Selasa, 02 April 2013

KITAB Qami' ath-Thughyan SIRI 2 : MENCINTAI ALLAH ..............

KARYA SYEIKH  NAWAWI AL BANTANI

Cabang iman 10-13, disebutkan dalam bait syair:

وَاحْبُبْ اِلَهَكَ خَفْ اَلِيْمَ عِقَابِهِ * وَلِرَحْمَةِ ارْجُ تَوَكَّلَنْ يَا مُسْلِمُ
Cintailah Tuhanmu, takutlah akan kepedihan siksa-Nya, berharaplah engkau akan rahmat Allah, dan bertawakallah benar-benar wahai orang muslim.

PETUNJUK:


1.      Mencintai Allah



4.      Tawakal

Mencintai Allah


kecintaan kepada Allah digambarkan oleh Imam Sahal:

"Tanda mencintai Allah adalah mencintai al-Quran. Tanda mencintai Allah dan al-Quran adalah mencintai Nabi Muhammad saw. Tanda mencintai Nabi Muhammad saw adalah mencintai sunnah (ucapan, tingkah laku, dan sikap) beliau. Tanda mencintai sunnah adalah mencintai akhirat. Tanda mencintai akhirat adalah membenci dunia (pujian orang, penampilan, kemewahan dan lain-nya). Tanda membenci dunia adalah tidak mempergunakan harta benda dunia kecuali sebagai bekal menuju akhirat."

Syeikh Hatim bin Alwan berkata: "Barang siapa mengaku tiga hal tanpa tiga hal lainnya, maka ia adalah pembohong:

1.      orang yang mengaku mencintai Allah tanpa menjauhi larangan-Nya,

2.      orang yang mengaku mencintai Nabi Muhammad saw tanpa mencintai kefakiran, dan

3.      orang yang mengaku mencintai surga tanpa mau menyedekahkan hartanya."

Sebagian dari ahli makrifat berkata: "Jika iman seseorang berada di luar hati, maka ia akan mencintai Allah dengan kecintaan yang sedang. Jika iman seseorang telah masuk ke tengah hati, maka dia akan mencintai Allah dengan kecintaan yang sepenuhnya dan akan meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan."

Pada pokoknya mengaku cinta adalah menanggung resiko. Oleh karena itu Syeikh Fudlail bin Iyadl berkata: "Jika kamu ditanya apakah engkau mencintai Allah, maka diamlah! Karena sesungguhnya jika engkau mengatakan "tidak", maka engkau "kafir" dan jika mengatakan "ya", maka sifatmu bukanlah sifat dari orang-orang yang mencintai-Nya."

Takut kepada siksa Allah


Menurut Imam al-Ghozali dalam kitab Ihya' Ulumiddin, derajat takut yang paling minim adalah menahan diri dari hal-hal yang dilarang, yang dinamakan wara'. Jika kekuatan takut bertambah, maka akan menahan diri dari hal-hal yang tidak diyakini keharamannya; dan hal ini dinamakan takwa. Jika pada rasa takut tergabung usaha untuk memurnikan waktunya hanya semata untuk melayani Allah, sehingga tidak membangun rumah yang tidak akan ditempati selamanya, tidak mengumpulkan harta yang tidak akan dimakan, dan tidak menoleh kepada kesenangan dunia karena mengetahui bahwa dunia itu akan berpisah dengannya, sehingga tidak mempergunakan satu nafaspun selain untuk Allah, maka hal ini dinamakan shidqun atau jujur dan orangnya dinamakan shiddiq.

Jadi takwa termasuk dalam shidqun, wara' masuk dalam takwa, dan iffah (meninggalkan yang haram) masuk dalam wara'.

Mengharap rahmat Allah Ta'ala


Dalam surat az-Zumar ayat 53 Allah swt berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلَى اَنْفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُوْا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ اِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا اِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri sendiri, janganlah kamu sekalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Rasulullah saw bersabda:

اَلْفَاجِرُ الرَّاجِى لِرَحْمَةِ اللهِ تَعَالَى اَقْرَبُ اِلَى اللهِ تَعَالَى مِنَ الْعَابِدِ الْقَانِطِ

Orang durhaka yang mengharap rahmat Allah Ta'ala adalah lebih dekat kepada Allah Ta'ala dari pada ahli ibadah yang putus harapan.

Diriwayatkan dari Umar, dari Zaid bin Aslam bahwa ada seorang laki-laki dari umat terdahulu yang giat beribadah dan memperberat dirinya dalam ibadah, sedangkan ia adalah orang yang tidak mengharapkan rahmat Allah. Ketika laki-laki tersebut mati dan bertanya kepada Allah: "Ya Tuhanku, apakah bagianku di sisi-Mu?" Allah berfirman: "Bagianmu adalah neraka!" Laki-laki tersebut berkata: "Wahai Tuhanku, di manakah ibadah dan kegiatanku?" Allah berfirman: "Engkau adalah orang yang tidak mengharap rahmat-Ku di dunia, maka pada hari ini Aku memutuskan engkau dari rahmat-Ku!"

Dalam kitab Ihya' Ulumiddin dijelaskan bahwa hakekat "harapan" adalah kesenangan hati karena menanti sesuatu yang dicintai. Akan tetapi sesuatu yang dicintai itu harus dapat terjadi dan harus berdasarkan sebab. Jika sebabnya tidak ada, disebut "tipuan" dan "ketololan". Jika sebabnya tidak diketahui ada atau tidak ada, disebut "angan-angan". Jika dalam hati kita tergerak keadaan sebab tersebut dalam waktu yang telah lampau, disebut "mengingat". Jika dalam hati kita tergerak keadaan sebab tersebut dalam waktu sekarang, disebut "menemukan" dan "merasakan". Jika dalam hati kita tergerak keadaan dari sesuatu pada waktu yang akan datang, dan keadaan sesuatu tersebut sangat menguasai hati kita, maka disebut "menanti" dan "mengharap". Jika yang dinanti adalah sesuatu yang dibenci yang menghasilkan rasa sakit dalam hati, dinamakan "takut" atau "ketakutan". Jika yang dinanti adalah sesuatu yang dicintai yang menghasilkan kelezatan dan kesenangan, maka kesenangan tersebut disebut "harapan" atau raja'.

Tawakal


Dalam surat al-Ma'idah ayat 23 Allah swt berfirman yang antara lain sebagai berikut:

... وَعَلَى اللهِ فَتَوَكَّلُوْا اِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ

... dan hanya kepada Allah hendaknya kamu sekalian bertawakal, jika kamu sekalian benar-benar beriman.

tawakal terdiri dari tiga unsur, yaitu: makrifat, keadaan hati, dan amal.

Makrifat, yaitu keyakinan dan kesadaran hati bahwa selain dari Allah Ta'ala tidak ada yang dapat mendatangkan sesuatu manfaat atau kenikmatan kepada kita. Sedangkan keyakinan atau iman di sini terdiri dari empat tingkat:

  • Iman dari orang munafik
    Yaitu orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat tetapi hatinya sama sekali tidak meyakini kebenaran makna yang terkandung dalam dua kalimah syahadat.
  • Ilmul yaqin
    Yaitu keyakinan dari orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat dan hatinya meyakini kebenaran makna yang terkandung dalam dua kalimah syahadat berdasarkan ilmu yang dipelajari.
  • Aynul yaqin
    Sebagai kelanjutan dari tingkat kedua, yaitu keyakinan dari orang yang telah jernih pandangan mata hatinya sehingga dapat memandang kekuasaan Allah melalui segala sesuatu yang dipandang oleh mata kepalanya.
  • Haqqul yaqin
    Sebagai kelanjutan dari tingkat ketiga, yaitu keyakinan dari orang yang hatinya benar-benar telah dapat menyadari dan menghayati hakekat dari wujud dan kekuasaan Allah swt.

