Jumat, 18 Januari 2013

FUTUHUL GHAIB KE 45 DUA MACAM MANUSIA : (SYAIKH ABDUL QADIR AL JILANI)



AJARAN KEEMPAT PULUH LIMA

DUA MACAM MANUSIA

Ketahuilah bahawa ada dua macam manusia. Yang pertama ialah manusia yang dikurniai kebaikan-kebaikan duniawi. Yang kedua ialah manusia yang diuji dengan ketentuan-Nya. Manusia yang mendapatkan kebaikan duniawi, tak bebas dari noda dosa dan kegelapan dalam menikmati yang mereka dapatkan itu.

Manusia semacam itu bermewah-mewah dengan kurnia duniawi ini. Bila ketentuan Allah datang, yang menggelapi sekitarnya melalui aneka musibah yang berupa penyakit, penderitaan, kesulitan hidup, sehingga ia hidup sengsara, dan tampak seolah-olah ia tak pernah menikmati sesuatu pun. Ia lupa akan kesenangan dan kelazatannya. Dan jika kecerahan menimpanya, maka seolah-olah ia tak pernah mengalami musibah. Sedang jika ia mengalami musibah, maka seolah-olah tiada kebahagiaan. Semua ini disebabkan oleh pengabdian terhadap Tuhannya.

Nah, jika ia telah tahu bahawa Tuhannya sepenuhnya bebas bertindak sekehendak-Nya, mengubah, memaniskan, memahitkan, memuliakan, menghinakan, menghidupkan, mematikan, memajukan dan memundurkan - jika ia telah tahu semua ini, maka ia tak merasa bahagia di tengah-tengah kebahagiaan duniawi dan tak merasa bahagia di tengah-tengah kebahagiaan duniawi dan tak merasa bangga kerananya, juga tak berputus asa akan kebahagiaan di kala duka. Perilaku salahnya ini disebabkan juga oleh ketaktahuannya akan dunia ini, yang sebenarnya tempat ujian, kepahitan, kejahilan, kepedihan dan kegelapan. Jadi kehidupan duniawi itu bak pohon gaharu, yang rasa pertamanya pahit, sedang rasa akhirnya manis seperti madu, dan tiada seorang pun dapat merasakan manisnya, sebelum ia merasakan pahitnya. Tak seorang pun dapat mengecap madunya, sebelum ia tabah atas kepahitannya. Maka, barangsiapa tabah atas cubaan-cubaan duniawi, maka ia berhak mengecap rahmat-Nya.

Tentu, seorang pekerja mesti diberi upah setelah keningnya berkeringat, tubuh dan jiwanya letih. Maka, bila orang telah merasa semua kepahitan ini, maka datang kepadanya makanan dan minuman lazat, pakaian yang bagus dan kesenangan meski sedikit. Jadi, dunia adalah sesuatu, yang bahagian pertamanya ialah kepahitan, bagai pucuk madu di sebuah bejana yang berbaur dengan kepahitan, sehingga si pemakan tak mungkin mencapai dasar bejana, dan yang dimakannya hanyalah madu murninya sampai ia mengecap pucuknya.

Nah, bila hamba Allah telah berupaya keras menunaikan perintah Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, menjauh dari larangan-Nya, dan pasrah kepada-Nya, maka bila ia telah merasa kepahitannya, menahan bebannya, berupaya melawan kehendaknya sendiri dan mencampakkan maksud-maksud peribadinya, maka Allah mengurniainya, sebagai hasil dari ini, kehidupan yang baik, kesenangan, kasih-sayang dan kemuliaan. Maka menjadilah Ia walinya dan menyuapinya persis seperti seorang bayi yang disuapi, yang tak berdaya, yang tak berupaya keras di dunia ini dan di akhirat, yang juga seperti pemakan pucuk pahit madu yang mengecap dengan lahapnya bahagian bawah isi bejana. Nah, patutlah bagi sang hamba yang telah dikurniai oleh Allah, untuk tak merasa aman dari cubaan-Nya, untuk tak merasa yakin akan kekekalannya, agar tak lupa bersyukur atasnya. Nabi Suci saw. berkata:

"Kebahagiaan duniawi merupakan sesuatu yang ganas; maka jinakkanlah ia dengan kesyukuran."

