Selasa, 02 April 2013

KITAB RISALAH AL MUAWANAH FASAL 7: KEKALKAN BACAAN WIRID MU

(SAYIID ABDULLAH AL HADDAD TOKOH  TAREKAT BA’ ALAWI AL HADDAD)
Dan seharusnya bagi kamu memiliki amalan dzikir kepada Allah Ta’ala dengan ditentukan waktunya maupun bilangan jumlahnya (tentusaja dengan meminta amalan dari para Masayikh / para Ulama’)karena yang demikian ini untuk mendidik kedisiplinan. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya dzikir adalah termasuk rukun thariqao atau sesuatu yang harus dijalankan bagi orang yang hendak mendekatkan diri kepada Allah, dan dzikir adalah kunci pembuka hakikat dan merupakan pedang bagi murid. Sebagaimana yang dikatakan oleh ba’dhul ‘Aarifiinbahwasesungguhnya telah berfirman Allah, “Fadzkuruunii Adzkurkum” yang artinya, “maka ingatlah/berdzikirlah kamu semua kepada Ku niscaya Aku akan mengingatmu”. Dan allah telah berfirman, “FasdzkuruuLlaaha qiyaaman wa qu’uudan wa ‘alaa junuubikum” yang artinya, “maka ingat/berdzikirlah kamu sekalian kepada Allah ketika berdiri, dan duduk, dan ketika berbaring diatas punggungmu”.

Dan Allah Ta’ala juga berfirman, “Yaa ayyuhalladziina aamanuudzdzkuruLlaaha dzikran katsiira” yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, dziirlah kamu sekalian kepada Allah denagn dzikir yang banyak”.

Dan telah bersabda RasuluLlah SAW, yang artinya, “Sesungguhnya Aku tergantung persangkaan hamba-ku kepada-Ku, dan Aku akan selalu bersamanya selama mereka menmgingat-Ku. Apabila ia mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya di dalam Diri-Ku. Jika ia menyebut-Ku di tempatnya, maka Aku akan menyebut-Nya di tempat-Ku lebih baik dari pada penyebutannya di tempatnya”.

Dan Nabi SAW telah bersabda, “Telah berfirman Allah Ta’ala, ‘Aku adalah teman duduk orang yang berdzikir kepada-Ku.”

Dan Nabi SAW juga telah bersabda, “Maukah kamu sekalian aku tunjukkan sebaik-baik amal kamu semua untuk Tuhanmu, dan lebih dapat mengangkat derajat kamu sekalian, dan yang lebih baik bagi kamu dari paad menginfaqkan emas dan perak dan lebih baik dari keadaan seandainya engkau berjumpa dengan musuh maka engkau memukul pundak mereka demikian juga mereka memukul pundakmu (perang fi sabiliLlah), ?” Maka mereka (para sahabat) menjawab, “Baik Yaa RasuluLlah”. Maka Nabi bersabda, ‘DzikruLlah yaitu dzikir kepada Allah”.

Dan dengan dzikir banyak sekali buah dan manfaatnya bagi orang yang bersungguh-sungguh mengamalkannya dengan adab dan hadirnya hati di hadapan Allah Ta’ala. Dan minimal buah hasil dari dzikir adalah rasa manis lezat yang dirasakan di dalam hati yang dapat mengalahkan segala sesuatu disekelilingnya misalnya kelezatan dunyawiyah. Sedang paling tinggi buah dari dzikir adalah apabila ia fana (hilanglah segala sesuatu) karena mengerasnya Yang di ingat yaitu Allah bahkan ia sendiri tidak fana / ingat akan dirinya sendiri -karena terkalahkan oleh Yang diingat/disebutnya. Dan juga fana/lenyap dari segala sesuatu selain Dia.

Dan barang siapa yang duduk dalam keadaan sucibaik dari hadats maupun najis di tempat yang sunyi (khalwat) dengan menghadap kiblat menenangkan pandangan matanya, menundukkan kepalanya kemudian berdzikir kepada Allah dengan hati yang hadir ke hadapan Allah maka hatinya akan melihat dan merasakan bekasnya dzikir secara nyata. Dan apabila ia terus dalam keadan yang demikian maka nuurul qurbi / cahaya kedekatan akan menyiinarinya dan akan terbuka baginya asraarul ghaibi yaitu rahasia sesuatu yang ghaib. Dan seutama-utamanya dzikir dalah apabila terwujud bersama-sama antara dzikir hati dan lisan. Dan yang dimaksud dzikrul qalbi /dzikir hati adalah apabila bisa hadir ke dalah hati akan makna apa yang diucapkan oleh lisan. Seperti Taqdis dan tahmiid (Pemahasucian dan pemujian) kepada Allah ketika tasbih dan tahlil. Dan dzikir adalah wirid yang abadi / da’im maka berusahalah agar lisan senantiasa basah dengan sebab dzikir dalam keadaan apapun kecuali pada waktu yang tidak memungkinkannya untuk melaksanakan dzikir tersebut seperti ketika membaca Al-Qur’an dan tafakur. Dan jadikan ibadah yang demikian ini sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan janganlah terpancang dengan hanya satu macam dzikir saja akan tetapi sebaiknya memiliki amalan dzikir yang berfariasi.

KITAB RISALAH AL MUAWANAH FASAL 6: WAJIB MEMPELAJARI ILMU MAKRIFAT

(SAYIID ABDULLAH AL HADDAD TOKOH  TAREKAT BA’ ALAWI AL HADDAD)
Dan seharusnyalah bagi kamu memiliki wirid/ amalan yaitu mempelajari atau membaca Ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu yang akan menambah pengetahuanmu (ma’rifatmu) akan Dzat Allah dan sifatNya dan Af’al / perbuatanNya, dan dengan ilmu tersebut engkau akan mengetahui perintah –perintahNya yang mendorongmu untuk ta’at kepadaNya, serta larangan-laranganNya yang mencegahmu untuk bermaksiyat kepadaNya, sehingga yang demikian itu akan menyebabkan kamu zuhud terhadap dunia dan mencintai akhirat. Dan dengan Ilmu yang bermanfaat tersebut akan memperlihatkanmu akan Aib atau cacat dirimu dan akan dapat diketahui bahaya hasil perbuatanmu, serta tipudaya musuh-musuhmu. Maka yang demikian inilah Ilmu yang bermanfaat yang tertera di dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasul SAW, dan kitab para Aimmah atai para imam pemimpin umat. Dan Imam Al-Ghazali telah mengumpulkannya dalam kitabnya yang sangat mulia (Ihya’ Ulumuddin), yang sangat besar faidahnya bagi orang yang memiliki Bashiirah / mata hati dan gemar akan Ilmu agama dan keyakinan yang sempurna, maka bersungguh-sungguh mereka dalam mempelajari kitab tersebut, demikian juga bagi kamu jika kamu benar bersungguh-sungguh ingin menempuh jalan akhirat, dan berkeinginan untuk sampai / wushul kepada martabat hakikat. Dan sungguh kitab tersebut dijadikan rujukan para ahli pencari hakikat yaitu para sufi dan mereka memperoleh faidah yang sangat besar dalam waktu yang relatif singkat, semua karena berkah Al-Imaam Al-ghazaali ra.

