jumlah hari ketika kita menyembah patung lembu, yaitu selama empat puluh hari. Setelah itu siksa pun akan berhenti.” Maka turunlah ayat di atas.

Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Ikrimah hadits yang berbeda.

Sabtu, 15 November 2014

ASBABUN NUZUL : Surah Al-Baqarah (Surat 2) Ayat 6, 14, 19 dan 26


Dinukilkan  dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul

Al-Faryabi dan Ibnu Jarir (8) meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, “Empat ayat dari permulaan surah al-Baqarah turun pada orang-orang mukmin, dua ayat turun pada orang-orang kafir, dan tiga belas ayat turun pada orang-orang munafik.”


Ayat 6, yaitu firman Allah ta’ala
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.” (al-Baqarah: 6)

Sebab Turrunnya Ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur Ibnu Ishaq dari Muhammad bin Abi Muhammad dari Ikrimah atau dari Sa’id ibnuz-Zubair dari Ibnu Abbas tentang firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 6-7, “Sesungguhnya orang-orang kafir…”Kedua ayat ini turun pada orang-orang Yahudi Madinah.
Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Rabi’ bin Anas, dia berkata, “Dua ayat turun pada peperangan al-Ahzaab, yaitu,
‘Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat’” (al-Baqarah: 6-7)

Ayat 14, yaitu firman Allah ta’ala,
“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, ‘Kami telah beriman.’ Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.’” (al-Baqarah: 14)

Sebab Turunnya Ayat
Al-Wahidi dan ats-Tsa’labi meriwayatkan dari jalur Muhammad bin Marwan dan as-Suddi dari al-Kalabi dari Abu Shaleh dari Ibnu Abbas, dia berkata , “Ayat ini turun pada Abdullah bin Ubay dan rekan-rekannya. Pada suatu hari mereka bertemu dengan beberapa sahabat Rasulullah. Lalu Abdullah bin Ubay berkata kepada rekan-rekannya itu, ‘Lihatlah bagaimana saya menjauhkan orang-orang bodoh itu dari kalian.’
Kemudian Abdullah bin Ubay mendekati Abu Bakar dan memegang tangannya, lalu berkata, ‘Selamat datang ash-Shiddiq, tuan Bani Tamim, Syekh Islam, orang kedua setelah Rasulullah ketika berada di dalam goa, serta orang yang telah mencurahkan jiwa dan hartanya untuk Rasulullah.’ Lalu dia memegang tangan Umar dan berkata, ‘Selamat datang Tuan Bani Adi bin Ka’ab, al-Faruq yang kokoh dalam agama Allah, yang telah mencurahkan jiwa dan harta-nya untuk Rasulullah.’ Setelah itu dia memegang tangan Ali dan berkata, ‘Selamat datang anak paman Rasulullah dan menantu beliau. Tuan Bani Hasyim setelah Rasulullah.’ Kemudian masing-masing sahabat Nabi itu pun pergi ke arah yang berbeda.
Lalu Abdullah kembali menemui rekan-rekannya dan berkata, ‘Menurut kalian bagaimana yang saya lakukan tadi? Maka jika kalian melihat mereka berkumpul, lakukan saja seperti yang saya lakukan tadi.’ Rekan-rekannya pun memuji apa yang dilakukan Ubay tadi. Kemudian orang-orang muslim menemui Nabi saw. dan memberi tahu beliau tentang hal itu, maka turunlah ayat di atas.”
Isnad riwayat ini sangat lemah. Karena Suddi ash-Shaghir adalah pendusta, demikian juga dengan al-Kalbi. Abu Shaleh sendiri lemah.

