Minggu, 12 Mei 2013

WACANA KEROHANIAN IMAM ALI BIN ABI THALIB AS: TENTANG HATI

Yang paling menakjubkan pada diri manusia adalah hatinya, padahal ia merupakan sumber hikmah sekaligus lawan kontranya :
Jika timbul harapan, maka ia ditundukkan ketamakan, ia akan dibinasakan oleh kekikiran.
Jika ia telah dikuasai keputus-asaan, penyesalan akan membunuhnya.
Jika ditimpa kemarahan, menjadi keras kepalalah ia.
Jika sedang puas, ia alpa menjaganya.
Jika dilanda ketakutan, dia disibukkan oleh kehati-hatian.
Jika sedang dalam kelapangan (kaya), bangkitlah kesombonganya.
Jika mendapatkan harta, kekayaan menjadikannya berbuat sewenang-wenang.
Jika kefakiran menimpa, ia tenggelam dalam kesusahan.
Jika laparnya menguat, kelemahan menjadikannya tidak mampu berdiri tegak.
Dan jika terlampau kenyang, perutnya akan mengganggu kenyamanannya.


Sesungguhnya setiap kekurangan akan membahayakan dan setiap hal yang melampaui batas akan merusak dan membinasakan.

Ada empat hal yang mematikan hati, yaitu: dosa yang bertumpuk-tumpuk, (mendengarkan) guyunon orang tolol, banyak bersikap kasar dengan kaum perempuan dan duduk bersama orang-orang mati.Mereka bertanya , “Siapakah orang-orang mati itu, wahai Amirul Mu’minin?”Imam ‘Ali, kw, menjawab, “Yaitu setiap hamba yang hidup bergelimang dalam kemewahan.”

Ketahuilah! Sesungguhnya diantara bencana ada kefakiran, yang lebih berat daripada kefakiran adalah penyakit badan dan yang lebih berat daripada penyakit badan adalah penyakit hati. Ketahuilah! Sesungguhnya di antara kenikmatan adalah banyak harta, yang lebih utama daripada banyak harta adalah kesehatan badan dan yang yang lebih utama daripada kesehatan badan adalah ketaqwaan hati.


Tanyalah hati tentang segala perkara karena sesungguhnya ia adalah saksi yang tidak akan menerima suap.


Sebaik-baik hati adalah yang paling waspada menjaganya.


Nyalakan hatimu dengan adab, sebagaimana nyalanya api dengan kayu bakar.

Harta simpanan yang paling bemanfaat adalah cinta hati.

Sesungguhnya hati memiliki keinginan, kepedulian, dan keengganan. Maka, datangilah ia dari arah kesenangan dan kepeduliannya. Sebab jika hati itu dipaksakan, ia akan buta.

Sesungguhnya hati mengalami kejemuan, sebagaimana jemunya badan. Maka, berikanlah padanya anekdot-anekdot hikmah.

Jika engkau ragu dalam hal kecintaan seseorang, maka tanyakanlah hatimu.


WACANA KEROHANIAN IMAM ALI BIN ABI THALIB AS: TENTANG SHALAT

Perbedaan antara seorang Mukmin dan kafir adalah shalat. Barang- siapa yang meninggalkannya, lalu dia mengaku sebagai Mukmin, maka perbuatannya itu telah mendustakannya, dan dirinya pun menjadi saksi akan hal itu.

Lakukanlah shalat subuh ketika hari masih gelap, niscaya (kelak) engkau akan bertemu dengan Allah Ta’ala dengan wajah yang putih.


Jagalah urusan shalat, peliharah ia, perbanyaklah mengerjakannya, dan dekatkanlah dirimu (kepada Allah) dengan shalat itu. Sebab, sesungguhnya shalat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang yang beriman (QS 4:103). Apakah kalian tidak mendengarkan jawaban para penghuni neraka ketika mereka ditanya, 'Apakah yang memasukkan kamu kedalam Saqar(neraka)?" Merekan menjawab, "Kami dahulu tidak termasuk orang~orang yang mengerjakan shalat " (QS 74:42-43).

Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw. ketika beliau mengutusku ke Yaman, "Bagaimana aku harus mengimani mereka shalat (berjamaah)?" Maka, beliau menjawab, "Imamilah mereka shalat (berjamaah) seperti shalatnya orang yang paling lemah di antara mereka, dan jadilah orang yang amat penyayang terhadap orang-orang yang beriman."