Dan seharusnyalah bagi kamu memperbanyak membaca kitab hadits dan tafsir dan mempelajari kitab yang umum/kebanyakan dipelajari oleh para alim ulama, karena yang demikian itu akan dapat membukakan hati dan jalan yang sempurna menuju kedekatan dengan Allah seperti yang dikatakan sebagian Arifiin. Akan tetapi hendaklah berhati-hati apabila menelaah beberapa risalah yang membahas masalah-masalah yang sangat halus/lembut dan masalah hakikat dengan belajar sendiri tanpa didampingi seorang guru / Syaikh pemimbing, dan masalah yang demikian ini banyak dijumpai dari risalah-risalah yang di karang oleh beberapa pengarang seperti Syaikh Muhammad ‘Arabi dan beberapa risalah dari Al-Imam Al-Gazali RA seperti kitab Al-Ma’aarij. Apabila ada orang yang berkata, “sesungguhnya tidak mengapa bagi kami mempelajari kitab-kitab tersebut karena sesungguhnya kami hanya mengambil apa-apa yang kafi faham atasnya dan beriman terhadap apa yang tidak kami fahami dari kitab tersebut”, maka jawabannya adalah “sesungguhnya dihawatirkan bagimu bahwa apa yang engkau fahamkan dari kitab tersebut tidak sama denagn apa yang dikehendaki oleh pengarangnya maka akan menjadi tersesat dari jalan yang benar, seperti yang terjadi pada beberapa kaum yang muthala’ah kitib-kitab tersebut tanpa pembimbing seorang Syaikhmaka menjadi Zindiq dengan pernyataan mereka mengenai hulul dan ittihaad (manunggaling kawulo gusti) – penyatuan antara hamba dengan TuhanNya

KITAB RISALAH AL MUAWANAH FASAL5: MENGEKALKAN BACAAN AL QURAN

(SAYIID ABDULLAH AL HADDAD TOKOH  TAREKAT BA’ ALAWI AL HADDAD)
Dan sebaiknya ada bagi kamu suatu wirid yaitu dengan membaca Kitab allah Yang Maha Mulia, dan engkau mengekalkan dalam membacanya setiap siang dan malam hari. Dan yang paling sedikit adalah jika engkau meringkasnya dengan membaca satu Juz setiap hari, maka dengan begitu setiap bulan bisa khatam satu kali. Dan di atas yang demikian adalah jika engkau mengkhatamkannya setiap tiga hari sekali. Dan ketahuilah bahwa pada pembacaan Al-Qur’an terdapat faidah yang sangat besar dan bekas yang jelas dalam menjernihkan hati.

RasuluLlah SAW telah bersabda, “Ibadah paling utama umatKu dadalah membaca Al-Qur’an”.

Dan telah berkata Sayyidina ‘Aly KarromaLlahu Wajhah, yang artinya “Barang siapa membaca Al-Qur’an sedang ia dalam keadaan mendirikan shalat, maka pada setiap hurufnya dihitung sebagai 100 kebajikan. Dan baranga siapa membacanya dengan duduk dalam shalat, maka pada tiap huruf baginya 50 kebajikan. Dan barang siapa membacanya di luar shalat sedang ia dalam keadaan suci dari dari hadast dan najis maka pada tiap huruf baginya mendapat 25 kebajikan. Dan barang siapa yang membacanya dalam keadaan tidak bersuci, maka baginya akan mendapatkan 10kebajikan”.

Dan takutlah bahwa keinginanmu dalam membaca hanya sebatas memperbanyak bacaan saja, tanpa memperhatikan tadbiir dan tartiilnya.

Dan keharusan bagi kamu ketika membacanya, haruslah dengan tadbiir, dan engkau juga faham akan isinya dan yang demikian itu menolong untuk dapat memahami maknanya dan dapat menghadirkan hatimu akan keagungan Mutakallim / Dzat yang berfirman yaitu Allah Ta’ala, dan sungguh engkau telah berada di hadapanNya dan sedang membaca kitabNya yang memerintahkan sesuatu kepadamu, dan Yang melarangmu akan sesuatu serta memberi nasihat kepadamu melalui firmanNya. Dan hendaknya ketika membaca ayat tentang tauhid dan tamjiid maka penuhilah hatimu dengan pengagungan kepada Allah dan Ta’dhiim kepadaNya. Dan ketika membaca ayat yang berisi janji dan ancaman maka penuhilah hati dengan perasaan takut dan harap kepadaNya. Dan ketika membaca ayat tentang perintah Nya dan besarnya kekuasaanNya, maka penuhilah hati dengan perasaan banyaknya kekurangan yang telah diperbuat dan perlu meminta ampun kepadaNya. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Al-Qur’an adalah laksana lautan yang sangat luas, dimana dari dalamnya akan keluar mutiara ilmuyang sangat berharga dan jalan kepada kefahaman. Maka barang siapa yang telah dibukakan jalan kefahaman maka akan abadilah keterbukaan hatinya dan akan sempurnalah nuurnya dan akan menjadi luas ilmunya, maka baginya tidak akan berpaling darinya / Al-Qur’an baik siang maupun malam karena sungguh ia telah sampailah ia akan tujuannya dan sungguh telah mendapatkan apa yang dicarinya. Dan yang demikian ini lah sifat dari murid yang benar / shidiq

Telah berkata Syaikh Abu Madyan RA. “Belumlah sempurna seorang murid dalam ke-muridannyasehingga ia mendapati da dalam Al-Qur’an apa-apa yang ia inginkan.

Dan wajib bagi kamu untuk menghafal beberapa surah dan ayat memang telah diterangkan di dalam sunnah akan keutamaannya, diantaranya engkau membacanya pada tiap malam Alif Laam Miim –Sajjdah- dan tabaarokal mulku, dan surah waqiah dan AmanaRrosuuluhingga akhir surah, dan surrah Ad-Dukhoon pada malam senin dan Jum’at, dan surah Kahfi pada hari Jum’at beserta malamnya, dan jika memungkinkan maka bacalah beberapa surrah munjiyaat yang tujuh pada tiap-tiap malam, maka yang demikian ini adalah keutamaan yang sangat besar. Dan juga diantaranya hendaklah engkau baca pada waktu pagi dan sore hari yaitu awwalnyasurah Hadiid dan akhir surat Chasyr, dan surah Al-Ikhlash, dan Muawwidzatain masing-masing tiga kali, dan demikian pula engkau baca surah Al-Ikhlash dan Muawwidzatain ketiak hendak tidur beserta ayat kursy dan Kul Yaa ayyuhal kaafiruun, dan jadikan ia kalimat yang terakhir yang engkau ucapkan. –Dan Allahlah yang berfirman dengan kebenaran, dan Ia lah yang menunjukkan kepada jalan kebenaran..