Hal atau keadaan hati dari orang yang bertawakal terdiri dari tiga urutan tingkat:

  • keadaan orang yang bertawakal mengenai hak Allah dan mengenai keyakinannya terhadap tanggungan dan pertolongan Allah swt seperti keadaan mengenai keyakinan hatinya kepada kemampuan seorang wakil yang menangani urusannya.
  • keadaan orang yang bertawakal terhadap Allah swt seperti keadaan anak kecil terhadap ibunya

Yaitu kondisi anak kecil yang tidak mengenal orang lain, selain ibunya. Tidak berlindung dari kesulitan kecuali kepada ibunya. Tidak bersandar dan tidak menggantungkan segala keperluannya kecuali kepada ibunya. Jika melihat ibunya niscaya dirangkulnya. Jika ada sesuatu yang menimpa dirinya sewaktu ibunya tidak ada, maka ucapan yang pertama kali keluar dari mulutnya adalah,"Ibu!". Yang pertama kali tergerak dalam hatinya adalah ibunya. Sesungguhnya ia benar-benar telah yakin terhadap pemeliharaan dan kasih sayang ibunya dengan keyakinan yang penuh.

  • keadaan orang yang bertawakal terhadap Allah dalam setiap gerak dan diamnya seperti mayat di tangan orang yang memandikannya; ia tidak berpisah dengan Allah karena melihat dirinya bagaikan mayat yang digerakkan oleh kekuasaan Allah yang azali, seperti mayat yang digerakkan oleh tangan orang yang memandikannya. Inilah tingkat tawakal yang paling tinggi dari orang yang telah kuat iman dan keyakinannya bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala adalah Dzat Yang Maha Penggerak.

Amal tawakal terdiri dari tiga macam, yaitu:

1.      Jalbun nafi'
Yaitu melakukan pekerjaan yang dapat menjadi sebab dari kedatangan manfaat. Terdiri dari tiga tingkat:

1.      meyakinkan
Seperti menyuap nasi yang sudah tersedia bagi orang yang ingin menghilangkan rasa lapar dari perutnya.

2.      Diduga keras
Seperti menanak nasi bagi orang yang ingin menghilangkan rasa lapar dari perutnya, dan berasnya sudah tersedia.

3.      Diperkirakan
Seperti mencari uang untuk membeli beras bagi orang yang ingin menghilangkan rasa lapar dari perutnya.

2.      Qath'ul adza
Yaitu melenyapkan atau menghilangkan hal-hal yang dapat merusak kemanfaatan yang ada. Terdiri dari tiga tingkat:

1.      Meyakinkan
Seperti meminum obat dari dokter bagi orang yang ingin menghilangkan rasa sakit dari badannya.

2.      Diduga keras
Seperti pergi ke apotik untuk membeli obat resep dari dokter bagi orang yang ingin menghilangkan rasa sakit dari badannya.

3.      Diperkirakan
Seperti mencari uang untuk membeli obat resep dari dokter bagi orang yang ingin menghilangkan rasa sakit dari badannya.

3.      Daf'ul madlarrat
Yaitu menolak kedatangan hal-hal yang dapat merusak kemanfaatan yang ada. Terdiri dari tiga tingkat:

1.      Meyakinkan
Seperti menghalau atau mengusir kucing yang akan makan ikan yang ada di meja makan.

2.      Diduga keras
Seperti menyimpan ikan dalam lemari makan dan menguncinya agar tidak dimakan kucing.
Diperkirakan Seperti pergi untuk membeli lemari makan guna menyimpan ikan agar tidak dimakan kucing

KITAB Qami' ath-Thughyan SIRI 1 : BERIMANLAH...............

KARYA SYEIKH  NAWAWI AL BANTANI


Cabang iman 1-9 disebutkan dalam bait syair:

آمِنْ بِرَبِّكَ وَالْمَلآئِكِ وَالْكُتُبِ * وَالأَنْبِيَا وَبِيَوْمِ يَفْنَى لْعَـالَمُ

Berimanlah engkau kepada Tuhanmu, para malaikat, kitab-kitab, para nabi dan hari kerusakan alam.

PETUNJUK:











Beriman kepada Allah


Kita wajib beriman bahwa Allah adalah:

  • Maha Esa yang sama sekali tidak ada sekutu bagi-Nya.
  • Maha Tunggal yang sama sekali tidak ada yang serupa dengan-Nya, tempat meminta pertolongan yang sama sekali tidak ada yang menandingi-Nya.
  • Maha Sedia tanpa permulaan.
  • Maha Berdiri dengan pribadi-Nya sendiri.
  • Maha Kekal.
  • Maha Abadi.
  • Maha Dahulu yang tidak ada permulaan bagi-Nya.
  • Maha Akhir yang sama sekali tidak ada kesudahan bagi-Nya.
  • Maha Tegak yang tidak dilenyapkan oleh masa dan tidak diubah oleh sangkaan.
  • Maha Permulaan, Maha Akhir, Maha nampak pekerjaannya dan Maha Tersembunyi yang tidak tampak Dzat-Nya.
  • Maha Suci dari jasmani, tak sesuatupun yang menyerupai-Nya.

Beriman kepada para malaikat


Kita wajib membenarkan wujud mereka sebagai:

  • para hamba Allah yang dimuliakan.
  • tidak pernah maksiat atau mendurhakai Allah terhadap segala yang telah diperintahkan oleh Allah kepada mereka dan selalu melaksanakan semua yang diperintahkan.
  • jasmani yang halus dan bernyawa.
  • sesuatu kekuatan yang dijadikan oleh Allah untuk berubah-ubah bentuk yang indah.
  • dibuat dari cahaya.

Beriman kepada kitab Allah


Kita wajib membenarkan bahwa sesungguhnya kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para nabi-Nya adalah wahyu Allah yang memuat hukum dan kabar-Nya.

Beriman kepada para nabi


Kita wajib membenarkan bahwa sesungguhnya para nabi adalah:

  • orang-orang jujur dalam segala hal yang mereka khabarkan dari Allah.
  • di antara mereka ada yang diutus kepada makhluk untuk memberi petunjuk dan untuk menyempurnakan kehidupan mereka di dunia serta tempat kembali mereka di akhirat.
  • diberi mukjizat oleh Allah yang dapat menunjukkan kebenaran mereka.
  • menyampaikan risalah Allah dan menerangkan segala sesuatu kepada orang-orang mukallaf.

Beriman kepada kerusakan seluruh alam semesta


Kita wajib beriman bahwa alam semesta, alam dunia maupun benda di angkasa akan hancur binasa pada hari kiamat. Amal yang kita kerjakan akan dibalas dengan cara perhitungan amal, penimbangan amal, titian, surga dan neraka.

Cabang iman 6-8:

وَالْبَعْثِ وَالْقَدَرِ الْجَلِيْلِ وَجِمْعِنَا * فِي مَحْشَرٍ فِيهِ الْخَلاَئِقُ تَحَشَمُ

Dan (beriman) kepada: kebangkitan, qadar dari Yang Maha Agung, dan kumpul kita di Padang Mahsyar yang di situ para makhluk merasa malu (sehingga pucat mukanya).

Beriman kepada kebangkitan orang mati


Kita wajib beriman bahwa sesungguhnya Allah swt akan membangkitkan atau menghidupkan semua makhluk yang sudah mati, baik yang dikubur, mati tenggelam, atau sebab lainnya. Menurut pendapat yang disepakati oleh seluruh ulama, yang dibangkitkan adalah wujud dari badan dan bukan yang semisal dari badan ini. Dalam surat at-Taghabun ayat 7 Allah swt berfirman:

زَعَمَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا اَنْ لَنْ يُبْعَثُوْا قُلْ بَلَى وَرَبِّى لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌ

Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian adalah mudah bagi Allah.

Beriman kepada qadar


Kita harus yakin bahwa Allah swt mewujudkan segala sesuatu sesuai dengan pengetahuan Allah yang telah mendahuluinya. Semua perbuatan makhluk adalah sesuai dengan ketentuan Allah Ta'ala. Oleh karena itu sepatutnyalah bagi manusia untuk rela terhadap keputusan-Nya.