Ayat 19, yaitu firman Allah ta’ala,
Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati . Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.” (al-Baqarah: 19)

Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur as-Suddi al-Kabir dari Abdul Malik dan Abu Shaleh dari Ibnu Abbas dan dari Murrah dari Ibnu Mas’ud dari sejumlah sahabat, mereka berkata, “Dulu ada dua orang munafik penduduk Madinah melarikan diri dari Rasulullah menuju tempat orang-orang musyrik. Di perjalanan hujan lebat mengguyur mereka. Hujan tersebut sebagaimana disebutkan oleh Allah swt. bahwa di dalamnya terdapat petir yang dahsyat dan kilat yang menyambar-nyambar. Setiap kali petir menggelegar, mereka menutupkan jari-jari mereka ke telinga mereka karena takut suara petir itu masuk ke gendang telingan mereka dan membunuh mereka. Dan ketika sinar kilat berkelebat, mereka berjalan menuju cahayanya. Jika tidak ada cahaya kilat, mereka tidak dapat melihat apa-apa. Lalu keduanya kembali pulang ke tempat mereka, dan keduanya berkata,” “Seandainya saat ini pagi sudah tiba, tentu kita segera menemui Muhammad, lalu kita menyerahkan tangan kita ke tangan beliau.’ Kemudian ketika pagi tiba, keduanya menemui beliau, lalu masuk Islam dan menyerahkan tangan mereka ke tangan beliau. Setelah itu keduanya menjadi muslim yang baik. Lalu Allah menjadikan keadaan kedua munafik itu sebagai perumpamaan bagi orang-orang munafik yang ada di Madinah.”
Setiap kali orang-orang Munafik Madinah tersebut menghadiri majelis Nabi saw, mereka meletakkan jari-jari mereka di telinga karena takut mendengar jika ada wahyu yang turun yang berkenaan dengan mereka atau mereka diingatkan dengan sesuatu yang bisa membuat mereka mati ketakutan. Hal ini sebagaimana dua orang munafik tadi yang menutupkan jari-jari mereka ke telinga mereka.
“…Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) tiu…” (al-Baqarah: 20)
Jika orang-orang muslim mempunyai harta dan anak-anak yang banyak, serta mendapat ghanimah atau kemenangan, mereka ikut di dalamnya dan berkata, “Sesungguhnya agama Muhammad saw. saat ini adalah benar.” Maka mereka pun istiqamah di dalamnya, sebagaimana dua orang munafik tersebut yang berjalan di bawah sinar kilat setiap kali sinarnya menyinari.
“…dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti…” (al-Baqarah: 20)
Jika harta dan anak-anak orang muslim sedikit, dan mereka tertimpa kesulitan, mereka pun berkata, “Ini karena agama Muhammad.” Maka, mereka pun keluar dari Islam (murtad) dan menjadi orang-orang kafir, sebagaimana dikatakan dua orang munafik tersebut di atas, ketika kilat tidak menyinari mereka.

Ayat 26, yaitu firman Allah ta’ala,
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu . Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan : “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?.” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah , dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (al-Baqarah: 26)

Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi dengan sanad-sanadnya, bahwa ketika Allah membuat dua perumpamaan untuk orang-orang munafik, yaitu dalam firman-Nya,
“Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang meyalakan api,…” (al-Baqarah: 17)
Dan firman-Nya,
“Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit,…” (al-Baqarah: 19)
Orang-orang munafik berkata, “Allah sangat agung dan mulia, tidak layak bagi-Nya membuat perumpamaan-perumpamaan ini.” Maka Allah menurunkan firman-Nya,
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan-perumpamaan…,” hingga firman-Nya, “…Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (al-Baqarah: 26-27)
Al-Wahidi meriwayatkan dari jalur Abdul Ghani bin Sa’id ats-Tsaqafi dari Musa bin Abdirrahman dari Ibnu Juraij dari Atha’ dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Allah menyebutkan kondisi Tuhan-tuhan orang musyrik dalam firman-Nya,
‘Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka,…” (al-Hajj: 73)
Dan ketika Allah menyebut tipu daya para Tuhan tersebut, Allah mengumpamakannya seperti rumah laba-laba. Maka orang-orang munafik berkata, “Tidakkah kalian lihat, ketika Allah menyebutkan lalat dan laba-laba dalam Al-Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad, apa yang bisa Dia lakukan dengan keduanya?”
Maka Allah menurunkan ayat ini.
Namun Abdul Ghani -salah satu perawinya- sangat lemah.
Abdurrazzaq di dalam tafsirnya, berkata, “Muammar memberi tahu kami dari Qatadah, ‘Ketika Allah menyebutkan laba-laba dan lalat, orang-orang musyrik berkata, ‘Mengapa laba-laba dan lalat disebutkan dalam Al-Qur’an?’ Maka Allah menurunkan ayat ini.’”
Ibnu Abi Hatim dari Hasan al-Bashri, dia berkata, “Ketika turun firman Allah,
‘Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan…” (al-Hajj: 73)
Orang-orang musyrik berkata, “Ini bukan termasuk perumpamaan-perumpamaan,’ atau, ‘Ini tidak menyerupai perumpamaan-perumpamaan.’ Maka Allah meurunkan firman-Nya,
‘Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan-perumpamaan…’” (al-Baqarah: 26)