Jadi, mensyukuri rahmat bererti mengakui sang Pemberinya, Yang Maha pemurah, iaitu Allah, senantiasa mengingatnya, tak mengklaim atas-Nya, tak mengabaikan perintah-Nya, dan diiringi dengan penunaian kewajiban terhadap-Nya, yakni mengeluarkan zakat, membersihkan diri, bersedekah, berkorban sebagai nazar, meringankan beban penderitaan kaum lemah dan membantu mereka yang memerlukan , yang mengalami kesulitan dan yang keadaannya berubah dari baik menjadi buruk, iaitu, yang masa-masa bahagia dan harapannya telah berubah menjadi kedukaan. Bersyukurnya anasir tubuh atas rahmat berupa digunakannya anasir tubuh itu untuk menunaikan perintah-perintah Allah dan mencegah diri dari hal-hal yang haram, dari kekejian dan dosa.

Inilah cara melestarikan rahmat, mengairi tanamannya dan memacu tubuhnya dedahanan dan dedaunannya; mempercantik buahnya, memaniskan rasanya, memudahkan penelanannya, mengenakkan pemetikannya dan membuat rahmatnya mewujud di seluruh organ tubuh lewat berbagai tindak kepatuhan kepada-Nya, seperti lebih mendekatkan diri kepada-Nya dan senantiasa mengingat-Nya, yang kemudian memasukkan sang hamba, di akhirat, ke dalam kasih-sayang-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, dan menganugerahinya kehidupan abadi di taman-taman syurga bersama dengan para Nabi Suci, shiddiq, syahid dan shalih - inilah suatu kebersamaan yang indah.

Namun, jika tak berlaku begini, mencintai keindahan lahiriah kehidupan semacam itu, asyik menikmatinya dan puas dengan gemerlapnya fatamorgananya, yang kesemuanya bagai embusan sepoi angin dingin di pagi musim panas, dan bagai lembutnya kulit naga dan kalajengking; dan menjadi lupa akan bisa mautnya dan tipuannya - kesemuanya ini akan menghancurkannya - orang seperti itu mesti diberi khabar-khabar gembira tentang penolakan, kehancuran yang segera, kehinaan di dunia ini dan siksaan kelak dalam api neraka nan abadi.

Cubaan atas manusia - kadang berupa hukuman atas pelanggaran terhadap hukum dan atas dosa yang telah diperbuatnya. Kadang berupa pembersihan noda, dan kadang pula berupa pemuliaan maqam ruhani manusia, yang baginya rahmat Tuhan semesta terkurniakan sebelumnya, yang melalukannya dari bencana dengan kelembutan, sebab cubaan semacam itu tak dimaksudkan untuk menghancurkan dan mencampakkannya ke dasar neraka, tapi, dengan begini, Allah mengujinya untuk dipilih dan mewujudkan darinya hakikat iman, mensucikannya dan bersih dari kesyirikan, kebanggaan diri, kemunafikan, dan membuat kurnia cuma-cuma, sebagai pahala baginya, dari berbagai pengetahuan, rahsia dan nur.

Nah, bila orang ini menjadi bersih ruhani dan jasmani, dan hatinya menjadi suci, bererti Ia telah memilihnya di dunia ini dan di akhirat - di dunia ini yakni melalui hatinya, sedang di akhirat yakni melalui jasmaninya. Maka segala bencana menjadi pencuci noda kesyirikan dan pemutus hubungan dengan manusia, sarana duniawi dan dambaan-dambaan, dan menjadi pelebur kesombongan, ketamakan dan harapan akan imbalan syurga atas penunaian perintah-perintah.