Syekh Afifuddin az-Zahid menceritakan bahwa sewaktu berada di Mesir beliau mendengar sesuatu yang terjadi di Baghdad tentang pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap kaum muslimin. Kota Baghdad hancur, selama tiga setengah tahun tidak mempunyai pemerintahan. Juga tentang perbuatan orang-orang kafir mengalungkan mushaf al-Quran pada leher-leher anjing, membuang kitab karangan para ulama ke sungai sehingga menjadi seperti jembatan yang dapat dilalui oleh kuda mereka. Syekh Afifuddin az-Zahid mengingkari hal tersebut dan bertanya kepada Allah swt, "Wahai Tuhanku, bagaimana hal ini dapat terjadi, sedangkan di antara kaum muslimin yang dibunuh itu terdapat anak-anak dan orang-orang yang tidak berdosa?"

Pada waktu tidur Syekh Afifuddin az-Zahid bermimpi melihat seorang laki-laki yang membawa sebuah tulisan, lalu beliau ambil. Tulisan tersebut berbunyi:

دَعِ الإِعْتِرَاضَ فَمَا الأَمْرُ لَـكَ * وَلاَ الْحُكْمُ فِى حَرَكَاتِ الْفَلَكِ
وَلاَ تَسْـأَلِ اللهَ عَنْ فِعْلِــهِ * فَمَنْ خَـاضَ لُجَّةَ بَحْـرٍ هَلَكَ

Tinggalkanlah menentang putusan Allah, karena urusan itu bukanlah milikmu; dan tiadalah hukum itu tergantung pada gerakan-gerakan bintang.

Janganlah engkau bertanya kepada Allah mengenai pekerjaan-Nya. Barang siapa yang mengarungi gelombang lautan niscaya dia akan binasa.

Beriman bahwa semua makhluk sesudah dibangkitkan dari kubur akan digiring ke Padang Mahsyar, yaitu tempat pemberhentian mereka pada hari kiamat


Padang Mahsyar adalah tanah putih, berupa lembah datar, sama sekali tiada bengkokannya, tak ada bukit tempat orang dapat bersembunyi di belakangnya, tak ada jurang tempat merendahkan pandangan, kecuali sebuah padang luas yang sama sekali tak ada perbedaannya. Manusia akan dihalau ke Padang Mahsyar secara berombongan, sesuai tingkatannya. Di antara mereka ada yang:

  • naik kendaraan, yaitu orang yang bertakwa,
  • berjalan dengan kedua kakinya, yaitu orang yang sedikit amalnya,
  • berjalan dengan mempergunakan mukanya, yaitu orang-orang kafir.

Dari tempat pemberhentian ini, manusia diberangkatkan ke surga atau neraka. Mereka akan melalui titian atau jembatan. Dalam meniti jembatan, menurut Syeikh Muhammad al-Hamdani umat Nabi Muhammad saw terbagi menjadi tujuh macam:

1.      Orang siddiq, yang akan meniti secepat kilat.

2.      Orang alim, yang akan meniti secepat angin yang kencang.

3.      Para wali abdal, yang akan meniti secepat burung terbang dalam satu saat yang sebentar.

4.      Orang yang mati syahid, yang akan meniti secepat kuda balap dalam waktu setengah hari.

5.      Orang yang mati pada saat menunaikan ibadah haji, yang akan meniti dalam waktu satu hari penuh.

6.      Orang yang taat, yang akan meniti dalam waktu satu bulan.

7.      Orang yang maksiat, yang meletakkan kaki mereka di atas titian, sedangkan dosa mereka diletakkan di atas punggung.

Ketika mereka lewat, neraka Jahanam mendatangi untuk membakar mereka. Kemudian neraka Jahanam melihat cahaya iman di hati mereka, lalu berkata:

"Lewatlah wahai orang mukmin, karena sesungguhnya cahaya imanmu memadamkan kobaran apiku!"

Di Padang Mahsyar, para makhluk pucat mukanya dan malu karena amal jelek mereka akan dibeberkan di hadapan Allah swt. Setiap orang akan sibuk dengan urusannya sendiri dengan memasukkan jari-jari tangan kanannya ke sela-sela jari tangan kirinya. Keadaan mereka tersebar seperti belalang yang tersebar di bumi. Masing-masing orang dapat saling melihat keluarganya dan dapat saling mengenal, akan tetapi tidak berbicara. Mereka berjalan di Padang Mahsyar tidak beralas kaki dan dalam keadaan telanjang bulat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:

يُبْعَثُ النَّاسُ حُفَاةً عُرَاةً غَرْلاً قَدْ اَلْجَمَهُمُ الْعِرْقُ وَبَلَغَ شُحُوْمَ الآذَانِ

Manusia akan dibangkitkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang bulat, lagi tidak berkhitan. Keringat telah mengendalikan mereka dan keringat tersebut sampai di daun telinga.

Cabang iman 9 disebutkan dalam bait syair:

وَبِاَنَّ مَرْجِعَ مُسْـلِمٍ لِجِنَـانِهِ * وَبِاَنَّ مَرْجِـــعَ كَافِرٍ لِجَهَنَّمُ

Dan beriman bahwa sesungguhnya tempat kembali orang muslim adalah surganya, dan bahwa sesungguhnya tempat kembali orang kafir adalah neraka Jahanam".

Beriman bahwa sesungguhnya surga adalah tempat tinggal yang kekal bagi orang muslim; sedangkan neraka Jahanam adalah tempat tinggal yang kekal bagi orang kafir


Orang muslim adalah orang yang mati dalam keadaan beragama Islam, meskipun sebelumnya kafir. Orang-orang yang berbuat maksiat dapat tergolong orang muslim, sehingga tempat kembali dan tempat mereka yang kekal adalah surga. Jika mereka dimasukkan ke dalam neraka, mereka tidak kekal di dalamnya. Bahkan siksaan mereka tidak langgeng selama di dalam neraka; karena setelah masuk ke dalam neraka mereka akan mati sekejap yang hanya diketahui ukurannya oleh Allah swt dan mereka tidak hidup sehingga keluar dari neraka. Mati di sini maksudnya bahwa mereka itu tidak dapat merasakan siksa, dan bukan mati dengan keluar nyawa dari tubuhnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan orang kafir di sini ialah orang yang mati dalam keadaan kafir, meskipun dia hidup sepanjang umurnya dalam keadaan beriman. Termasuk juga orang yang sungguh-sungguh mempergunakan akal fikirannya, akan tetapi tidak dapat sampai kepada kebenaran sejati; sementara ia meninggalkan taklid yang diwajibkan baginya.

Anak-anak orang musyrik tidak termasuk kafir, bahkan mereka di dalam surga, menurut pendapat yang benar. Dalam hal kafir tidak ada perbedaan antara manusia dan jin.

 

KITAB RISALAH AL MUAWANAH FASAL 7: KEKALKAN BACAAN WIRID MU

(SAYIID ABDULLAH AL HADDAD TOKOH  TAREKAT BA’ ALAWI AL HADDAD)
Dan seharusnya bagi kamu memiliki amalan dzikir kepada Allah Ta’ala dengan ditentukan waktunya maupun bilangan jumlahnya (tentusaja dengan meminta amalan dari para Masayikh / para Ulama’)karena yang demikian ini untuk mendidik kedisiplinan. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya dzikir adalah termasuk rukun thariqao atau sesuatu yang harus dijalankan bagi orang yang hendak mendekatkan diri kepada Allah, dan dzikir adalah kunci pembuka hakikat dan merupakan pedang bagi murid. Sebagaimana yang dikatakan oleh ba’dhul ‘Aarifiinbahwasesungguhnya telah berfirman Allah, “Fadzkuruunii Adzkurkum” yang artinya, “maka ingatlah/berdzikirlah kamu semua kepada Ku niscaya Aku akan mengingatmu”. Dan allah telah berfirman, “FasdzkuruuLlaaha qiyaaman wa qu’uudan wa ‘alaa junuubikum” yang artinya, “maka ingat/berdzikirlah kamu sekalian kepada Allah ketika berdiri, dan duduk, dan ketika berbaring diatas punggungmu”.