KITAB RISALAH AL MUAWANAH FASAL 4: PENGISIAN WAKTU LUANG MU

(SAYIID ABDULLAH AL HADDAD TOKOH  TAREKAT BA’ ALAWI AL HADDAD)
Dan wajib bagi kamu sekalian untuk memakmurkan segenap waktumu dengan berbagai macam amal ibadah sehingga tidak ada waktu yang kosong baik malam maupun siang kecuali engkau isi dengan berbagai amal kebajikan. Maka dengan demikianakan terlihatlah bagimu berkah waktumu dan akan menghasilkan faidah yang besar dari umurmu, dan kelanggenganmu dalam menghadap kepada Allah Ta’ala. Dan seyogyanya engkau jadikan waktu tersendiri untuk kebiasanmu sehari-hari seperti makan dan minum dan pergi bekerja. Dan waktumu adalah umurmu, dan umurmu adalah modal hidupmu dan dengan waktumu itulah engkau mulai berniaga-untuk akhirat yang akan mengantarkanmu kepada kebahagiaan yang abadi di dalam kedekatan dengan Allah. Maka setiap nafas dari seluruh nafas adalah mutiara yang tidak terhitung nilainya, dan apabila telah leway –nafas itu- maka tidak ada gantinya. Dan tidak seharusnya engkau menggunakan seluruuh waktumu dengan hanya satu iwirid meskipun wirid tersebut ttermasuk wirid yang utama. Karena yang demikian itu akan menghilangkan berkahnya banyaknya bilangan bermacam-macam wirid.. karena pada setiap wirid mempunyai efek sendiri-sendiri di dalam hati. Dan mempunyai nuur dan keistimewaan tersendiri dari Allah. Dan ketahuilah sesungguhnya bagi tiap-tiap wirid memiliki bekas yang bermacam-macam yang berguna untuk membersihkan hati dan memperbaiki tingkah laku lahiriah , dan jika engkau tidak termasuk orang ayng dapat mencurahkan semua waktumu untuk melakukan wirid, maka pilihlah pada waktu-waktu yang khusus/tertentu dan engkau bayar pada waktu yang lain apabila engkau sempat meninggalkannya –pada wakut yang telah ditentukan tersebut, yang demikian ini untuk mendidik nafsu dalam berdisiplin menjaga amalan wirid tersebut.

Sayyidy Syaikh Abdurrahman as-Saqaf telah berkata,”man lam yakun lahu wirdun fahuwa qirdun yang artinya-barang siapa yang tidak memiliki wirid maka ia tak ubahnya seperti kera-. Dan telah berkata sebagian orang ‘aarfiin (orang yang sangat mengenal Allah) , “Al-Waarid (sesuatu yang datang dari Allah – seperti ilham dll) itu tergantung dari Wirid. Maka barang siapa yang tidak memiliki Wirid pada dhahiriahnya, maka tidak akan ada wariidpada bathiniahnya/sirrnya. Dan wajib bagimu untuk selalu jujur dan selalu adil dalam segala hal dan laksanakanlah amal yang sekiranya engkau dapat melanggengkannya / mudawwamah dan sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW amal yang paling disenangi/dicintai Allah adalah yang terus menerus meskipun hanya sedikit. Dan RasuluLlah SAW juga telah bersabda ambilah dari amal apa yang engkau rasa mampu kaena sesungguhnya Allah tidak akan berpaling hingga mereka berpaling. Dan sebagian dari kebiasaan syaithan dala menipu murid/orang yang sedang belajar menempuh jalan Allah, adalah mengajak mereka bergegas melakukan amal yang banyak dan tujuan syaithon dari yang demikian ini adalah agar kelak mereka)para murid) meninggalkan amal baik tersebut pada akhirnya, atau melakukannnya akan tetapi tidak sesuai dengan tuntutanyang seharusnya. Maka kemudian dari beberapaa aurad / wirid /zikir, yang dapat engkau lakkukan adalah memperbanyak shalat sunah, membaca Al-Qur’an, atau membaca ilmu, atau bertafakur. Kemudian kami terangkan beberapa adab, oleh karena itu seyogyanya bagi kamu memiliki wirid semisal shalat sunnah sebagai tambahan dari shalat-shalat sunah yang lain, yang ditentukan waktunya dan di dikira kirakan jumlahnya sekiranya akan dapat dilakukan secara terus menerus. Dan sungguh sebagian para Ulama salafushalih rahimahumuLlaahtelah melaksanakan shalat dalam sehari semalam sebanyak 1000 reka’at seperti Imam Ali bin Husein ra. Dan sebagian dari mereka ada yang melaksanakan 500 reka’at, ada yang melaksanakan 300 reka’at dan lain sebagainya.

Dan ketahuilah sesungguhnya di bagi amalan shalat ada benytuk lahir danhakekat bathinnya. Dan tiadalah shalat itu dihargai oleh Allah, hingga disempurnakan amaliahn lahiriahnya dan hakikat bathiniahnya. Adapun kesempurnaan bentuk shalat adalah kesempurnaan rukun-rukunnya, dan etika/adab lahiriah dari berdirinya, pembacaan Al-Qur’annya, dan ruku’ dan sujud dan tasbih dan sebagainya. Adapun hakekatnya adalah hadir bersama Allah, ikhlasnya niat, dan menjadikan Allah sebagai tujuan dan menghadap dengan kesungguhan kepada Allah demikian juga segenap hatinya ditujukan kepada Allah, dan hendaknya pikirannya di dikonsentrasikan / tidak banyak memikirkan sesuatu maka dirinya tidak bercakap-cakap dengan selain perkara shalat. Dan seyogyanga beradab sebagimana adabnya orang yang sedang bermunajat/berbisik-bisik dengan Tuhannya . telah bersabda RasuluLlah SAW, “sesunggunya orang yang shalat adalah orang yang seaedng bermunajat kepada Tuhannya. . dan Nabi SAW telah bersabda, “apa bila seorang hamba berdiri melaksanakan shalat, maka sesungguhnya Allah berhadapan dengan nya dengan wajahNya . dan sebaiknya ia tidak melaksanakan shalat shalat sunnah yang lain segingga ia telah melaksanakan amal sunnah yang telah dianjurkan oleh Nabi SAW secara sempurnna , diantara shalat sunnah yang dianjurkan itu aantara lain beberapa rekaat sebelum shalat maktubah/shalat wajib yang 5 waktu ataupun beberapa rekaat sedudahnya, dan diantaranya juga shalat witir yang termasuk shalat sunnah muakkad bahkan sebagian ulama mewajibkannya. RasuluLlah SAW telah bersabda.-Sesungguhnya Allah Ta’ala Iganjil dan senang dengan yang ganjilmaka berwitirlah kamu semua wahai ahli Al-Qur’an. Dan RasuluLlah SAW bersabda sesungguhnya witir adalah sesuatu yang haq/benarmaka barang siapa yang tidak berwitir maka bukanlah golongan kami. Dan banyaknya bilangan reka’at shalat witir adalah 11 reka’at sedangkan yang paling sedikit adalah hendaklah meringkas sampai tiga reka’at adapun pengerjaannya adalah pada akhir waktu malam bagi orang yang membiasakan diri mengerjakan shalat malam. RasuluLlah SAW bersabda Jaadikanlah akhir shalat kamu sekalaian dengan shalat witir. Dan bagi orang yang tidak memiliki kebiasaanmegerjakan shalat malam / qiyamul lail maka lebih utama mengerjakannya setelah habis shalat Isya .