Cubaan yang berupa hukuman menunjukkan adanya kekurang sabaran atas cubaan-cubaan ini, dengan mengaduh dan mengeluh kepada orang. Cubaan yang berupa penyucian dan penyirnaan kelemahan menunjukkan maujudnya kesabaran, ketak-mengeluhan kepada sahabat dan tetangga, penunaian perintah-perintah, ketak engganan dan kepatuhan. Cubaan yang berupa pemuliaan maqam menunjukkan adanya keredhaan, kedamaian dengan kehendak Allah, Tuhan bumi dan langit, dan penafian diri sepenuhnya dalam cubaan ini, hingga saat berlalunya.

Senin, 14 Januari 2013

KISAH HIKMAH MALAM JUMAAT SALIH AL MAZI


Pada suatu malam bertepatan malam Jumaat Salih Al Mazi pergi ke masjid jamik untuk mengerjakan solat subuh.

Kebiasaannya ia berangkat awal sebelum masuk waktu subuh dan melalui sebuah pekuburan. Di situ Salih duduk sekejap sambil membaca apa-apa yang boleh mendatangkan pahala bagi ahli kubur memandangkan waktu subuh masih lama lagi.

Tiba-tiba dia tertidur dan bermimpi melihat ahli-ahli kubur keluar beramai-ramai dari kubur masing-masing. Mereka duduk dalam kumpulan-kumpulan sambil berbual-bual sesama mereka. Al Mazy ternampak seorang pemuda ahli kubur memakai baju kotor serta tidak berkumpul dengatn ahli-ahli kubur yang lain. Dia duduk seorang diri di tepi kuburnya dengan wajah murung, gelisah kerana sedih.

Tidak berapa lama kemudian datang malaikat membawa beberapa talam yang ditutup dengan saputangan. Seolah-olah seperti cahaya yang gemerlapan. Malaikat mendatangi para ahli kubur dengan membawa talam-talam itu, tiap seorang mengambil satu talam dan dibawanya masuk ke dalam kuburnya. Semua ahli kubur mendapat satu talam seorang sehingga tinggallah si pemuda yang kelihatan sedih itu seorang diri tidak mendapat apa-apa. Dengan perasaan yang sedih dan duka dia bangun dan masuk semula ke dalam kuburnya.

Tapi sebelum dia masuk Al Mazy yang bermimpi segera menahannya untuk bertanyakan keadaannya. “Wahai hamba Allah ! Aku lihat engkau terlalu sedih mengapa ?” tanya Salih Al Mazy.

“Wahai Salih, adakah engkau lihat talam-talam yang dibawa masuk oleh malaikat sebentar tadi?” tanya pemuda itu.

“Ya aku melihatnya. Tapi apa benda di dalam talam-talam itu ?” tanya Al Mazy lagi.

Si pemuda menerangkan bahwa talam-talam itu berisi hadiah orang-orang yang masih hidup untuk orang-orang yang sudah mati yang terdiri dari pahala sedekah, bacaan ayat-ayat suci Al Quran,bacaan Ratib-Ratib dan doa. Hadiah-hadiah itu selalunya datang setiap malam Jumaat atau pada hari Jumaat.

Si pemuda kemudian menerangkan tentang dirinya dengan panjang lebar. Katanya dia ada seorang ibu yang masih hidup di alam dunia bahkan telah berkahwin dengan suami baru.Akibatnya dia lupa untuk bersedekah untuk anaknya yang sudah meninggal dunia sehingga tidak ada lagi orang yang mengingati si pemuda. Maka sedihlah si pemuda setiap malam dan hari jumaat apabila melihat orang-orang lain menerima hadiah sedangkan dia seorang tidak menerimanya.

Al-Mazy sangat kasihan mendengarkan cerita si pemuda. lalu ia bertanya nama dan alamat ibunya ia dapat menyampaikan keadaan anaknya. Si pemuda menerangkan sifat2 ibunya. Kemudian Al Maizy terjaga.