Dan Allah Ta’ala juga berfirman, “Yaa ayyuhalladziina aamanuudzdzkuruLlaaha dzikran katsiira” yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, dziirlah kamu sekalian kepada Allah denagn dzikir yang banyak”.

Dan telah bersabda RasuluLlah SAW, yang artinya, “Sesungguhnya Aku tergantung persangkaan hamba-ku kepada-Ku, dan Aku akan selalu bersamanya selama mereka menmgingat-Ku. Apabila ia mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya di dalam Diri-Ku. Jika ia menyebut-Ku di tempatnya, maka Aku akan menyebut-Nya di tempat-Ku lebih baik dari pada penyebutannya di tempatnya”.

Dan Nabi SAW telah bersabda, “Telah berfirman Allah Ta’ala, ‘Aku adalah teman duduk orang yang berdzikir kepada-Ku.”

Dan Nabi SAW juga telah bersabda, “Maukah kamu sekalian aku tunjukkan sebaik-baik amal kamu semua untuk Tuhanmu, dan lebih dapat mengangkat derajat kamu sekalian, dan yang lebih baik bagi kamu dari paad menginfaqkan emas dan perak dan lebih baik dari keadaan seandainya engkau berjumpa dengan musuh maka engkau memukul pundak mereka demikian juga mereka memukul pundakmu (perang fi sabiliLlah), ?” Maka mereka (para sahabat) menjawab, “Baik Yaa RasuluLlah”. Maka Nabi bersabda, ‘DzikruLlah yaitu dzikir kepada Allah”.

Dan dengan dzikir banyak sekali buah dan manfaatnya bagi orang yang bersungguh-sungguh mengamalkannya dengan adab dan hadirnya hati di hadapan Allah Ta’ala. Dan minimal buah hasil dari dzikir adalah rasa manis lezat yang dirasakan di dalam hati yang dapat mengalahkan segala sesuatu disekelilingnya misalnya kelezatan dunyawiyah. Sedang paling tinggi buah dari dzikir adalah apabila ia fana (hilanglah segala sesuatu) karena mengerasnya Yang di ingat yaitu Allah bahkan ia sendiri tidak fana / ingat akan dirinya sendiri -karena terkalahkan oleh Yang diingat/disebutnya. Dan juga fana/lenyap dari segala sesuatu selain Dia.

Dan barang siapa yang duduk dalam keadaan sucibaik dari hadats maupun najis di tempat yang sunyi (khalwat) dengan menghadap kiblat menenangkan pandangan matanya, menundukkan kepalanya kemudian berdzikir kepada Allah dengan hati yang hadir ke hadapan Allah maka hatinya akan melihat dan merasakan bekasnya dzikir secara nyata. Dan apabila ia terus dalam keadan yang demikian maka nuurul qurbi / cahaya kedekatan akan menyiinarinya dan akan terbuka baginya asraarul ghaibi yaitu rahasia sesuatu yang ghaib. Dan seutama-utamanya dzikir dalah apabila terwujud bersama-sama antara dzikir hati dan lisan. Dan yang dimaksud dzikrul qalbi /dzikir hati adalah apabila bisa hadir ke dalah hati akan makna apa yang diucapkan oleh lisan. Seperti Taqdis dan tahmiid (Pemahasucian dan pemujian) kepada Allah ketika tasbih dan tahlil. Dan dzikir adalah wirid yang abadi / da’im maka berusahalah agar lisan senantiasa basah dengan sebab dzikir dalam keadaan apapun kecuali pada waktu yang tidak memungkinkannya untuk melaksanakan dzikir tersebut seperti ketika membaca Al-Qur’an dan tafakur. Dan jadikan ibadah yang demikian ini sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan janganlah terpancang dengan hanya satu macam dzikir saja akan tetapi sebaiknya memiliki amalan dzikir yang berfariasi.

KITAB RISALAH AL MUAWANAH FASAL 6: WAJIB MEMPELAJARI ILMU MAKRIFAT

(SAYIID ABDULLAH AL HADDAD TOKOH  TAREKAT BA’ ALAWI AL HADDAD)
Dan seharusnyalah bagi kamu memiliki wirid/ amalan yaitu mempelajari atau membaca Ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu yang akan menambah pengetahuanmu (ma’rifatmu) akan Dzat Allah dan sifatNya dan Af’al / perbuatanNya, dan dengan ilmu tersebut engkau akan mengetahui perintah –perintahNya yang mendorongmu untuk ta’at kepadaNya, serta larangan-laranganNya yang mencegahmu untuk bermaksiyat kepadaNya, sehingga yang demikian itu akan menyebabkan kamu zuhud terhadap dunia dan mencintai akhirat. Dan dengan Ilmu yang bermanfaat tersebut akan memperlihatkanmu akan Aib atau cacat dirimu dan akan dapat diketahui bahaya hasil perbuatanmu, serta tipudaya musuh-musuhmu. Maka yang demikian inilah Ilmu yang bermanfaat yang tertera di dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasul SAW, dan kitab para Aimmah atai para imam pemimpin umat. Dan Imam Al-Ghazali telah mengumpulkannya dalam kitabnya yang sangat mulia (Ihya’ Ulumuddin), yang sangat besar faidahnya bagi orang yang memiliki Bashiirah / mata hati dan gemar akan Ilmu agama dan keyakinan yang sempurna, maka bersungguh-sungguh mereka dalam mempelajari kitab tersebut, demikian juga bagi kamu jika kamu benar bersungguh-sungguh ingin menempuh jalan akhirat, dan berkeinginan untuk sampai / wushul kepada martabat hakikat. Dan sungguh kitab tersebut dijadikan rujukan para ahli pencari hakikat yaitu para sufi dan mereka memperoleh faidah yang sangat besar dalam waktu yang relatif singkat, semua karena berkah Al-Imaam Al-ghazaali ra.

Dan seharusnyalah bagi kamu memperbanyak membaca kitab hadits dan tafsir dan mempelajari kitab yang umum/kebanyakan dipelajari oleh para alim ulama, karena yang demikian itu akan dapat membukakan hati dan jalan yang sempurna menuju kedekatan dengan Allah seperti yang dikatakan sebagian Arifiin. Akan tetapi hendaklah berhati-hati apabila menelaah beberapa risalah yang membahas masalah-masalah yang sangat halus/lembut dan masalah hakikat dengan belajar sendiri tanpa didampingi seorang guru / Syaikh pemimbing, dan masalah yang demikian ini banyak dijumpai dari risalah-risalah yang di karang oleh beberapa pengarang seperti Syaikh Muhammad ‘Arabi dan beberapa risalah dari Al-Imam Al-Gazali RA seperti kitab Al-Ma’aarij. Apabila ada orang yang berkata, “sesungguhnya tidak mengapa bagi kami mempelajari kitab-kitab tersebut karena sesungguhnya kami hanya mengambil apa-apa yang kafi faham atasnya dan beriman terhadap apa yang tidak kami fahami dari kitab tersebut”, maka jawabannya adalah “sesungguhnya dihawatirkan bagimu bahwa apa yang engkau fahamkan dari kitab tersebut tidak sama denagn apa yang dikehendaki oleh pengarangnya maka akan menjadi tersesat dari jalan yang benar, seperti yang terjadi pada beberapa kaum yang muthala’ah kitib-kitab tersebut tanpa pembimbing seorang Syaikhmaka menjadi Zindiq dengan pernyataan mereka mengenai hulul dan ittihaad (manunggaling kawulo gusti) – penyatuan antara hamba dengan TuhanNya

KITAB RISALAH AL MUAWANAH FASAL5: MENGEKALKAN BACAAN AL QURAN

(SAYIID ABDULLAH AL HADDAD TOKOH  TAREKAT BA’ ALAWI AL HADDAD)
Dan sebaiknya ada bagi kamu suatu wirid yaitu dengan membaca Kitab allah Yang Maha Mulia, dan engkau mengekalkan dalam membacanya setiap siang dan malam hari. Dan yang paling sedikit adalah jika engkau meringkasnya dengan membaca satu Juz setiap hari, maka dengan begitu setiap bulan bisa khatam satu kali. Dan di atas yang demikian adalah jika engkau mengkhatamkannya setiap tiga hari sekali. Dan ketahuilah bahwa pada pembacaan Al-Qur’an terdapat faidah yang sangat besar dan bekas yang jelas dalam menjernihkan hati.