Dan termasuk shalat sunah yang dianjurkan Nabi SAW adalah shalat dhuha dan dia/shalat dhuha adalah shalat yang banyak sekali manfaat dan barokahnya. Banyaknya bilangan reka’at adalah 8 reka’at dan ada pula yang mengatakan 12 reka’at. Dan paling sedikitnya adalah 2 rekaat. Telah bersabda RasuluLlah SAW hendaklah kamu sekalian menjadikan seluruh anggota badan sebagai sedekah. Maka sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, dan setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, dan setiap takbir adalah sedekah, dan setiap amar ma’ryf adalah sedekah, dan nahi mungkar adalah sedekah. Dan telah mencukupi dari yang demikian itu semua 2 reka’at yang dilakukan pada waktu dhuha.Dan tremasuk shalat yang dianjurkan adalah shalat antara Maghrib dan Isya’. Adapun banyaknya adalah 20 rekaat, dan yang sedang adalah 6 reka’at. RasuluLlah SAW telah bersabda Barang siapa yang megerjakan shalat 2 reka’at antara dua Isya’ maka Allah akan membangunkan baginya rumah di dalam surga. Dan RasuluLlah bersabda Barang siapa mengerjakan shalat sunah setelah maghrib 6 reka’at dimana diantara keduanya dia tidak bercakap-cakap dengan sesuatu yang buruk maka yang demikian itu menyamai baginya dengan beribarah selama 12 tahun dengan menghidupkan saat antara maghrib dan isya’. Dan sungguh telah datang banyak keterangan tentang fadhilah atau keutamaan shalat diantara Maghrib dan Isya’ dan akan mencukupililah keterangan berikut ini yaitu bahwasanya Ahmad bin Abil Hawary ketika bermusyawarah dengan syaikhnya Abaa Sulaiman RohimahumaLlooh, apakah lebih baik ia berpuasa pada siang hari ataukah mendirikan shalat diantara waktu maghrib dan isya’, maka syaikh Abaa Sulaiman berkata, “kumpulkanlah keduanya-artinya laksanakan keduanya-. “. Kemudian ia bertanya lagi, “aku tidak mampu melaksanakan keduanya, karena apabila aku berpuasa maka aku akan disibukkan dengan berbuka puasa pada saat itu”. Maka Syaikh Abaa Sulaiman menjawab, ” jikalau engkau tidak mampu untuk mengumpulkan keduanya, maka tinggalkanlah puasa dan hidupkanlah shalat diantara dua ‘Isya’ (antara maghrib dan isya’)”. Sayyidatina ‘Aisyah RA berkata, “tidaklah masuk RasuluLlah SAW ke kediaman saya setelah shalat Isia’ yang akhir kecuali beliau SAW melaksanakan shalat empat reka’at atau enam reka’at dan Beliau SAW bersabda, “empat reka’at yang demikian telah menyamai daripada Lailatul Qadar. Dan suatu keharusan bagi kamu untuk mengerjakan Shalatul Lail/Shalat malam , sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW, “Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam”. Dan bersabda RasuluLlah SAW, “Keutamaan shalat malam dibandingkan dengan shalat pada waktu siang hari adalah seperti kelebihannya sedekah secara tersembunya dibanding dengan sedekah secara terang-terangan”. Dan telah datang keterangan yang menyebutkan bahwa keutamaan sedekah secara tersmbunyi dibanding dengan sedekah secara terang-terangan adalah berlipat 70 lipatan dalam hal pahala dan keutamaannya. Telah bersabda RasuluLlah SAW, “Bagi kamu sekalian untuk mengerjakan shalat malam karena sesungguhnya shalat malam itu adalah amalan orang-orang shaleh sebelum kamu sekalian, dan tempat bermuqorrobah bagi kamu sekalian kepada Tuhanmu, dan saat bertafakur akan maksiyat yang dilakukan, dan membersihkan adri dos, dan penolak penyakit dari jasad kamu sekalian”.

Dan ketahuilah sesunggunya orang yang mendirikan shalat ba’dal Isya’ adalah sungguh telah menghidupkan seluruh malamnya. Dan telah terjadi pada sebagian Ulama salaf melaksanakan amalan shalat pada Awwal malam hari. Akan tetapi pengerjaannya pada saat setelah bangun tidur pada malam hari adalah lebih menghinakan syaithan dan menjadi perjuangan nafsu / mujahadatunnafsi dan sirr / rahasia yang sangat ‘aja’ib , dia itulah shalat tahajjud dimana Allah telah memerintahkan RasulNya SAW untuk mengerjakannya dengan firmannya, “Waminallaili fatahajjad bihii naafilatallak “. “Dan pada sebagian maalm maka bertahajudlah sebagai amalan sunnah bagi Kamu”. Dan sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai seorang hamba manakala ia bangun malam diantara keluarganya yang lain yang sedang tidur lalu ia mengerjakan shalat dan Allah memamerkannya kepada MalaikatNya dan Allah menghadapinya dengan WajahNya yang Mulia.

Dan ketahuilah sesungguhnya termasuk suatu keburukan apabila orang menginginkan Akhirat akan tetapi meninggalkan shalat malam. Maka bagaimana ? bahwa seorang murid-orang yang menginginkan sampai kepada Allah- bahwa ia senantiasa mengharapkan tambahan rahmat pada setiap waktunya, telah bersabda RasuluLlah SAW, “Sesungguhnya pada setiap malam ada suatu saat yang apabila seorang hamba menjumpai saat itu kemudian ia meminta suatu kebaikan kepada Allah tentang urusan dunia maupun akhirat melainkan Allah akan memberikannya, dan yang demikian itu terjadi setiap malam HR Muslim. Dan pada sebagian kitan Allah yang diturunkan, Allah Ta’ala berfirman, “sungguh telah bohong orang yang mengaku mencintaiKu, apabila malam telah larut lantas ia tertidur dariKu. Bukankah setiap orang yang mencintai akan selalu ingin bersendirian dengan yang dicintainya”.Syaikh Ismail bin Ibrahim AL-Jibraani rahimahuLloohu berkata, “semua kebaikan akan terkumpul semuanya pada waktu malam”-tentu saja apabila digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT-. RasuluLlah SAW bersabda yang artinya, “sesungguhnya Allah Ta’ala turun paad tiap-tiap malam ke langit dunia ketika malam tinggal sepertiganya yang akhir. Maka Allah Ta’ala berifrman, ‘Adakah yang berdo’a akan sesuatu niscaya akan ijabahi, dan adakah yang meminta ampunan kepadaKu maka akan Aku ampuni, dan adakah yang meminta sesuatu niscaya akan Aku beri, dan adakah orang yang bertaubat maka akan Aku beri taubat kepadanya yang demikian itu hingga terbit fajar”. Dan bagi orang yang ‘Aarif biLlah pada mendirikan shalat malam terdapat / merupakan tempat turunnya rahmat Allah / manziilaat yang sangat mulia, yang banyak sekali dan beberapa kehebatan rasa (Dzauq) yang sangat lembut yang dapat mereka rasakan di dalam hati mereka akan ni’matnya berdekatan dengan Allah dan lezatnya bersama-sama Allah dan manisnya bermunajah dan indahnya bercakap-cakapkepada Allah / Muhadastah. Sebagian dari mereka / Aarifuu berkata, “seandaina ahli surga merasakan apa yang kami rasakan niscaya mereka merasakan hidup yang sangat menyenangkan”. Dan sebagian dari mereka Arifuun berkata, “sesungguhnya Ahlullail-orang yang ahli menghidupkan malamnya untuk beribadah kepada Allah-dalam menikmati malamnya seperti Ahlullahwi-orang yang senang bersendau gurau- dalam menikmati sendau guraunya”. Dan berkata sebagian dari mereka para Arifuun, “semenjak empat puluh tahun tidak ada sesuatu yang mengecutkan hatiku kecuali munculnya fajar”. Tentu saja nilmat yang demikian ini tidak akan terjadi kecuali setelah melalui usaha yang terus menerus dan menanggung penderitaan yang berat dalam menghidupkan ibadah di waktu malam, sebagaimana yang dikatakan oleh Utbatul Ghulamtelah datang malam selama dua puluh tahun dan selama itu pula aku merasakan kenikmatan”