Saya katakan, “Pendapat yang pertama lebih benar sanadnya dan lebih sesuai dengan awal surah. Dan penyebutan tentang orang-orang musyrik tidak sesuai dengan status surah ini sebagai surah Madaniyyah. Adapun riwayat yang saya sebutkan dari Qatadah dan Hasan al-Bashri, disebutkan oleh al-Wahidi dari mereka tanpa sanad, dengan lafazh, ‘Orang-orang Yahudi berkata…’, dan ini lebih sesuai.”
8. Ibnu Jarir adalah Ibnu Jarir ath-Thabari penulis Tafsir Jaami’ul Bayaan fi Tafsiiril Qur’an, dalam buku ini Imam as-Suyuthi banyak menukil dari tafsirnya, Penj.

ASBABUN NUZUL : Surah Al-Faatihah (Surat 1)



Dinukilkan  dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul

Tidak ada riwayat atau pendapat ulama yang menyebutkan tentang sebab turun surah al-Faatihah. Imam as-Suyuthi sendiri tidak menyinggung sama sekali tentang surah al-Faatihah di dalam buku ini. Namun agar seluruh surah Al-Qur’an masuk dalam pembahasan buku ini, kami (penerjemah) melihat perlu untuk membubuhkan sedikit tentang surah al-Faatihah.

Ayat 1-7, yaitu firman Allah ta’ala,

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (al-Faatihah: 1-7)


Nama Lain dari Surah al-Faatihah

Di antara nama lain dari surah al-Faatihah adalah sebagai berikut.

1. Ummul Kitaab. Penamaan ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan at-Tirmidzi -dan dia menshahihkannya- dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,
“Alhamdulillah adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, dan as-Sab’ul Matsaani.”(1)
2. Ash-Shalat. Penamaan ini berdasarkan firman Allah ta’ala dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, dari Nabi saw. Yang di antara isinya adalah,
“Allah ta’ala berfirman, `Aku membagi shalat menjadi dua; untuk-Ku dan untuk hamba-Ku dan Aku berikan kepada hamba-Ku apa yang dia minta.”
Para ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan shalat di sini adalah surah al-Faatihah, karena shalat tidak sempurna tanpa membaca surah al-Faatihah.
3. Asy-Syifaa’. Penamaan ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan ad-Darimi dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Nabi saw. bersabda,
“Pembuka (Faatihah) Al-Kitab adalah obat bagi semua penyakit.” (2)
4. Ar-Ruqyah. Penamaan ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah bersabda kepada seorang sahabat yang mengobati seseorang yang disengat binatang berbisa dengan membacakan surah al-Faatihah terhadapnya,
“Bagaimana engkau tahu bahwa surah al-Faatihah adalah ruqyah (obat)?” (3)


Keutamaan Surah al-Faatihah

Surah al-Faatihah mempunyai beberapa keutamaan. Di antara keutamaannya adalah sebagai berikut.
1. Surah yang Paling Agung di Dalam Al-Qur’an
Al-Bukhari, Abu Dawud, dan an-Nasa’i meriwayatkan dari Abu Sa’id ibnul-Mu’alla, dia berkata, “Pada suatu hari saya sedang shalat di masjid, lalu Rasulullah memanggil saya dan sayat tidak menjawab panggilan beliau. Setelah selesai shalat, saya berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, tadi saya shalat. `Rasulullah bersabda, ‘Bukankah Allah berfirman, ‘Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu,…” (al-Anfaal: 24)