Barangsiapa yang tidak mengambil persiapan shalat sebelum tiba waktunya, maka dia tidak menghormati shalat.

Selasa, 02 April 2013

WASIAT INDAH IMAM JAAFAR ASH SHADIQ

Menyimak nasihat dari para kekasih Allah SWT kemudian merenungkan dan berusaha mengamalkannya adalah menjadi tekad kita semua dalam rangka mensucikan qalbu dan diri kita. Nah, dalam tulisan kali ini, kami sajikan ajaran Imam Ja’far Ash-Shadiq ra. seorang ulama akhlaq yang merupakan salah satu keturunan Rasulullah SAW yang terkenal berakhlak mulia, faqih dalam Al-Quran, Hadits dan wawasan keislaman di zamannya.

‘Ubudiyyah (penghambaan)adalahjauhar (esensi), sedangkan hakikat batiniyyahnya adalah Rubbubiyyah(ketuhanan). Apa pun yang tidak terdapat dalam ‘ubudiyyahada pada rubbubiyah, dan apa pun yang terselubung dari rubbubiyah  dapat dilihat dalam ‘ubudiyyah.

Sebagaimana Allah SWT berfirman:

“Akan Kami perlihatkan kepada mereka  tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Dia itu adalah Al-Haqq. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?”(QS. Fushshilat [41]:53)

Hal itu berarti bahwa Dia itu ada, baik ketika kamu hadir maupun tidak.

‘Ubudiyyah (penghambaan) berarti membebaskan diri dari segala sesuatu (selain Allah), dan jalan untuk mencapai ini adalah dengan menjauhkan diri dari apa yang kita hasratkan dan menanggung apa tidak kita sukai. Kunci dari itu semua adalah mengurangi tidur (terjaga terutama pada sepertiga malam terakhir – pen), uzlah dan mengikuti jalan untuk mengenali kebutuhan terhadap Allah. Nabi saw bersabda: “Mengabdilah kepada Allah seolah-olah Nya kamu melihat-Nya. Bahkan jika kamu tidak melihat-Nya, maka Dia pasti menyaksikanmu.”

Huruf Hijaiyyah dari kata ‘hamba’ (‘abdu) ada tiga, yaitu ‘ayn, ba’ dan dal. ‘Ayn adalah‘ilm (ilmu) seseorang mengenai Allah. Ba’adalah bawn (jarak seseorang dari yang selain Dia). Dal adalah dunuw(kedekatan seseorang dengan-Nya tanpa ada hijab).

Sedang prinsip-prinsip  perilaku itu memiliki empat aspek, yaitu:
perilaku terhadap Allah SWT
  • perilaku terhadap diri sendiri
  • perilaku terhadap orang dan makhluk lain
  • perilaku terhadap dunia

WASIAT INDAH IMAM ASY SYAZALI

Al-Qutub ar-Rabbani al-'Arif al-Wali al-Imam al-Muhaqqiq Sayyid Abul Hasan Ali asy-Syazuli al-Hasani (593H-656H) radhiyallahu 'anhu, pengasas Tariqat Syazuliyyah berkata:

1) Tasawuf itu ialah melatih jiwa di atas dasar perhambaan serta mengembalikannya (supaya tunduk) kepada hukum-hakam Ketuhanan.

2) Jika anda melihat seseorang meninggi diri dengan ilmunya, maka jangan merasa aman dengan kejahilannya.


3) Jika anda melihat seseorang mendakwa selain daripada apa yang diucapkan oleh Nabi sallallahu 'alaihi wa alihi wasallam, maka orang itu ialah pembuat bida'ah.

4) Jika seorang sufi itu tidak melazimi sembahyang lima waktu secara berjemaah, maka jangan pedulikan dia.

5) Ada satu perkara yang boleh menghapuskan amalan. Kebanyakan orang tidak menyedari perkara ini. Perkara itu ialah marah terhadap ketentuan Allah Ta'ala. Allah 'Azza wa Jalla berfirman, mafhumnya:

Itu adalah disebabkan mereka benci terhadap apa yang telah diturunkan oleh Allah, lantas Dia menghapuskan amalan mereka. [Surah Muhammad: 9]
 6) Ilmu itu tidak bermanfaat jika disertai empat perkara (iaitu):

- Cintakan dunia,

- Lupakan akhirat,

- Takutkan kefakiran,

- Takutkan manusia.
7) Jangan berterusan melakukan maksiat kerana orang yang melanggar batas-batas (yang telah ditetapkan oleh) Allah Ta'ala ialah orang yang zalim. Orang yang zalim tidak berhak menjadi pemimpin.