(Dan jika apa yang harus di laksanakan untuk mendirikan shalat malam/ibadah malam hari dan berapa reka’at sebaiknya shalat malam dilakukan ?). maka ketahuilah sesungguhnya RasuluLlah SAW tidak mengajarkan dalam shalat tahajud akan bacaan surah-surah tertentu, akan tetapi baik juga dilakukan dengan membacanya sedikit demi sedikit ketika berdiri melakukan shalat sehingga dapat khatam dalam satu bulan, atau kurang atau lebih tergantung dari kemampuan. Adapun bikangan reka’at maka banyaknya adalah sebagaimana RasuluLlah SAW mendirikan shalat malam yaiut 13 reka’at, dan yang sedang bisa 9 atau 7 reka’at. Akan tetapi kebanyakan yang diajarkan adalah 11 reka’at . dan disunahkan ketika bangun dari tidur hendaklah engkau mengusap wajah dengan tangan seraya mengucapkan kalimat, “AlhamduliLlaahilladzii ahyanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaiHinnusyuur”. Yang artinya, “Segala puji bagi Allah yang telah manghidupkan aku setelah kematianku dan kepadaNyalah tempat kembali”. Dan kemudian membaca Inna fii kholqissamaawaati wal ardhi wakhtilaafillaili wannahaari la aayaatill li ulul albaab……dan seterusnya sampai akhir surah.
Kemudian setelah itu bangun dari tepat tidur lalu ber wudhu dengan wudhu yang sempurna, kemudian shalat dua rekaat secara ringkas (tidak terlalu panjang) syukril wudhu, kemudian shalatlah setelah itu delapan reka’at dengan memanjangkannya, dengan salam pada setiap dua reka’at atau setiap empat reka’at, atau sekaligus delapan reka’at dengan satu salam. Dan apabila masih dirasa mampu, maka berdirilah mengerjakan shalat sunah menurut kemampuanmu, kemudian shalatlah tiga reka’at dengan niat mengerjakan shalat witir dengan sekali salam atau dua kali salam. Dan bacalah pada reka’at awwal surah Sabbihisma Robbikal A’la, dan reka’at ke dua surah Qulyaa ayyuhal kaafiruun, dan reka’at yang ke tiga surah Ikhlash dan Muawwidzatain

KITAB RISALAH AL MUAWANAH FASAL 3: MURAQABAH KEPADA ALLAH

(SAYIID ABDULLAH AL HADDAD TOKOH  TAREKAT BA’ ALAWI AL HADDAD)
Dan wajib bagi kamu wahai saudaraku untuk selalu bermuroqobah kepada Allah Ta’ala dalam segala gerak dan diammu dan pada setiap kedipan matamu dan pada setiap kehendakmu dan gurisan hatimu dan dalam segala Keadaanmu dan kesadaranmu akan kedekatanNya kapadamu dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Dia selalu melihat dirimu dan mengetahui segala ihwalmu dan tidak ada yang tersembunyi bagiNya segala sesuatu yang ada pada dirimu meskipun hanya sebesar zarrah baik itu di bumi maupun di langit . dan jikalaupun engkau mengeraskan suaramu ataupun melembutkannya maka sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala sesuatu yang sangat samar dan tersembunyi. Dan Dia selalu bersamamu di mana saja kamu berada dengan ilmuNya dan peliputanNya Jika engkau termasuk orang yang bagus, maka malulah kepada Tuhanmu dengan sebenar-benarnya malu dan bersungguh-sungguhlah agar Ia tidak meluhatmu pada tempat yang sekiranya Dia melarangmu, Dan berusahalah selalu Ia mendapatimu ketika Ia memerintahkan sesuatu kepadamu. Dan sembahlah Ia seakan-akan engkau melihatNya dan manakala engkau jumpai dirimu merasa malas mengerjakan ketaatan kepadaNya atau condong kepada bermaksiyat kepadaNya maka ingatlah bahwa sesungguhnya Allah mendengarmu dan melihatmu dan mengetahui rahasiamu dan ketersembunyianmu.

Apabila hal yang demukian belum berhasil membangkitkan semangatmu untuk ta’at kepadaNya disebabkan karena sedikitnya ma’rifatmu kepadaNya akan kebesaran Allah, maka ingatlah akan adanya dua malaikat yang sangat mulia yang keduanya mencatat kebaikan dan keburukan amal. Apabila yang demikian itu masih belum memberikan efek, maka langkah selanjutnya adalah ingatlah akan dekatnya mautatau kematian dimana maut adalah sesuatu yang paling dekat diantara yang terdekat yang selalu menanti dirimu dan takutlah akan hal yang demikian. Apabila pentakutan yang demikian ini belum juga berhasil menggerakkan dirimu untuk ta’at kepada Allah maka peringatkanlah dirimu dengan janji-janji Allah yang akan diberikan kepada orang yang ta’at kepadaNya dari beberapa pahala yang sangat besar dan ingatlah juga akan janjiNya yang disediakan bagi orang-orang yang durhaka kepadaNya dari beberapa azab yang sangat menyaktkan dan katakanlah kepada dia (nafsumu) wahai nafsu, tidak ada sesuatu setelah kehidupan dunia kecuali surga atau neraka., maka pilihlah untuk dirimu sendiri jika engkau menginginkan ta’at maka akibatnya adalah keselamatan dan keridhoan dari Allah dan abadi dalam kenikmatan surga dan memandang kepada wajah Tuhanmu yang maha Mulia. Dan jika engkau menginginkan yang lain maka bermaksiyatlah kepada Allah maka akhir yang akan engkau dapatkan adalah kehinaan dan kemarahan dari Tuhanmu dan tinggal abadi di dalam neraka. Jika yang demikian ini telah engkau lakukan maka akan hilanglah keinginan nafsumu untuk berdiam diri tidak melakukan ta’at kepada Tuhannya. Maka sesungguhnya yang demikian ini merupakan obat yang sangat bermanfaat bagi hati yang mengalami sakit . selanjutnya jika hatimu telah sadar bahwa Allah Ta’ala selalu melihatmu maka hatimu akan merasa malu untuk berlawanan dengan kehendaknya dan hatimu akan membimbngmu untuk ta’at kepadaNya dan yang demikian ini hatimu telah mulai bermuroqobah kepadaNya.