Pada sebelah paginya Al Maizy terus pergi mencari alamat ibu pemuda tersebut. Setelah mencari kesana kemari beliaupun berjumpa ibu si pemuda tersebut lantas menceritakan perihal mimpinya. Ibunya menangis mendengar keterangan Al maizy mengenai nasib anaknya yang merana di alam barzah. Kemudian ia berkata :”Wahai Salih ! Memang betul dia adalah anakku. Dialah belahan hatiku, dia keluar dari dalam perutku. Dia membesar dengan minum susu dari dadaku dan ribaanku inilah tempat dia berbaring dan tidur ketika kecilnya.”

Al Maizy turut sedih melihat keadaan ibu yang meratap dan menangis penuh penyesalan kerna tidak ingat untuk mendoakan anaknya selama ini. “Kalau begitu saya mohon minta diri dahulu.” kata Al maizy lalu bangun meninggalkan wanita tersebut. Tatkala dia cuba untuk melangkah si ibu menahannya agar jangan pulang dahulu. Dia masuk kedalam biliknya lalu keluar dengan membawa wang sebanyak seribu dirham. “Wahai Salih, ambil wang ini dan sedekahkanlah untuk anakku, cahaya mataku. Insya Allah aku tidak akan melupakannya untuk berdoa dan bersedekah untukya selama aku masih hidup.”

Salih Al Maizy mengambil wang itu Lalu disedekahkannya kepada fakir miskin sehingga tidak sesenpun dari seribu dirham itu yang tinggal. Dilakukannya semua itu sebagai memenuhi amanah yang diberi kepadanya oleh ibu pemuda tersebut.

Pada suatu malam Jumaat di belakang selepas itu, Al Maizy berangkat ke masjid jamik untuk solat jamaah. Dalam perjalanan sebagaimana biasa ia singgah di perkuburan. Di situlah ia terlena sekejap dan bermimpi melihat ahli-ahli kubur keluar dari kubur masing-masing. Si pemuda yang dulunya kelihatan sedih seorang diri kini keluar bersama-sama dengan memakai pakaian putih yang cantik serta mukanya kelihatan sangat bercahaya dan gumbira.

Pemuda tersebut mendekati Salih Al Maizy seraya berkata : “Wahai tuan Salih, aku ucapkan terima kasih kepadamu. Semoga Allah membalas kebaikanmu itu. Hadiah dari ibuku telah ku terima pada hari jumaat.” katanya lagi.

“Eh, Engkau boleh mengetahui hari Jumaat ?” tanya Al Maizy.

“Ya, Tahu.”

“Apa tandanya?”

“Jika burung-burung di udara berkicau dan berkata “Selamat selamat pada hari yang baik ini, yakni hari Jumaat.” Salih Al Maizy terjaga dari tidurnya. Ia cuba mengingati mimpinya dan merasa gumbira kerana sipemuda telah mendapat rahmat dari Allah disebabkan sedekah dan doa dari ibunya.

Minggu, 13 Januari 2013

DIALOG IBLIS DENGAN PENEBANG KAYU



Dari Hasan, Mubarak bin Fadhilah telah meriwayatkan untuk kita semua. Sebuah kisah teladan islami yang bisa dijadikan panutan untuk umat Islam agar selalu zikir dan ingat terhadap Allah SWT.
Kisahnya.
Dahulu ada sebuah pohon yang disembah, selain Allah SWT.
Kemudian datanglah seorang laki-laki mendatanginya dan berkata,
"Aku akan menebang pohon ini."
Pada mulanya si penebang pohon ini datang untuk menebang karena takut akan Murka Allah SWT.

Maka iblispun datang dengan bentuk menyerupai manusia dan menghadang si penebang pohon,
"Apa yang hendak kau lakukan?" tanya iblis.
"Aku hendak menebang pohon yang dijadikan sembahan selain Allah SWT," jawab si penebang pohon.
"Jika engkau tidak menyembahnya, ia tidak akan membahayakanmu," jawab iblis.
"Aku tetap akan menebangnya," kata si penebang kayu.