RasuluLlah SAW telah bersabda, “Ibadah paling utama umatKu dadalah membaca Al-Qur’an”.

Dan telah berkata Sayyidina ‘Aly KarromaLlahu Wajhah, yang artinya “Barang siapa membaca Al-Qur’an sedang ia dalam keadaan mendirikan shalat, maka pada setiap hurufnya dihitung sebagai 100 kebajikan. Dan baranga siapa membacanya dengan duduk dalam shalat, maka pada tiap huruf baginya 50 kebajikan. Dan barang siapa membacanya di luar shalat sedang ia dalam keadaan suci dari dari hadast dan najis maka pada tiap huruf baginya mendapat 25 kebajikan. Dan barang siapa yang membacanya dalam keadaan tidak bersuci, maka baginya akan mendapatkan 10kebajikan”.

Dan takutlah bahwa keinginanmu dalam membaca hanya sebatas memperbanyak bacaan saja, tanpa memperhatikan tadbiir dan tartiilnya.

Dan keharusan bagi kamu ketika membacanya, haruslah dengan tadbiir, dan engkau juga faham akan isinya dan yang demikian itu menolong untuk dapat memahami maknanya dan dapat menghadirkan hatimu akan keagungan Mutakallim / Dzat yang berfirman yaitu Allah Ta’ala, dan sungguh engkau telah berada di hadapanNya dan sedang membaca kitabNya yang memerintahkan sesuatu kepadamu, dan Yang melarangmu akan sesuatu serta memberi nasihat kepadamu melalui firmanNya. Dan hendaknya ketika membaca ayat tentang tauhid dan tamjiid maka penuhilah hatimu dengan pengagungan kepada Allah dan Ta’dhiim kepadaNya. Dan ketika membaca ayat yang berisi janji dan ancaman maka penuhilah hati dengan perasaan takut dan harap kepadaNya. Dan ketika membaca ayat tentang perintah Nya dan besarnya kekuasaanNya, maka penuhilah hati dengan perasaan banyaknya kekurangan yang telah diperbuat dan perlu meminta ampun kepadaNya. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Al-Qur’an adalah laksana lautan yang sangat luas, dimana dari dalamnya akan keluar mutiara ilmuyang sangat berharga dan jalan kepada kefahaman. Maka barang siapa yang telah dibukakan jalan kefahaman maka akan abadilah keterbukaan hatinya dan akan sempurnalah nuurnya dan akan menjadi luas ilmunya, maka baginya tidak akan berpaling darinya / Al-Qur’an baik siang maupun malam karena sungguh ia telah sampailah ia akan tujuannya dan sungguh telah mendapatkan apa yang dicarinya. Dan yang demikian ini lah sifat dari murid yang benar / shidiq

Telah berkata Syaikh Abu Madyan RA. “Belumlah sempurna seorang murid dalam ke-muridannyasehingga ia mendapati da dalam Al-Qur’an apa-apa yang ia inginkan.

Dan wajib bagi kamu untuk menghafal beberapa surah dan ayat memang telah diterangkan di dalam sunnah akan keutamaannya, diantaranya engkau membacanya pada tiap malam Alif Laam Miim –Sajjdah- dan tabaarokal mulku, dan surah waqiah dan AmanaRrosuuluhingga akhir surah, dan surrah Ad-Dukhoon pada malam senin dan Jum’at, dan surah Kahfi pada hari Jum’at beserta malamnya, dan jika memungkinkan maka bacalah beberapa surrah munjiyaat yang tujuh pada tiap-tiap malam, maka yang demikian ini adalah keutamaan yang sangat besar. Dan juga diantaranya hendaklah engkau baca pada waktu pagi dan sore hari yaitu awwalnyasurah Hadiid dan akhir surat Chasyr, dan surah Al-Ikhlash, dan Muawwidzatain masing-masing tiga kali, dan demikian pula engkau baca surah Al-Ikhlash dan Muawwidzatain ketiak hendak tidur beserta ayat kursy dan Kul Yaa ayyuhal kaafiruun, dan jadikan ia kalimat yang terakhir yang engkau ucapkan. –Dan Allahlah yang berfirman dengan kebenaran, dan Ia lah yang menunjukkan kepada jalan kebenaran..

KITAB RISALAH AL MUAWANAH FASAL 4: PENGISIAN WAKTU LUANG MU

(SAYIID ABDULLAH AL HADDAD TOKOH  TAREKAT BA’ ALAWI AL HADDAD)
Dan wajib bagi kamu sekalian untuk memakmurkan segenap waktumu dengan berbagai macam amal ibadah sehingga tidak ada waktu yang kosong baik malam maupun siang kecuali engkau isi dengan berbagai amal kebajikan. Maka dengan demikianakan terlihatlah bagimu berkah waktumu dan akan menghasilkan faidah yang besar dari umurmu, dan kelanggenganmu dalam menghadap kepada Allah Ta’ala. Dan seyogyanya engkau jadikan waktu tersendiri untuk kebiasanmu sehari-hari seperti makan dan minum dan pergi bekerja. Dan waktumu adalah umurmu, dan umurmu adalah modal hidupmu dan dengan waktumu itulah engkau mulai berniaga-untuk akhirat yang akan mengantarkanmu kepada kebahagiaan yang abadi di dalam kedekatan dengan Allah. Maka setiap nafas dari seluruh nafas adalah mutiara yang tidak terhitung nilainya, dan apabila telah leway –nafas itu- maka tidak ada gantinya. Dan tidak seharusnya engkau menggunakan seluruuh waktumu dengan hanya satu iwirid meskipun wirid tersebut ttermasuk wirid yang utama. Karena yang demikian itu akan menghilangkan berkahnya banyaknya bilangan bermacam-macam wirid.. karena pada setiap wirid mempunyai efek sendiri-sendiri di dalam hati. Dan mempunyai nuur dan keistimewaan tersendiri dari Allah. Dan ketahuilah sesungguhnya bagi tiap-tiap wirid memiliki bekas yang bermacam-macam yang berguna untuk membersihkan hati dan memperbaiki tingkah laku lahiriah , dan jika engkau tidak termasuk orang ayng dapat mencurahkan semua waktumu untuk melakukan wirid, maka pilihlah pada waktu-waktu yang khusus/tertentu dan engkau bayar pada waktu yang lain apabila engkau sempat meninggalkannya –pada wakut yang telah ditentukan tersebut, yang demikian ini untuk mendidik nafsu dalam berdisiplin menjaga amalan wirid tersebut.