Dan ketehuilah sesungguhnya muroqobahadalah termasuk mqoomqt/kedudukan yang sangat mulia d dan termasuk kedudukan yang tinggi dan setinggi-tingginya derajad dan dia/muroqobahadalah maqom ihsan dimana RasuluLlah SAW telah memberi isyarat dalam sabdanya bahwa Al-ihsan adalah apabila engkau menyembahNya seakan-akan engkau melihatNya. Dan apabila engkau tidak dapat melihatNya maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Ia melihatmu. Dan setiap hamba yang beriman akan yakin dan percaya bahwa bagi Allah tidak ada sesuatupun yang tersembunyi baik di langit maupun yang di bumi dan mereka mengetahui bahwa Allah selalu menyertainya di mana saja, dan tidak ada yang tersembunyi bagi Allah dari segala gerak dan diamnya seorang hamba. Akan tetapi buah yang sedemikian ini akan dapat diperoleh dengan jalan mula-mula ia tidak melakukan amal perbuatan antara ia dengan Allah yang menyebabkan ia malu apabila amal ada orang saleh melihat apa yang ia lakukan tersebut . dan yang sedemikian ini adalah perbuatan yang mulia, dan dibalik semuanya adalah lebih mulia lagi, saampai seorang hamba hingga pada akhir umurnya tenggelam ke dalah HadratuLlah Ta’ala dan dia hilang/fana dari yang selain Allah. Dan sungguh baginya telah hilang pandangannya akan semua makhluk dikarenakan terpananya pandangannya kepada kebesaran Allah yang Maha Haq. Dan ia telah benar keyakinannya dihadapan Sang Raja yang maha kuasa. Dan wajib untukmu wahai saudaraku untuk selalu memperbaiki daen memperbagus bathiniahmiu agar lebih baik daripada lahiriahmu. Yang demikian itu dikarenakan bahwa yang bathiniah adalah tempat Allah melihat seorang hamba sedangkan lahiriah adalah tempat yang dilihat makhluk. . dan apa yang dijelaskan Allah di dalam kitabnya yang mulia / Al-Qr’an tentang masalah lahir dan bathin, maka Allah lebih mula menyebutkan kata bathin daripada lahir –berarti bathin lebih utama- sebagaimana do’a RasuluLlah SAW Yaa Allah jadikanlah bathiniahku lebih baik dari lahiriahku, dan jadikanlah lahiriahku dalam keadaan bagus. Dan manakala bagus bathiniah, maka akan bagus jugalah keadaan lahiriah tidak boleh tidak. Karena sesungguhnya yang lahir selamanya mengikuti yang bathin dalam hal baik dan buruknya. RasuluLlah SAW telah bersabda sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal darah, apabila ia baik maka baiklah seluruh jasad, dan apabila ia buruk maka akan buruklah seluruh jasad. Ketauhilah sesungguhnya dia adalah hati.

Dan ketahuilahapabila ada seseorang yang mengaku /mendakwakan bahwa kondisi bathinnya telah bagus akan tetapi lahiriahnya rusak dengan meninggalkan ketaatan kepada Allah, maka apa yang ia dakwakan tersebut adalah bohong belaka. Dan barang siapa yang bersungguh-sungguh memperbaiki/membeguskan lahiriahnya dengan mempercantik penampilannya, pembicaraannya, demikian juga mempercantik gerak geriknya , dan cara duduknya , dan cara berdirinya, dan cara ia berjalan, akan tetapi ia membiarkan bathiniahnya dalam keadaan yang buruk dengan akhlak yang buruk pula serta dengan tabiat yang kotor, maka ketahuilah bahwa ia termasuk min ahlil Tashonnu’ /orang ayng suka di buat-buat dalam hal tingkah lakunya,dan termasuk orang yang riya’ dan orang yang termasuk berpaling dari Tuhannya. Maka takulah wahai saudaraku jika engnkau menutupi / menyembunyikan sesuatu apabila orang banyak mengetahuinya niscaya engkau akan malu. Sebagian orang arifiinberkata Seorang Sufi belum termasuk golongan para Sufi hingga seandainya seluruh isi hatinya ditaruh dalam sebuah nampan dan di perlihatkan di tengah pasar maka ia tidaklah malu jika semua orang melihat isinya. Jiak engkau tidak mampu membuat bathinmu lebih baik daripada lahiriahmu, maka usahakan agar keduanya sama antara lahir dan bathinnya , maka apa yang engkau lakukan dalah hal melaksanakan perintahNya dan menjauhi larangannNya dan dalam mengagungkanNya, dan usahamu mencari keridhoanNya , semua itu dalam keadaan sama (antara lahirr dan bathinnya). Dan apa yang disampaikan ini adalah langkah awal bagi orang yang melangkah jalan ma’rifatyang khos maka ketahuilah yang demikian itu semoga Allah selalu memberi taufik.

Selasa, 12 Maret 2013

WEJANGAN SUFI SYEIKH AHMAD AR-RIFA’Y KE 7 : SUNGGUH MENHERANKAN

Syeikh Ahmad ar-Rifa’y (PENDIRI TAREKAT RIFAIYYAH)

Riwayat dari Umar bin Khotob ra, aku mendengar Rasullulah mengatakan:


“Sesungguhnya amal-amal itu bergantung dengan niat-niatnya, dan sesungguhnya setiap orang tergantung apa yang diniatkan. Maka siapa yang hijarhnya kepada Allah dan rasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasulNya.


Dan barang siapa yang hijrahnya kepada dunia akan mendapatkan dunia, atau kepada perempuan, akan mengawininya. Maka hijrahnya tergantung apa yang doiorientasikannya.” (Hr. Bukhori, Muslim dan Nasa’y dan yang lain)

Hati kaum arifin senantiasa menuju Rabbul ‘alamin.
Raihlah tujuan perjalanan akhir tanpa hambatan,
Hanya menuju dan bagi Allah, janganlah ke lain Allah
Setiap apa yang kau harapkan
Teguh dengan hijrah kepada Allah

Riwayat Anas bin Malik ra, berkata: Bahwa dibawah dinding dimana allah swt memberi khabar melalui firmanNya,
“Dan di bawahnya ada perbendaharaan bagi keduanya…”, adalah lembaran dari emas. Dan emas itu ada tulisan di dalamnya , “Bismillahirrohmaanirrohim.

Aku heran kepada orang yang yang meyakini kematian, bagaimana ia bisa gembira? Aku heran pada orang yang meyakini takdir, bagaimana ia susah? Aku heran kepada orang yang meyakini adanya neraka, bagaimana ia bisa tertawa? Aku heran dengan orang yang meyakini sirnanya dunia dan penghuninya akan tertbalik, bagaimana ia merasa tenteram di dunia? Laa Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah.”
Wahb –Rahimahullah – mengatakan, “Suatu ketika aku berjalan menuju wilayah Romawi, tiba-tiba kudengar suara dibalik bukit sedang bergema:
“Oh Tuhanku, aku heran pada orang yang mengenalMu, bagaimana dia malah senang dengan benciMu demi kerelaan pada selain DiriMu?
“Oh Tuhanku, aku heran kepada orang mengenalMu, bagaimana ia masih berharap kepada selain Dikau?”
Lalu aku mencari suara itu, ternayata disana ada orang tua yang sedang bersujud, bermunajat:
“Mahasuci Engkau…Maha Suci Engkau, sungguh mengherankan bagi makhluk, bagaimana mereka ini berharap padaMu suatu gantiMu?
Maha Suci Engkau, sungguh mengherankan bagaimana bagaimana mereka sibuk berbakti kepada selain Engkau?!
Maha Suci Engkau, sangat mengherankan makhluk, bagaimana mereka rindu selain DiriMu?
Maha Suci engkau…Maha Suci Engkau, bagaimana mereka menikmati sesuatu Selain DiriMu, dan sesuatu SelainMu?”
Lalu aku lewat, dan aku tak menghiraukan apa yang aku lihat.
Abu Yazid ra, berkata, “Aku heran kepada ahli syurga, bagaimana mereka menikmatinya tanpa Allah? Atau bagaimana mereka bisa bersuka ria tanpaNya? Aku heran orang yang merasa puas pada suatu kondisi ruhani, tanpa ia puas dengan sang pemilik kondisi ruhani itu? Lebih mengherankan pada mereka yang menghadapkan dirinya pada makhluk, sedangkan Allah ta’ala memanggil, “Kemarilah padaKu…PadaKu…”

Abdullah bin Muqotil ra mengatakan:
“Aku heran kepada manusia, dimana Allah memilih untuk DiriNya, dengan serba cukup dariNya, malah manusia kontra dariNya disertai rasa butuh padaNya!
Aku heran kepada orang yang sibuk dengan urusannya, padahal urusannya sudah selesai.