8) Siapa yang meninggalkan maksiat, bersabar dengan ujian Allah Ta'ala serta yakin dengan janji-janji Allah, maka dia adalah pemimpin yang sebenar walaupun pengikutnya sedikit.

9) Jangan anda bersahabat kecuali dengan orang yang memiliki empat sifat (iaitu):

- Pemurah ketika miskin,

- Memaafkan kezaliman orang lain (terhadap dirinya),

- Bersabar di atas bencana,

- Redha terhadap ketentuan Allah Ta'ala (baik atau buruk).
10) Jika anda ingin memperolehi khusyuk (dalam ibadah), maka tinggalkan pandangan yang berlebihan. Jika anda ingin mendapat hikmah, maka tinggalkan ucapan secara berlebih-lebihan.


11) Jika anda ingin mengecapi kemanisan ibadah, maka tinggalkan makan secara berlebih-lebihan. Anda mestilah berpuasa, berqiyamullail dan bertahajud. Jika anda ingin dipandang hebat, maka tinggalkan gurauan dan ketawa (secara berlebihan) kerana kedua-duanya menjatuhkan kehebatan anda (pada pandangan manusia). Jika anda ingin disayangi (oleh orang ramai), maka tinggalkan keinginan (yang melampau) terhadap dunia.

 12) Jika anda ingin memperbaiki keburukan diri sendiri, jangan mencari-cari keburukan orang lain kerana perbuatan ini adalah sebahagian daripada cabang nifaq sebagaimana berbaik sangka (terhadap orang lain itu) adalah sebahagian daripada cabang iman.

4 SIFAT HATI

Menurut imam ghazali,hati mempunyai empat sifat iatu sifat buas,binatang,syaitan dan tuhan.apabila hati dikuasai oleh perasaan marah ia melahirkn sifat buas seumpama binatang buas.pada suatu itu,lahir sifat suka bermusuhan,bersengketa,menyarang dan memaki.lihat tindakkan kaum nabi ibrahim selepas baliau menyampaikan risalah allah kpepada mereka.dalam surah al-anbiya ayat 68 allah berfirman yg bermaksud,"mereka(kaum nabi ibrahim)berkata,'bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu jika kamu benar-benar hendak bertindak'." pada masa itu ,kaum nabi ibrahim bersikap buas tanpa dapat dikawal.

Apabila hati manusia dikusai nafsu syawat pula,lahirlah sifat binatang.pada masa itu,terserlah kerakusan,ketamakkan,keangkuhan dan sifat mementingkan diri.sifat-sifat ini yg menguasai qarun dabelum ini seperti mana yg dinyatakan allah dalam surah al-qasas ayat 78 yg bermaksud,"qarun berkata,"sesunguhnya aku diberikan harta kerana ilmu yg aku miliki'.Apakah dia mengetahui bahawa allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya sedangkan mereka lebih kuat dan lebih banyak menghimpun harta daripadanya."manusia seumpama  ini berkedudukan seperti binatang yg sesat.nafsu syawat di dalam diri mereka menutup pemikiran serta hati sehingga menjadi buta daripada kebenaran.

Dalam surah al-a'raf ayt 179 allah berfirman yg bermaksud,"sesugguhnya kami jadikan untuk neraka jahanam kebenyakkannya daripada jin dan manusia.mereka mempunyai hati tetapi
tidak menggunakannya untuk memahami(ayat-ayat allah),dan mereka mempunyai mata tetapi tidak digunakannya untuk melihat(tanda-tanda kekuasan allah),dan mereka mempunyai telinga tidak digunakannya untuk mendengar(ayat-ayat allah).mereka seperti binatang ternakkan bahkan mereka lebih sesat daripada itu.mereka adalah golongan yg lalai."itu ialah sifat syaitan.