Sayyidy Syaikh Abdurrahman as-Saqaf telah berkata,”man lam yakun lahu wirdun fahuwa qirdun yang artinya-barang siapa yang tidak memiliki wirid maka ia tak ubahnya seperti kera-. Dan telah berkata sebagian orang ‘aarfiin (orang yang sangat mengenal Allah) , “Al-Waarid (sesuatu yang datang dari Allah – seperti ilham dll) itu tergantung dari Wirid. Maka barang siapa yang tidak memiliki Wirid pada dhahiriahnya, maka tidak akan ada wariidpada bathiniahnya/sirrnya. Dan wajib bagimu untuk selalu jujur dan selalu adil dalam segala hal dan laksanakanlah amal yang sekiranya engkau dapat melanggengkannya / mudawwamah dan sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW amal yang paling disenangi/dicintai Allah adalah yang terus menerus meskipun hanya sedikit. Dan RasuluLlah SAW juga telah bersabda ambilah dari amal apa yang engkau rasa mampu kaena sesungguhnya Allah tidak akan berpaling hingga mereka berpaling. Dan sebagian dari kebiasaan syaithan dala menipu murid/orang yang sedang belajar menempuh jalan Allah, adalah mengajak mereka bergegas melakukan amal yang banyak dan tujuan syaithon dari yang demikian ini adalah agar kelak mereka)para murid) meninggalkan amal baik tersebut pada akhirnya, atau melakukannnya akan tetapi tidak sesuai dengan tuntutanyang seharusnya. Maka kemudian dari beberapaa aurad / wirid /zikir, yang dapat engkau lakkukan adalah memperbanyak shalat sunah, membaca Al-Qur’an, atau membaca ilmu, atau bertafakur. Kemudian kami terangkan beberapa adab, oleh karena itu seyogyanya bagi kamu memiliki wirid semisal shalat sunnah sebagai tambahan dari shalat-shalat sunah yang lain, yang ditentukan waktunya dan di dikira kirakan jumlahnya sekiranya akan dapat dilakukan secara terus menerus. Dan sungguh sebagian para Ulama salafushalih rahimahumuLlaahtelah melaksanakan shalat dalam sehari semalam sebanyak 1000 reka’at seperti Imam Ali bin Husein ra. Dan sebagian dari mereka ada yang melaksanakan 500 reka’at, ada yang melaksanakan 300 reka’at dan lain sebagainya.

Dan ketahuilah sesungguhnya di bagi amalan shalat ada benytuk lahir danhakekat bathinnya. Dan tiadalah shalat itu dihargai oleh Allah, hingga disempurnakan amaliahn lahiriahnya dan hakikat bathiniahnya. Adapun kesempurnaan bentuk shalat adalah kesempurnaan rukun-rukunnya, dan etika/adab lahiriah dari berdirinya, pembacaan Al-Qur’annya, dan ruku’ dan sujud dan tasbih dan sebagainya. Adapun hakekatnya adalah hadir bersama Allah, ikhlasnya niat, dan menjadikan Allah sebagai tujuan dan menghadap dengan kesungguhan kepada Allah demikian juga segenap hatinya ditujukan kepada Allah, dan hendaknya pikirannya di dikonsentrasikan / tidak banyak memikirkan sesuatu maka dirinya tidak bercakap-cakap dengan selain perkara shalat. Dan seyogyanga beradab sebagimana adabnya orang yang sedang bermunajat/berbisik-bisik dengan Tuhannya . telah bersabda RasuluLlah SAW, “sesunggunya orang yang shalat adalah orang yang seaedng bermunajat kepada Tuhannya. . dan Nabi SAW telah bersabda, “apa bila seorang hamba berdiri melaksanakan shalat, maka sesungguhnya Allah berhadapan dengan nya dengan wajahNya . dan sebaiknya ia tidak melaksanakan shalat shalat sunnah yang lain segingga ia telah melaksanakan amal sunnah yang telah dianjurkan oleh Nabi SAW secara sempurnna , diantara shalat sunnah yang dianjurkan itu aantara lain beberapa rekaat sebelum shalat maktubah/shalat wajib yang 5 waktu ataupun beberapa rekaat sedudahnya, dan diantaranya juga shalat witir yang termasuk shalat sunnah muakkad bahkan sebagian ulama mewajibkannya. RasuluLlah SAW telah bersabda.-Sesungguhnya Allah Ta’ala Iganjil dan senang dengan yang ganjilmaka berwitirlah kamu semua wahai ahli Al-Qur’an. Dan RasuluLlah SAW bersabda sesungguhnya witir adalah sesuatu yang haq/benarmaka barang siapa yang tidak berwitir maka bukanlah golongan kami. Dan banyaknya bilangan reka’at shalat witir adalah 11 reka’at sedangkan yang paling sedikit adalah hendaklah meringkas sampai tiga reka’at adapun pengerjaannya adalah pada akhir waktu malam bagi orang yang membiasakan diri mengerjakan shalat malam. RasuluLlah SAW bersabda Jaadikanlah akhir shalat kamu sekalaian dengan shalat witir. Dan bagi orang yang tidak memiliki kebiasaanmegerjakan shalat malam / qiyamul lail maka lebih utama mengerjakannya setelah habis shalat Isya .

Dan termasuk shalat sunah yang dianjurkan Nabi SAW adalah shalat dhuha dan dia/shalat dhuha adalah shalat yang banyak sekali manfaat dan barokahnya. Banyaknya bilangan reka’at adalah 8 reka’at dan ada pula yang mengatakan 12 reka’at. Dan paling sedikitnya adalah 2 rekaat. Telah bersabda RasuluLlah SAW hendaklah kamu sekalian menjadikan seluruh anggota badan sebagai sedekah. Maka sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, dan setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, dan setiap takbir adalah sedekah, dan setiap amar ma’ryf adalah sedekah, dan nahi mungkar adalah sedekah. Dan telah mencukupi dari yang demikian itu semua 2 reka’at yang dilakukan pada waktu dhuha.Dan tremasuk shalat yang dianjurkan adalah shalat antara Maghrib dan Isya’. Adapun banyaknya adalah 20 rekaat, dan yang sedang adalah 6 reka’at. RasuluLlah SAW telah bersabda Barang siapa yang megerjakan shalat 2 reka’at antara dua Isya’ maka Allah akan membangunkan baginya rumah di dalam surga. Dan RasuluLlah bersabda Barang siapa mengerjakan shalat sunah setelah maghrib 6 reka’at dimana diantara keduanya dia tidak bercakap-cakap dengan sesuatu yang buruk maka yang demikian itu menyamai baginya dengan beribarah selama 12 tahun dengan menghidupkan saat antara maghrib dan isya’. Dan sungguh telah datang banyak keterangan tentang fadhilah atau keutamaan shalat diantara Maghrib dan Isya’ dan akan mencukupililah keterangan berikut ini yaitu bahwasanya Ahmad bin Abil Hawary ketika bermusyawarah dengan syaikhnya Abaa Sulaiman RohimahumaLlooh, apakah lebih baik ia berpuasa pada siang hari ataukah mendirikan shalat diantara waktu maghrib dan isya’, maka syaikh Abaa Sulaiman berkata, “kumpulkanlah keduanya-artinya laksanakan keduanya-. “. Kemudian ia bertanya lagi, “aku tidak mampu melaksanakan keduanya, karena apabila aku berpuasa maka aku akan disibukkan dengan berbuka puasa pada saat itu”. Maka Syaikh Abaa Sulaiman menjawab, ” jikalau engkau tidak mampu untuk mengumpulkan keduanya, maka tinggalkanlah puasa dan hidupkanlah shalat diantara dua ‘Isya’ (antara maghrib dan isya’)”. Sayyidatina ‘Aisyah RA berkata, “tidaklah masuk RasuluLlah SAW ke kediaman saya setelah shalat Isia’ yang akhir kecuali beliau SAW melaksanakan shalat empat reka’at atau enam reka’at dan Beliau SAW bersabda, “empat reka’at yang demikian telah menyamai daripada Lailatul Qadar. Dan suatu keharusan bagi kamu untuk mengerjakan Shalatul Lail/Shalat malam , sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW, “Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam”. Dan bersabda RasuluLlah SAW, “Keutamaan shalat malam dibandingkan dengan shalat pada waktu siang hari adalah seperti kelebihannya sedekah secara tersembunya dibanding dengan sedekah secara terang-terangan”. Dan telah datang keterangan yang menyebutkan bahwa keutamaan sedekah secara tersmbunyi dibanding dengan sedekah secara terang-terangan adalah berlipat 70 lipatan dalam hal pahala dan keutamaannya. Telah bersabda RasuluLlah SAW, “Bagi kamu sekalian untuk mengerjakan shalat malam karena sesungguhnya shalat malam itu adalah amalan orang-orang shaleh sebelum kamu sekalian, dan tempat bermuqorrobah bagi kamu sekalian kepada Tuhanmu, dan saat bertafakur akan maksiyat yang dilakukan, dan membersihkan adri dos, dan penolak penyakit dari jasad kamu sekalian”.