Aku heran kepada orang yang memerintahkan orang lain sedang ia sendiri tidak mengerjakan, ia marah pada orang lain sedang ia sendiri melanggar, ia benci untuk maksiat sedangkan ia melakukannya. Ia senang untuk ditaati sedangkan ia tidak taat pada Tuhannya. Ia mencaci yang lain dengan prasangka, sedangkan ia tak pernah mencaci dirinya dengan yakin.”

Hatim al-Asham ra mengatakan:
“Aku heran kepada orang yang malu pada makhluk, bagaimana ia tidak malu kepada Allah?
Aku heran kepada orang yang mencari ridlo makhluk sedangkan ia tidak mencari ridlo Tuhan?
Aku heran kepada orang yang mencintai ahli ibadah, sedangkan ia menuju maksiat?
Aku heran kepada orang yang mengenal keagungan Allah bagaimana ia bisa kontra padaNya?
Aku heran kepada orang yang makan rizki Tuhannya bagaimana ia terimakasih kepada selain Allah?
Aku heran kepada orang yang membeli budak dengan hartanya, bagaimana ia tidak membeli orang merdeka dengan kebajikannya dan ucapan indahnya?”

Khunais bin Abdullah ra berkata,:
“Aku heran kepada orang yang malamnya bangun, siangnya puasa, menjauhi larangan-laranganNya, namun tidak bisa bertemu denganNya kecuali hanya menangis dan susah belaka? Aku heran kepada orang yang malamnya tidur, siangnya bermain-main, dipenuhi dosa-dosa, sedangkan ia tak akan bertemu denganNya selamanya, malah ia tertawa bergembira…”

Yahya bin Mu’adz ra berkata:
Aku heran kepada orang yang menghinakan dirinya untuk si budak, dan ia menemukan dari Tuannya apa yang dia mau?
Aku heran kepada orang yang konsumsinya roti kering, namun bermaksiat pada tuhannya Yang Maha Lembut?
Aku heran kepada orang yang takut akan kematian dirinya tapi tidak takut kepada kematian hatinya, yang takut akan kehilangan dunianya, bagaimana ia tidak takut kehilangan agamanya?
Seorang Sufi berdendang:
Ilahi….
Aku heran dariMu dan dariku
Apakah Kau mensirnakan diriku olehMu dariku
Engkau dekatkan aku dariMu hingga
Kuduga sesungguhnya Engkau adalah aku?

Yahya bin Mu’adz ra bermunajat:
Oh Ilahi…
Mengingat syurga berarti kematian, mengingat neraka berarti kematian, sungguh mengherankan orang yang hidup diantara dua kematian! Soal syurga ia tidak sabar, dan soal neraka ia tidak sabar atas siksanya.
Dikatakan, “Mengingat wushul adalah kematian. Mengingat “pisah” adalah kematian. Bagaimana hati hidup diantara dua kematian? Kematian orang yang ma’rifat itu sangat mengherankan. Karena sang arif berada diantara kegembiraan ma’rifat dan ketakutan pisah dengan Allah Ta’ala. Bagaimana kematian berserasi dengan kesenangan ma’rifat? Atai bagaimana kehidupan disertai ketakutan pisah?”

Aku heran kepada orang yang berkata “Aku mengingat Tuhanku..”
Adakah bisa lupa, lalu aku mengingat yang kulupa?
Aku mati jika mengingatMu, kemudian hidup
Jika bukan karena air wushulMu aku tak pernah hidup
Lalu Kau hidupkan dengan harapan, lalu aku mati oleh kerinduan.
Seberapa banyak aku hidup padaMu dan berapa aku mati?

Kuteguk air cinta
Piala demi piala
Tak habis-habismu minuman
Tak puas-puasnya

Sungguh heran!
Perkaraku jadi aneh disetiap lorong keanehan
Lalu aku jadi heran di setiap lorong keheranan.


WEJANGAN SUFI SYEIKH AHMAD AR-RIFA’Y KE 6: DEREJAT ARIFFIN

Syeikh Ahmad ar-Rifa’y (PENGASAS  TAREKAT RIFAIYYAH)

Riwayat dari Irman bin Hashin, bahwa sesungguhnya Rasulullah saw, bersabda:
“Dari ummatku bakal masuk syurga tujuh puluh ribu orang tanpa hisab.” Mereka bertanya, “Siapakah mereka itu wahai

Rasulullah?” Rasulullah saw, bersabda, “Mereka itu adalah orang yang tidak pernah melakukan ruqyah, tidak pernah meramal, tidak pernah berbekam, dan mereka senantiasa tawakkal kepada Allah.” (Hr. Muslim)

Rasulullah saw, memposisikan “ramalan” di urutan kedua, setelah berupaya untuk tidak berobat yang merupakan derajat murni sejati, yang tergolong ahli fana’, dan mereka senantiasa dalam Kehendak Allah swt.

Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka. Namun betapa sedikit jumlah mereka dalam setiap periode. Karena derajat mereka adalah mewujudkan hakikat tawakkal kepada Allah swt. Kepasrahan total yang meliputi seluruh instrument sebab akibat dan kehendak. Merekalah kaum ‘Arifin Billah yang sesungguhnya, semoga Allah meridloi mereka.
Amboi, jika orang ‘Alim itu terbagi dua:
1.) Satu golongan yang membuatku terbebas dari keraguan.
2.) Satu golongan yang menggunting-gunting diriku dari gunting neraka. Tak lebih dan tak kurang mereka itu, dimataku.

Anak-anak sekalian…Ketahuilah orang ‘arif kepada Allah swt dengan ma’rifat yang benar, senantiasa terhanguskan hasratnya di bawah keceriaan dalam WahdaniyahNya. Dan tak ada keceriaan mulai dari Arasy sampai muka bumi yang lebih besar ketibang kegembiraan ma’rifat kepada Allah swt.

Syurga seisinya itu dibanding sisi kegembiraan mereka kepada Allah swt, nilainya sangat kecil, lebih kecil dibanding atom, ketika mereka tahu bahwa ma’rifat adalah kegembiraan paling agung dari segala kegembiraan mana pun.

Siapa yang bertemu Allah swt, maka mana yang tak bisa ditemukan? Kesibukan apalagi yang akan dilakukan setelah bertemu denganNya? Bukankah melihat selain Allah itu tak lebih dari keliaran nafsu belaka? Hasrat yang rendah? Dan minimnya ma’rifat kepada Allah Ta’ala?

Adakah pakaian yang lebih baik dibanding baju Islam? Apakah ada mahkota yang lebih agung ketimbang mahkota ma’rifat? Atau adakah hamparan yang lebih mulia ketimbang hamparan taat?
Allah swt berfirman:
“Katakan, dengan karunia Allah dan dengan rahmatNya, maka dengan karunia dan rahmat itulah kalian semua bergembira…”

Dalam sebagian munajatnya Ibrahim bin Adham ra mengatakan:
“Illahi, Engkau Maha Tahu syurga dan seisinya, rasanya tak melintas padaku walau sesayap nyamuk setelah Engkau beri aku ma’rifat kepadaMu, dan kemesraanku kepadaMu, dan Engkau telah membuatkan mencurah untuk tafakkur atas keagunganMu, serta Engkau telah menjanjikan padaku untuk memandang WajahMu.”