Apabila  hati manusia dikusai oleh sifat-sifat ketuhanan,ia mencari kemulian,kekuasaan,kemerdekaan,keilmuan serta kehebatan.semua ini digunakan bagi membina kecermelengan dan keunggulan.namun,andai kat apada masa itu sifat-sifat itu syaitan

KISAH IKTIBAR DARI IDRIES SHAH...Saudagar dan Darwis Kristen

Seorang saudagar kaya dari Tabriz datang ke Konia mencari orang paling bijaksana di sana karena ia sedang dalam masalah. Setelah mencoba mendapat nasihat dari para pemuka agama, pengacara dan lainnya, ia mendengar tentang Jalaludin Rumi, dan ia pun dibawa kepada Jalaludin Rumi.

Saudagar itu membawa lima puluh keping emas sebagai persembahan. Ketika dilihatnya Sang Maulana di ruang pertemuan, sangat haru dalam hatinya. Rumi pun berkata kepadanya:

"Lima puluh keping emasmu diterima. Tetapi, engkau telah kehilangan dua ratus, itulah sebabnya engkau kemari. Tuhan telah menghukummu dan menunjukkan sesuatu kepadamu. Sekarang segalanya akan beres bagimu."

Saudagar itu terkesima akan pengetahuan Sang Maulana. Rumi pun melanjutkan:

"Engkau dilanda banyak kesulitan karena pada suatu hari jauh di negeri barat sana, engkau melihat seorang darwis Kristen rebah di jalan. Engkau meludahinya. Sekarang pergilah ke sana dan mintalah maaf, dan sampaikan salam kami kepadanya."

Sementara saudagar itu berdiri ketakutan karena rahasianya diketahui, Rumi pun berkata: "Perlukah kami tunjukkan dia kepadamu sekarang?" Rumi menyentuh dinding ruangan, dan seketika saudagar itu melihat orang suci itu di sebuah pasar di Eropa. Ia pun terhuyung-huyung pergi dari hadapan Sang Maulana, tercengang-cengang.

Segera raja ia menempuh perjalanan untuk menemui bijak Kristen itu, dan ia mendapatinya terlentang lesu di tanah. Ketika darwis Kristen itu pun berkata, "Guru kami, Jalal, telah memberitahu saya."

Saudagar itu melirik ke arah yang ditunjukkan darwis tersebut dan melihat, layaknya pada sebuah gambar, Jalaludin mengucapkan kata-kata berikutl "Entah permata entah kerikil, ada tempat di bukit-Nya, ada tempat untuk semua ..."

Saudagar itu pulang menyampaikan salam darwis Kristen tersebut kepada Rumi, dan memutuskan untuk tinggal di tengah-tengah komunitas darwis di Ionia.



Luasnya pengaruh Jalaludin Rumi terbadap khazanah pemikiran dan sastra Barat saat ini semakin jelas lewat penelitian akademis. Tak disangsikan lagi bahwa ia mempunyai banyak pengagum di Barat, dan kisah-kisahnya muncul dalam karya-karya Hans Anderson, dalam Gesta Romanorumtahun 1324. Bahkan dalam karya Shakespeare.

Di Timur, banyak pihak yang mengatakan bahwa Rumi memiliki kedekatan tertentu dengan para pemikir dan mistikus Barat. Versi "Saudagar dan Darwis Kristen" ini diterjemahkan dari Munaqib Al-Arifin karya Aflaki, yang memuat tentang kehidupan para darwis Mevlevi awal, yang selesai ditulis pada tahun 1353.

KISAH IKTIBAR DARI IDRIES SHAH...Raksasa dan Sufi

Seorang Guru Sufi sedang berkelana seorang diri melewati daerah pegunungan yang tandus, tiba-tiba ada raksasa perampok menghadangnya, "Akan kuhabisi kau," ancam makhluk itu. "Begitukah? Coba kalau bisa," jawab Sang Guru, "Aku lebih kuat dari dugaanmu, dan akan mengalahkanmu."