Dan ketahuilah sesunggunya orang yang mendirikan shalat ba’dal Isya’ adalah sungguh telah menghidupkan seluruh malamnya. Dan telah terjadi pada sebagian Ulama salaf melaksanakan amalan shalat pada Awwal malam hari. Akan tetapi pengerjaannya pada saat setelah bangun tidur pada malam hari adalah lebih menghinakan syaithan dan menjadi perjuangan nafsu / mujahadatunnafsi dan sirr / rahasia yang sangat ‘aja’ib , dia itulah shalat tahajjud dimana Allah telah memerintahkan RasulNya SAW untuk mengerjakannya dengan firmannya, “Waminallaili fatahajjad bihii naafilatallak “. “Dan pada sebagian maalm maka bertahajudlah sebagai amalan sunnah bagi Kamu”. Dan sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai seorang hamba manakala ia bangun malam diantara keluarganya yang lain yang sedang tidur lalu ia mengerjakan shalat dan Allah memamerkannya kepada MalaikatNya dan Allah menghadapinya dengan WajahNya yang Mulia.

Dan ketahuilah sesungguhnya termasuk suatu keburukan apabila orang menginginkan Akhirat akan tetapi meninggalkan shalat malam. Maka bagaimana ? bahwa seorang murid-orang yang menginginkan sampai kepada Allah- bahwa ia senantiasa mengharapkan tambahan rahmat pada setiap waktunya, telah bersabda RasuluLlah SAW, “Sesungguhnya pada setiap malam ada suatu saat yang apabila seorang hamba menjumpai saat itu kemudian ia meminta suatu kebaikan kepada Allah tentang urusan dunia maupun akhirat melainkan Allah akan memberikannya, dan yang demikian itu terjadi setiap malam HR Muslim. Dan pada sebagian kitan Allah yang diturunkan, Allah Ta’ala berfirman, “sungguh telah bohong orang yang mengaku mencintaiKu, apabila malam telah larut lantas ia tertidur dariKu. Bukankah setiap orang yang mencintai akan selalu ingin bersendirian dengan yang dicintainya”.Syaikh Ismail bin Ibrahim AL-Jibraani rahimahuLloohu berkata, “semua kebaikan akan terkumpul semuanya pada waktu malam”-tentu saja apabila digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT-. RasuluLlah SAW bersabda yang artinya, “sesungguhnya Allah Ta’ala turun paad tiap-tiap malam ke langit dunia ketika malam tinggal sepertiganya yang akhir. Maka Allah Ta’ala berifrman, ‘Adakah yang berdo’a akan sesuatu niscaya akan ijabahi, dan adakah yang meminta ampunan kepadaKu maka akan Aku ampuni, dan adakah yang meminta sesuatu niscaya akan Aku beri, dan adakah orang yang bertaubat maka akan Aku beri taubat kepadanya yang demikian itu hingga terbit fajar”. Dan bagi orang yang ‘Aarif biLlah pada mendirikan shalat malam terdapat / merupakan tempat turunnya rahmat Allah / manziilaat yang sangat mulia, yang banyak sekali dan beberapa kehebatan rasa (Dzauq) yang sangat lembut yang dapat mereka rasakan di dalam hati mereka akan ni’matnya berdekatan dengan Allah dan lezatnya bersama-sama Allah dan manisnya bermunajah dan indahnya bercakap-cakapkepada Allah / Muhadastah. Sebagian dari mereka / Aarifuu berkata, “seandaina ahli surga merasakan apa yang kami rasakan niscaya mereka merasakan hidup yang sangat menyenangkan”. Dan sebagian dari mereka Arifuun berkata, “sesungguhnya Ahlullail-orang yang ahli menghidupkan malamnya untuk beribadah kepada Allah-dalam menikmati malamnya seperti Ahlullahwi-orang yang senang bersendau gurau- dalam menikmati sendau guraunya”. Dan berkata sebagian dari mereka para Arifuun, “semenjak empat puluh tahun tidak ada sesuatu yang mengecutkan hatiku kecuali munculnya fajar”. Tentu saja nilmat yang demikian ini tidak akan terjadi kecuali setelah melalui usaha yang terus menerus dan menanggung penderitaan yang berat dalam menghidupkan ibadah di waktu malam, sebagaimana yang dikatakan oleh Utbatul Ghulamtelah datang malam selama dua puluh tahun dan selama itu pula aku merasakan kenikmatan”

(Dan jika apa yang harus di laksanakan untuk mendirikan shalat malam/ibadah malam hari dan berapa reka’at sebaiknya shalat malam dilakukan ?). maka ketahuilah sesungguhnya RasuluLlah SAW tidak mengajarkan dalam shalat tahajud akan bacaan surah-surah tertentu, akan tetapi baik juga dilakukan dengan membacanya sedikit demi sedikit ketika berdiri melakukan shalat sehingga dapat khatam dalam satu bulan, atau kurang atau lebih tergantung dari kemampuan. Adapun bikangan reka’at maka banyaknya adalah sebagaimana RasuluLlah SAW mendirikan shalat malam yaiut 13 reka’at, dan yang sedang bisa 9 atau 7 reka’at. Akan tetapi kebanyakan yang diajarkan adalah 11 reka’at . dan disunahkan ketika bangun dari tidur hendaklah engkau mengusap wajah dengan tangan seraya mengucapkan kalimat, “AlhamduliLlaahilladzii ahyanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaiHinnusyuur”. Yang artinya, “Segala puji bagi Allah yang telah manghidupkan aku setelah kematianku dan kepadaNyalah tempat kembali”. Dan kemudian membaca Inna fii kholqissamaawaati wal ardhi wakhtilaafillaili wannahaari la aayaatill li ulul albaab……dan seterusnya sampai akhir surah.
Kemudian setelah itu bangun dari tepat tidur lalu ber wudhu dengan wudhu yang sempurna, kemudian shalat dua rekaat secara ringkas (tidak terlalu panjang) syukril wudhu, kemudian shalatlah setelah itu delapan reka’at dengan memanjangkannya, dengan salam pada setiap dua reka’at atau setiap empat reka’at, atau sekaligus delapan reka’at dengan satu salam. Dan apabila masih dirasa mampu, maka berdirilah mengerjakan shalat sunah menurut kemampuanmu, kemudian shalatlah tiga reka’at dengan niat mengerjakan shalat witir dengan sekali salam atau dua kali salam. Dan bacalah pada reka’at awwal surah Sabbihisma Robbikal A’la, dan reka’at ke dua surah Qulyaa ayyuhal kaafiruun, dan reka’at yang ke tiga surah Ikhlash dan Muawwidzatain

KITAB RISALAH AL MUAWANAH FASAL 3: MURAQABAH KEPADA ALLAH

(SAYIID ABDULLAH AL HADDAD TOKOH  TAREKAT BA’ ALAWI AL HADDAD)
Dan wajib bagi kamu wahai saudaraku untuk selalu bermuroqobah kepada Allah Ta’ala dalam segala gerak dan diammu dan pada setiap kedipan matamu dan pada setiap kehendakmu dan gurisan hatimu dan dalam segala Keadaanmu dan kesadaranmu akan kedekatanNya kapadamu dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Dia selalu melihat dirimu dan mengetahui segala ihwalmu dan tidak ada yang tersembunyi bagiNya segala sesuatu yang ada pada dirimu meskipun hanya sebesar zarrah baik itu di bumi maupun di langit . dan jikalaupun engkau mengeraskan suaramu ataupun melembutkannya maka sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala sesuatu yang sangat samar dan tersembunyi. Dan Dia selalu bersamamu di mana saja kamu berada dengan ilmuNya dan peliputanNya Jika engkau termasuk orang yang bagus, maka malulah kepada Tuhanmu dengan sebenar-benarnya malu dan bersungguh-sungguhlah agar Ia tidak meluhatmu pada tempat yang sekiranya Dia melarangmu, Dan berusahalah selalu Ia mendapatimu ketika Ia memerintahkan sesuatu kepadamu. Dan sembahlah Ia seakan-akan engkau melihatNya dan manakala engkau jumpai dirimu merasa malas mengerjakan ketaatan kepadaNya atau condong kepada bermaksiyat kepadaNya maka ingatlah bahwa sesungguhnya Allah mendengarmu dan melihatmu dan mengetahui rahasiamu dan ketersembunyianmu.