Memang. Sesungguhnya derajat terendah kaum ‘arifin itu, manakala Allah memasukkannya ke dalam neraka yang diliputi adzab, maka hatinya malah tambah cinta kepadaNya, semakin mesra sukacita padaNya, dan semakin rindu kepadaNya.

Ibnu Sirin ra, berkata, “Jika aku harus memilih antara syurga dan sholat dua rakaat, aku memilih sholat dua rakaat. Karena dalam dua rakaat ada ridlonya Allah swt, taqarrub kepadaNya. Sedang dalam syurga yang ada kesenangan nafsu dan kesenangan manusia.”

Ketika Nabi Ibrahim as, dilemparkan ke dalam api, “Mereka mengatakan, bakarlah dia, dan mintalah pertolongan pada Tuhan kalian!” kata mereka.

Nabi Ibrahim as, menjawab, “Cukuplah bagiku Tuhanku dan Dialah sebaik-baik tenmpat berserah diri, sebaik-baik Tuhan dan sebaik-sebaik Penolong.”

Kemudian Allah swt, berfirman, “Wahai api jadilah dirimu dingin sejuk dan menyelamatkan atas Ibrahim.”
Berserah diri Diriwayatkan, ketika Allah swt berfirman kepada Nabi Ibrahim as, “Wahai Ibrahim, engkaulah sahabat dekatKu, dan Aku sahabat dekatmu. [pagebreak]

Maka jangan berpaling dariKu, yang menyebabkan putusnya hubungan kesahabatan antara diriKu dan dirimu, karena orang yang benar-benar mengaku sahabat dekatKu jika dibakar oleh api, hatinya sama sekali tidak bergeser dariKu, karena menghormati kebesaranKu.”

Allah swt juga menyebutkan dalam Al-Qur’an, :
“Ketika Tuhannya berkata kepada Ibrahim, “Islamlah”! Ibrahim menjawab, “Aku Islam kepada Tuhannya Semesta Alam.”
Allah swt mengetahui kepasrahan totalnya (Islam) sampai kemudian ia dilempar dalam api.
Abu Abdullah bin Muqotil ra bermunajat:
“Ilahi, janganlah Engkau masukkan diriku ke dalam neraka, karena api pun bisa menjadi dingin padaku karena cintaku kepadaMu.”

Abu Ayyub As-Sikhtiyani ra berkata, “Neraka itu ditakui, bagi mereka yang lupa akan Tuhannya. Lalu dikatakan pada mereka yang lupa itu: “Rasakan semua atas kelalaianmu dalam pertemuan harimu ini…” dengan segenap balasan amalnya.”
Abu Hafsh ra menegaskan, “Saya sangat khawatir atas ma’rifat sebagian orang, yang sudah ditulis di jubah mereka, “Orang-orang merdekanya Allah setelah dikeluarkan dari neraka…” Namun mereka memohon agar tanda tulisan itu dihapus dari mereka. Jika aku jadi mereka, aku sangat memohon agar tanda itu ditulis di seluruh anggota badanku, dan membuatku cukup bangga: “Akulah dari golongan orang yang dimerdekakan dari neraka…!”

Menurutku, apa yang diraih ahli syurga dalam syurganya adalah Robb Ta’ala, kedekatan padaNya, dan memandangNya serta mendengarkan KalamNya.
Ingat isteri Firaun ketika bermunajat:
“Tuhanku, bangunkan rumah bagiku di sisiMu dalam syurga.”

Sebagaimana disebutkan, “Tetangga dulu, baru rumah.”
Ibrahim bin Adham ra, mengatakan, “Aku sangat malu jika tujuan utamaku adalah makhluk, padahal Allah swt telah berfirman kepada sebagian para NabiNya, “Siapa yang berkehendak pada Kami, ia tak ingin selain diri Kami…”
Sebagian Syeikh Sufi mengatakan, “Aku pernah melihat seorang pemuda di Masjidil Haram sedang dalam kondisi menderita dan kelaparan, saya sangat kasihan padanya. Aku punya seratus dinar dalam kantong, lalu kudekati dia. “Hai sayang, ini buat kebutuhan-kebutuhanmu…”

Pemuda itu tidak menoleh sama sekali padaku, dan aku terus mendesaknya. Pemuda itu berkata, “Hai Syeikh, dinar ini sesuatu yang tidak bias aku jual dengan syurga dan seisinya. Syurga itu negeri keagungan, asal sumber keteguhan dan keabadian. Bagaimana aku menjualnya dengan harga yang hina?”
Abu Musa ad-Daylaby, - pelayan Abu Yazid - semoga Allah merahmati keduanya, berkata, “Aku pernah mendengar seorang Syeikh di Bistham mengatakan, “Aku bermimpi, sepertinya Allah swt berfirman: “Kalian semua sedang mencari sesuatu dariKu – selain Abu Yazid – sesungguhnya dia mencariKu dan menghendakiKu, dan Aku pun menghendakiNya.”[pagebreak]
Abu badullah ra, mengatakan, “Jadikan Allah itu sebagai majlis dan tempat kemesraan. Disiplinlah khidmah pada Tuhanmu. Maka dunia akan datang kepadamu dalam keadaan merana, dan kau diburu akhirat, dan akhirat begitu rindu…”
“Hai pemburu dunia, tinggalkan dunia, maka dunia memburumu!”, lanjutnya.

Abu Said al-Kharraz ra, mengatakan, “Suatu hari aku di tempat wuquf, lalu aku ingin memohon kepada Allah swt sesuatu kebutuhan. Lantas muncul bisikan lembut tanpa suara kepadaku.”Di hadapanmu Allah, kamu masih mencari selain Allah?”

Ada seseorang menulis surat kepada saudaranya, “Amma Ba’du: “Tamparlah muka para penghasrat dunia dengan dunianya, tamparlah pencari akhirat pada wajah pemburunya. Bermesralah dengan Robbul ‘alamin. Wassalam.”

Abu Abdullah an-Nasaj r.a. mengatakan, “Janganlah menumpuk banyak syurga bagi orang beriman, karena Allah akan memberikan kelayakan yang lebih banyak disbanding syurga, yaitu ma’rifat.”
Seseorang sholat jenazah dengan lima kali takbir. Ditanya kenapa sampai lima kali? “Empat takbiranku untuk si mayit. Dan satu untuk dua rumah (dunia-akhirat)…” katanya.

Kisah terjadi ketika ayat Al-Qur’an dibacakan pada Abu Yazid, “Diantara kalian ada yang berharap dunia, dan diantara kalian ada yang berharap akhirat…” Lalu Abu Yazid berkata, “Mana yang berharap kepada Tuhan?”

Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib kw, berkata kepada Abu Bakr ash-Shiddiq r.a. : “Wahai Khalifah Rasulullah saw, bagaimana anda meraih posisi derajat ini hingga mendahului kami?”
Abu Bakr Shiddiq ara, menjawab, “Dengan lima perkara:”
Pertama : Aku dapatkan manusia dua kelompok; pemburu dunia dan pemburu akhirat, sedangkan aku pemburu Tuhan.
Kedua : Sejak aku masuk Islam, aku tak pernah kenyang dengan makanan dunia.
Ketiga : Aku tak pernah segar minum minuman dunia.
Keempat : Jika muncul di hadapanku dua pilihan amaliah: amal dunia dan amal akhirat, aku pasti memilih amal akhirat.
Kelima : Aku berguru (bersahabat) pada Nabi saw, dan aku senantiasa bersahabat yang sebaik-baiknya.