Iblis terus menerus menggoda si penebang pohon.
"Adakah jalan lain yang lebih baik untukmu? Jika engkau tidak menebang pohon itu maka engkau akan mendapatkan 2 dinar setiap pagi di bawah bantalmu." kata iblis.
"Darimana engkau mendapatkannya?" tanya si penebang kayu.
"Aku yang akan memberikannya kepadamu." jawab iblis yang menjelma menjadi manusia itu.

Kemudian laki-laki penebang pohon kembali pulang ke rumahnya dan mengurungkan niatnya untuk menebang pohon. Maka pada paginya ia mendapatkan uang 2 dinar di bawah bantalnya.
Namun pada hari berikutnya uang tersebut tidak ditemukan di bawah bantalnya lagi. Si penebang kayu marah dan bergegas menuju pohon yang jadi sembahan tersebut dan bermaksud menebangnya kali ini.

Di tengah perjalanan, iblis muncul lagi dengan rupa asli dan menghadangnya.
"Apa yang hendak engkau lakukan?" tanya iblis.
"Aku hendak menebang pohon yang disembah selain Allah SWT," jawab si penebang kayu.
"Engkau telah berbohong, engkau tidak akan bisa menebang pohon itu," kata iblis lagi.

Akhirnya penebang pohon tetap pergi untuk menebang pohon. Namun iblis juga tak membiarkannya, ia memukul dan mencekiknya sampai hampir mati.

Lalu iblis berkata,
"Tahukah engkau siapa sebenarnya aku? Aku adalah Iblis. Pertama kali engkau marah dan hendak menebang pohon itu karena hanya mencari ridha Allah SWT. Saat itu, aku tidak mampu emnghalangimu, maka aku membujukmu melalui uang 2 dinar. Saat itu engkau tudak jadi menebang pohon terwebut. Maka ketika engkau marah dan hendak menebang pohon hanya karena uang 2 dinar, aku dapat menghalangi dan mengalahkanmu."

ALLAH TAALA MENGHIDUPKAN ORANG MATI



Pengantar

Ini adalah kisah tentang sekelompok orang dari kalangan Bani Israil. Mereka ingin mengetahui sesuatu tentang kematian dari orang yang telah merasakannya dan merasakan sekaratnya. Lalu mereka memohon kepada Allah agar menghidupkan seorang yang telah mati untuk mereka di salah satu kuburan mereka. Maka Allah menghidupkan seorang laki-laki yang memberitakan kepada mereka tentang panasnya kematian yang belum reda darinya sampai hari itu, padahal dia telah mati seratus tahun.

Teks Hadis

Dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda,
“Ada sekelompok orang dari Bani Israil yang keluar mendatangi sebuah kuburan. Mereka berkata, ‘Sebaiknya kita shalat dua rakaat dan berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar mengeluarkan seorang yang telah mati, lalu kita bertanya kepadanya tentang kematian.’” Nabi bersabda, “Lalu mereka melakukannya. Ketika mereka dalam kondisi demikian, tiba-tiba sebuah kepala muncul dari sebuah kubur di kuburan itu. Ia berwana coklat dan di keningnya terdapat tanda sujud. Dia berkata, ‘Wahai kalian, apa yang kalian inginkan dariku? Aku telah mati seratus tahun yang lalu dan panasnya kematian belum reda dariku sampai sekarang. Maka berdoalah kalian kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar mengembalikan diriku sebagaimana semula.’”