Apabila hal yang demukian belum berhasil membangkitkan semangatmu untuk ta’at kepadaNya disebabkan karena sedikitnya ma’rifatmu kepadaNya akan kebesaran Allah, maka ingatlah akan adanya dua malaikat yang sangat mulia yang keduanya mencatat kebaikan dan keburukan amal. Apabila yang demikian itu masih belum memberikan efek, maka langkah selanjutnya adalah ingatlah akan dekatnya mautatau kematian dimana maut adalah sesuatu yang paling dekat diantara yang terdekat yang selalu menanti dirimu dan takutlah akan hal yang demikian. Apabila pentakutan yang demikian ini belum juga berhasil menggerakkan dirimu untuk ta’at kepada Allah maka peringatkanlah dirimu dengan janji-janji Allah yang akan diberikan kepada orang yang ta’at kepadaNya dari beberapa pahala yang sangat besar dan ingatlah juga akan janjiNya yang disediakan bagi orang-orang yang durhaka kepadaNya dari beberapa azab yang sangat menyaktkan dan katakanlah kepada dia (nafsumu) wahai nafsu, tidak ada sesuatu setelah kehidupan dunia kecuali surga atau neraka., maka pilihlah untuk dirimu sendiri jika engkau menginginkan ta’at maka akibatnya adalah keselamatan dan keridhoan dari Allah dan abadi dalam kenikmatan surga dan memandang kepada wajah Tuhanmu yang maha Mulia. Dan jika engkau menginginkan yang lain maka bermaksiyatlah kepada Allah maka akhir yang akan engkau dapatkan adalah kehinaan dan kemarahan dari Tuhanmu dan tinggal abadi di dalam neraka. Jika yang demikian ini telah engkau lakukan maka akan hilanglah keinginan nafsumu untuk berdiam diri tidak melakukan ta’at kepada Tuhannya. Maka sesungguhnya yang demikian ini merupakan obat yang sangat bermanfaat bagi hati yang mengalami sakit . selanjutnya jika hatimu telah sadar bahwa Allah Ta’ala selalu melihatmu maka hatimu akan merasa malu untuk berlawanan dengan kehendaknya dan hatimu akan membimbngmu untuk ta’at kepadaNya dan yang demikian ini hatimu telah mulai bermuroqobah kepadaNya.

Dan ketehuilah sesungguhnya muroqobahadalah termasuk mqoomqt/kedudukan yang sangat mulia d dan termasuk kedudukan yang tinggi dan setinggi-tingginya derajad dan dia/muroqobahadalah maqom ihsan dimana RasuluLlah SAW telah memberi isyarat dalam sabdanya bahwa Al-ihsan adalah apabila engkau menyembahNya seakan-akan engkau melihatNya. Dan apabila engkau tidak dapat melihatNya maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Ia melihatmu. Dan setiap hamba yang beriman akan yakin dan percaya bahwa bagi Allah tidak ada sesuatupun yang tersembunyi baik di langit maupun yang di bumi dan mereka mengetahui bahwa Allah selalu menyertainya di mana saja, dan tidak ada yang tersembunyi bagi Allah dari segala gerak dan diamnya seorang hamba. Akan tetapi buah yang sedemikian ini akan dapat diperoleh dengan jalan mula-mula ia tidak melakukan amal perbuatan antara ia dengan Allah yang menyebabkan ia malu apabila amal ada orang saleh melihat apa yang ia lakukan tersebut . dan yang sedemikian ini adalah perbuatan yang mulia, dan dibalik semuanya adalah lebih mulia lagi, saampai seorang hamba hingga pada akhir umurnya tenggelam ke dalah HadratuLlah Ta’ala dan dia hilang/fana dari yang selain Allah. Dan sungguh baginya telah hilang pandangannya akan semua makhluk dikarenakan terpananya pandangannya kepada kebesaran Allah yang Maha Haq. Dan ia telah benar keyakinannya dihadapan Sang Raja yang maha kuasa. Dan wajib untukmu wahai saudaraku untuk selalu memperbaiki daen memperbagus bathiniahmiu agar lebih baik daripada lahiriahmu. Yang demikian itu dikarenakan bahwa yang bathiniah adalah tempat Allah melihat seorang hamba sedangkan lahiriah adalah tempat yang dilihat makhluk. . dan apa yang dijelaskan Allah di dalam kitabnya yang mulia / Al-Qr’an tentang masalah lahir dan bathin, maka Allah lebih mula menyebutkan kata bathin daripada lahir –berarti bathin lebih utama- sebagaimana do’a RasuluLlah SAW Yaa Allah jadikanlah bathiniahku lebih baik dari lahiriahku, dan jadikanlah lahiriahku dalam keadaan bagus. Dan manakala bagus bathiniah, maka akan bagus jugalah keadaan lahiriah tidak boleh tidak. Karena sesungguhnya yang lahir selamanya mengikuti yang bathin dalam hal baik dan buruknya. RasuluLlah SAW telah bersabda sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal darah, apabila ia baik maka baiklah seluruh jasad, dan apabila ia buruk maka akan buruklah seluruh jasad. Ketauhilah sesungguhnya dia adalah hati.

Dan ketahuilahapabila ada seseorang yang mengaku /mendakwakan bahwa kondisi bathinnya telah bagus akan tetapi lahiriahnya rusak dengan meninggalkan ketaatan kepada Allah, maka apa yang ia dakwakan tersebut adalah bohong belaka. Dan barang siapa yang bersungguh-sungguh memperbaiki/membeguskan lahiriahnya dengan mempercantik penampilannya, pembicaraannya, demikian juga mempercantik gerak geriknya , dan cara duduknya , dan cara berdirinya, dan cara ia berjalan, akan tetapi ia membiarkan bathiniahnya dalam keadaan yang buruk dengan akhlak yang buruk pula serta dengan tabiat yang kotor, maka ketahuilah bahwa ia termasuk min ahlil Tashonnu’ /orang ayng suka di buat-buat dalam hal tingkah lakunya,dan termasuk orang yang riya’ dan orang yang termasuk berpaling dari Tuhannya. Maka takulah wahai saudaraku jika engnkau menutupi / menyembunyikan sesuatu apabila orang banyak mengetahuinya niscaya engkau akan malu. Sebagian orang arifiinberkata Seorang Sufi belum termasuk golongan para Sufi hingga seandainya seluruh isi hatinya ditaruh dalam sebuah nampan dan di perlihatkan di tengah pasar maka ia tidaklah malu jika semua orang melihat isinya. Jiak engkau tidak mampu membuat bathinmu lebih baik daripada lahiriahmu, maka usahakan agar keduanya sama antara lahir dan bathinnya , maka apa yang engkau lakukan dalah hal melaksanakan perintahNya dan menjauhi larangannNya dan dalam mengagungkanNya, dan usahamu mencari keridhoanNya , semua itu dalam keadaan sama (antara lahirr dan bathinnya). Dan apa yang disampaikan ini adalah langkah awal bagi orang yang melangkah jalan ma’rifatyang khos maka ketahuilah yang demikian itu semoga Allah selalu memberi taufik.