"Banyak cakap," kata raksasa itu. "Kau seorang Guru Sufi, hanya mengerti hal-hal spiritual. Mana mungkin kau bisa menghentikanku, sebab tenagaku dahsyat dan aku tiga puluh kali lebih besar darimu,"

"Kalau kau sungguh ingin adu kuat," tantang Sufi itu, "mari kita lihat siapa yang sanggup memeras air dari batu." Diambilnya batu kecil dan diberikannya kepada setan itu. Betapa kerasnya mencoba, raksasa itu gagal." Hal itu mustahil; tak ada air dalam batu ini. Tunjukkan padaku jika ada." Dalam keadaan remang-remang, guru itu menggenggam batu itu, mengambil sebutir telur dari sakunya, lalu membenturkan keduanya; ia bersikap seolah-olah sedang memeras batu. Raksasa itu ternganga: sebab orang sering kali takjub pada hal-hal yang tak mereka pahami, dan benar-benar menilainya tinggi, lebih tinggi dari semestinya,

"Aku harus memikirkan kembali peristiwa ini," kata raksasa itu, "singgahlah sebentar saja di guaku, malam ini kujamu kau." Sang Sufi mengikutinya ke sebuah gua yang luas sekali, penuh dengan barang-barang berharga milik ribuan musafir yang terbunuh oleh raksasa itu, laksana keadaan dalam gua Aladin. "Berbaring dan tidurlah di sampingku," kata raksasa itu, "besok pagi baru kita berbincang-bincang." Makhluk itu juga berbaring dari sekejap tertidur pulas.

Guru itu -menyadari adanya muslihat-bergegas bangkit dan bersembunyi di tempat yang aman dari raksasa itu. Sebelumnya, ia mengatur tempat tidurnya agar tampak seakan ia masih rebah.

Tidak lama kemudian, raksasa itu bangun. Dengan sebelah tangan, dipungutnya batang pohon yang ada di dekat tempat itu, lalu tiba-tiba dihantamkannya batang pohon itu sebanyak tujuh kali dengan keras pada sosok di tempat tidur Sang Sufi. Kemudian, ia tidur lagi. Guru itu kembali ke tempatnya, berbaring, dan berseru pada raksasa itu:

"Hoi raksasa! Memang gua ini nyaman, tetapi seekor nyamuk telah menggigitku tujuh kali. Lakukanlah sesuatu untuk menangkap nyamuk itu."

Keluhan ringan tersebut menggentarkan si raksasa dan muncul keraguan untuk menyerang lagi Sufi itu. Bagaimanapun, bila seorang dipukul tujuh kali sekuat tenaga dengan batang pohon oleh raksasa, orang itu seharusnya sudah ...

Pagi harinya, raksasa itu melemparkan sebuah kantong air dari kulit lernbu pada Sang Sufi lalu berkata, "Pergilah mengambil air untuk sarapan, supaya kita bisa minum teh." Alih-alih menggunakan kantong air itu (yang tentu sangat berat untuk diangkat), guru itu berjalan ke sungai yang terdekat dan mulai menggali saluran kecil menuju gua. Raksasa sudah kehausan, dan bertanya "Mengapa kau tidak bawa airnya?" "Bersabarlah, temanku. Aku sedang membuatkanmu saluran air. Dengan begitu, air segar akan langsung menuju mulut gua, dan kau tidak usah lagi minum air dari kulit lembu."

Tetapi, raksasa itu pun sudah terlampau haus untuk menunggu. Ia pergi ke sungai dan mengisi sendiri kantong airnya. Ketika teh selesai dibuat, ia minum beberapa galon, dan kemampuan berpikirnya jadi lebih baik. "Jikalau kau memang demikian perkasa --dan sudah kusaksikan itu-- tak sanggupkah kau menggali saluran itu secepat mungkin, bukannya jengkal demi jengkal?"

"Sebab," kilah guru itu, "sesuatu yang berharga barulah sungguh-sungguh berharga bila dilakukan dengan upaya sekecil mungkin. Semua hal punya ukuran upaya masing-masing; dan aku melakukan upaya seminim mungkin untuk menggali saluran ini. Lagipula, aku tahu bahwa kau adalah mahluk yang terpenjara dalam kebiasaan sehingga kau akan selalu menggunakan kantor air dari kulit lembu."



Kisah ini sering terdengar dalam percakapan di kedai-kedai teh di Asia Tengah, dan menyerupai dongeng rakyat di Eropa pada abad pertengahan. Versi ini diambil dari Majmua (koleksi darwis) yang aslinya ditulis oleh Hikayati pada abad ke sebelas, menurut halaman penerbit, tetapi versi yang ditampilkan di sini tertera dari abad ke enambelas.