Penjelasan Hadis

Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam mensyariatkan kepada kita untuk menyampaikan tentang berita-berita Bani Israil. Beliau menjelaskan alasan hal itu dalam sabdanya, “Sesungguhnya pada mereka terdapat keajaiban-keajaiban.”
Kemudian beliau menyampaikan sebuah kisah dari mereka yang mengandung salah satu keajaiban. Yaitu kisah sekelompok Bani Israil yang keluar menuju sebuah kuburan. Seorang dari mereka mengusulkan agar mereka melaksanakan shalat dua rakaat, kemudian berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar mengeluarkan untuk mereka seorang yang telah mati supaya bisa menanyakan tentang kematian kepadanya. Tujuan mereka adalah supaya ilmu dan iman mereka bertambah. Karena, orang yang berziarah kubur akan memikirkan keadaan orang-orang yang telah mati, niscaya dia akan mengambil pelajaran. Dia akan menjadi seperti mereka, di mana para mayat itu sebelumnya adalah orang-orang yang hidup sebelum nyawa mereka dicabut.
Seseorang akan menemukan pelajaran jika dia merenungkan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadis yang memberitakan tentang maut dan sekaratnya, apa yang dirasakan oleh orang-orang yang dicabut nyawanya, dan apa yang terjadi mereka di kubur mereka. Dan di hadapan kita terdapat banyak nash dari Allah dan Rasulullah yang di dalamnya terdapat pelajaran dan nasihat bagi siapa pun yang diberi pemahaman dan pemikiran oleh Allah.
Jika seseorang menyaksikan orang-orang mati dihidupkan, dia berbicara dengan mereka dan mereka berbicara dengannya, maka iman akan bertambah jika Allah menginginkan kebaikan untuknya dan memberinya hati yang khusyu’ dan tawadhu’. Banyak manusia sepanjang sejarah telah menyaksikan orang mati yang dihidupkan. Korban pembunuhan di lingkungan Bani Israil dipukul oleh kaumnya dengan anggota tubuh sapi yang diperintahkan oleh Allah agar disembelih, maka Allah menghidupkannya dan ia mengatakan siapa pembunuhnya.
Orang yang melewati suatu negeri yang temboknya telah roboh hingga menutupi atapnya, dan dia merasa aneh jika Allah menghidupkan negeri tersebut setelah ia hancur lebur. Allah mematikan orang ini dan keledainya selama seratus tahun, kemudian menghidupkannya. Dia melihat kepada tulang-tulang, bagaimana Allah menyusun lalu membungkusnya dengan daging. Ketika bentuk ciptaan telah sempurna, maka ruhnya dikembalikan.
Manakala Ibrahim meminta kepada Allah agar menunjukkan bagaimana Dia menghidupkan orang mati, Allah memerintahkannya agar menyembelih empat ekor burung dan mencincangnya, lalu disebar di puncak empat gunung, kemudian memanggilnya. Tiba-tiba bagian-bagiannya berkumpul, ruhnya kembali dan bangkit dengan bertasbih kepada Tuhannya.
Pada masa Isa orang-orang melihat bagaimana dia menghidupkan orang mati, dan Allah menghidupkan orang-orang yang meninggalkan negeri mereka karena takut mati sementara jumlah mereka ribuan setelah mereka mati.
Juga hidupnya mayat ini yang dihidupkan oleh Allah karena permintaan sekelompok orang Bani Israil kepada-Nya agar menghidupkan orang mati guna ditanyai tentang kematian.
Allah mengabulkan doa mereka. Mayit ini melongokkan kepalanya dari dalam kubur. Rasulullah menjelaskan sifat mayit tersebut seolah-olah dia hadir bersama mereka. Dia berwarna coklat dan di antara kedua matanya terdapat bekas sujud. Dia berbicara kepada mereka, mengingkari apa yang mereka lakukan kepadanya. Dia bercerita bahwa dia telah mati seratus tahun yang lalu dan panasnya kematian belum lenyap sampai waktu Allah menghidupkannya saat itu. Dia meminta kepada mereka agar berdoa kepada Allah supaya mengembalikannya seperti semula.
Orang yang menceritakan dampak kematiannya yang telah berlangsung dalam waktu sekian lama, ini menunjukkan beratnya penderitaan manusia dalam urusan kematiaannya, walaupun dia orang yang shalih sekalipun. Laki-laki ini termasuk orang yang shalih, buktinya adalah dia banyak melakukan shalat, bekas sujud begitu jelas terlihat di antara kedua matanya.

Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis
  1. Anjuran menyampaikan berita dan kisah Bani Israil. Jika berita itu termasuk yang dimuat di dalam Al-Qur’an dan sunah, maka tidak ada masalah untuk menyampaikannya. Jika ia hanya dinukil di buku-buku, maka jika ia bertentangan dengan kaidah pokok terkait dengan hak Allah dan hak para rasul-Nya, ia tidak boleh disampaikan kecuali jika disertai penjelasan tentang penyimpanagannya. Jika memang murni baik, maka tidak apa-apa untuk disampaikan.
  2. Kemampuan Allah menghidupkan orang mati. Allah menghidupkan orang mati yang bercerita tentang kematiannya kepada sekelompok Bani Israil.
  3. Anjuran shalat dua rakaat sebelum berdoa dengan perkara yang besar, sebagaimana orang-orang yang diceritakan oleh Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam dalam hadis ini juga telah melakukannya.
  4. Menetapkan karamah bagi hamba-hamba Allah yang shalih. Allah menghidupkan seorang mayit yang bercerita tentang kematiaannya kepada mereka.
kadangkala Allah menjawab doa orang-orang shalih, walaupun jawaban itu mengakibatkan terjadinya perkara luar biasa di luar kebiasaan manusia

Senin, 07 Januari 2013

RISALAH SOAL JAWAB HAKIKAT TASAWWUF (12)


SOALAN:

Bagaimanakah pengajaran tasawuf oleh Syeikh Abdul Qadir Jilani?

 JAWAPAN:

Dr. Abdullah Muhammad Zin berkata: Pengajaran tasawuf al-Jilani direkodkan di dalam beberapa buah bukunya seperti Futuh al-Ghayb, al-Ghunyah li Talibi Tariq al-Haqq dan al-Fath al-Rabbani. Maklumat tentang tasawuf beliau juga boleh didapati dalam buku al-Fuyudat al-Rabbaniyah fi al-Maathir wa al-Awrad al-Qadiriyyah susunan al-Hajj Ismail Ibn al-Sayyid Muhammad Sayid al-Qadiri, Bahjah al-Asrarkarangan al-Shattanawfi dan dalam kitab-kitab manaqib yang lain.

Pengajaran tasawuf al-Jilani secara umumnya menepati dengan ajaran Islam, doktrinnya tidak bercanggah dengan al-Quran dan al-Sunnah. Jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh sufi yang lain, beliau sangat strict berpegang dengan syariah. Al-Jilani berpendapat bahawa matlamat tasawuf adalah begitu mudah  iaitu mematuhi syariah dan menjadi hamba yang beriman dengan Allah s.w.t. Tidak ada hal yang lebih tinggi dari Ma’rifah al-Tauhid (al-Jilani t.th 36). Beliau dikenali sebagai sufi yang bermazhab Hanbali. Pendapat dan amalan beliau dalam tasawuf pada umumnya tidak berbeza atau bercanggah dengan ulama-ulama mazhab Hanbali yang lain. Sebagai contoh, konflik telah berlaku di zaman fuqaha (jurists) dengan para sufi pada zaman al-Jilani seperti yang disebut oleh Ibn al-Jawzi dalam kitabnya Tablis Iblis, (Ibn al-Jawzi t.th) tetapi al-Jilani tidak terlibat.

Al-Jilani berpendapat bahawa tasawuf hendaklah menyerahkan sepenuhnya kepada risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w sebagaimana yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah. Beliau menolak dakwaan bahawa ilham boleh merubah hakikat-hakikat yang ada di dalam al-Quran dan al-Sunnah. Beliau juga berpendapat amalan zuhud adalah digalakkan, tetapi dibolehkan dengan syarat ianya tidak mengabaikan tanggungjawab atau perintah-perintah syariah yang lain. Walau bagaimana tinggi kedudukan yang didapati oleh seseorang sufi, sama ada pangkat ‘badal’ atau ‘watad’ atau ‘qutub’ atau ‘ghawth’, dia tidak boleh sampai kepada pangkat Nabi dan tidak boleh mengubah apa yang dibawa oleh Nabi.