Kemudia beliau bersabda,

‘Saya akan mengajarkan kepadamu sebuah rumah yang teragung di dalam Al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid’.
Kemudian beliau menggandeng tangan saya. Ketika beliau ingin keluar dari masjid, saya katakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, bukankan engkau katakan bahwa engkau akan mengajarkan kepadaku surah teragung di dalam Al-Qur’an?’
Maka beliau menjawab,

‘(Ia adalah surah), ‘Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.’ Ia adalah tujuh ayat yan diulang-ulang (dalam setiap rakaat) dan Al-Qur’an yang agung yang diberikan kepada saya.” (4)

2. Surah yang Paling Utama di Dalam Al-Qur’an
An-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubra, Ibnu Hibban, al-Hakim, dan al-Baihaqi meriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata, “Pada suatu hari Rasulullah dalam perjalanan. Kemudian beliau berhenti dan turun dari tunggangan beliau. Lalu seseorang turun dari tunggangannya juga untuk mendampingi beliau.

 Kemudian beliau bersabda,
‘Maukah engkau saya beritahu surah apa yang paling utama di dalam Al-Qur’an?’

Lalu beliau membaca,

“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.” (5)

3. Surah al-Faatihah adalah munajat antara hamba dan Rabbnya
Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw. bersabda,
“Barangsiapa melakukan shalat tanpa membaca al-Faatihah, maka shalatnya tidak sempurna.
Beliau mengulangi sabda tersebut sebanyak tiga kali.
Lalu Abu Hurairah ditanya, “Ketika itu kita ikut imam?” Abu Hurairah menjawab, “Jika begitu, bacalah al-Faatihah dengan tidak terdengar oleh orang lain. Karena saya mendengar Rasulullah bersabda,

‘Allah ta’ala berfirman, ‘Aku membagi shalat menjadi dua; untuk-Ku dan untuk hamba-Ku, dan Aku berikan kepada hamba-Ku apa yang dia minta.’ Jika sang hamba membaca, ‘Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam’. Allah berfirman, ‘Hamba-Ku memuji-Ku…’ (6) Jika sang hamba membaca, ‘Yang Maha pemurah, Maha Penyayang’, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku memuji-Ku.’ Jika sang hamba membaca, ‘Pemilik hari pembalasan,’ Allah berfirman, ‘Hamba-Ku mengagungkan-Ku.’ Jika sang hamba membaca, “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan,’ Allah berfirman, ‘Ini antara Aku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang dia minta.’ Jika sang hamba membaca,” Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat,’ Allah berfirman, ‘Ini Aku berikan kepada hamba-Ku, dan untuknya apa yang dia minta.” (7)

1. HR at-Tirmidzi dalam Kitabu Tafsiri Qur’an, No. 3049.
2. HR at-Tirmidzi dalam Bab Fadhli Faatihatil Kitab, No. 3433.
3. HR Bukhari dalam Kitabul Ijarah, No. 2276 dan Muslim dalam Kitabus Salaam, No. 2201.
4. HR Bukhari dalam Kitabut Tafsir, No. 4474, Abu Dawud dalam Kitabush Shalat, No. 1458 dan an-Nasa’i dalam Kitabul Iftitaah.
5. HR an-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubra, dalam Kitabu Fadhaa’ilil Qur’an, No. 8011, Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dalam Kitabur Raqaaq, No. 774, al-Hakim dalam al-Mustadrak, dalam Kitabu Fadhaa’ilil Qur’andan al-Baihaqi dalam as-Sunanush Shaghiir.
6. Pujian di sini mengandung arti terima kasih.
7. HR Muslim dalam Kitabush Shalah, No. 395, Abu Dawud dalam Kitabus Shalat, No. 821, at-Tirmidzi dalam Kitabut Tafsir, No. 2953, an-Nasa’i dalam Kitabul Iftitaah, No. 2953 dan Ibnu Majah dalam Kitabul Adab, No. 3784.
Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 19 – 24.