Pendapat-pendapat di atas boleh kita dapati dalam buku beliau al-Ghunyah li Talibi tariq al-Haqq. Di dalam buku ini al-Jilani menerangkan secara ringkas semua perkara yang penting dan asasi dalam syariah. Di bahagian akhir buku ini, beliau menulis satu bab yang menerangkan pendapatnya tentang tasawuf. Tasawuf kepada al-Jilani adalah merupakan dimensi dalaman (inner dimension) bagi agama Islam, ianya tidak dapat dipisahkan daripada syariah. Seorang sufi sekali gus yang pakar dalam bidang Feqah (Islamic jurisprudence) seperti yang disebut oleh al-Sha’rani (al-Sya’rani 1973:163).

Untuk mendapat satu gambaran yang lebih jelas tentang pengajaran tasawuf al-Jilani, di bawah ini diterjemahkan secara ringkas sebuah nasihat yang disampaikan oleh beliau kepada anaknya, Abd al-Razzaq.

 Isi kandungan nasihat itu adalah seperti berikut:

“Wahai anakku, aku menasihati kamu supaya bertakwa kepada Allah, mentaatiNya, melaksanakan syariah dan menjaga hudud Allah. (Menjaga hudud Allah bererti bahawa menjauhi semua larangan-larangan Allah, walaupun kecil) sebagaimana kamu mengetahui wahai anakku, bahawa tarikat kita (tarikat Qadariyyah) ini didirikan berasaskan al-Quran dan al-Sunnah, kesejahteraan jiwa, murah hati (generosity), terbuka (openhandedness), menahan dari kekerasan, menanggung kesulitan dan kemaafan (forgiveness).

Aku menasihatimu supaya mengamalkan faqr, iaitu menjaga kehormatan guru-guru. Menjaga hubungan baik dengan saudara-saudara (seagama), memberi nasihat kepada kanak-kanak dan orang-orang dewasa, menjauhi dari menimbulkan pergaduhan kecuali dalam perkara agama. Bahawa kamu tidak berhajat kepada orang yang sepertimu dan hakikat ghina (maknanya dari segi bahasa kaya) bahawa kamu bebas daripada orang-orang yang seperti kamu dan tasawuf itu mempunyai satu keadaan bukan untuk orang-orang yang mengamalkan il wa qal, apabila kamu melihat orang-orang kafir, maka janganlah kamu memulai dengan ilmu dan hendaklah menggunakan cara lembut kerana ilmu boleh meliarkannya dan cara lembut boleh menjinakkannya.

Kamu juga mengetahu wahai anakku bahawa tasawuf itu didirikan di atas lapan sifat (quality) iaitu: pertama, pemurah (sakha/generosity); kedua, redha (cheerful submission); ketiga, sabar (patience); keempat, isyarat; kelima, berjauhan (ghurbah/solitude); keenam, memakai pakaian dari bulu (lubs al-sufi); ketujuh, mengembara (siyahah/taravelling); kelapan faqr. Pemurah adalah sifat Nabi Ibrahim A.S, redha adalah sifat Nabi Ishak a.s, sabar adalah sifat Nabi Ayyub a.s, isyarat adalah sifat Nabi Zakaria a.s, perjauhan adalah sifat Nabi Yusuf a.s, memakai pakaian dari buku adalah sifat Nabi Yahya a.s, mengembara adalah sifat Nabi Isa a.s dan faqr adalah sifat Nabi Muhammad s.a.w.

Wahai anakku, hendaklah engkau mencampuri orang-orang kaya dengan secara terhormat dan mencampuri orang-orang miskin secara merendah diri. Kamu hendaklah mengamalkan sifat ikhlas iaitu kamu melupai makhluk dengan menumpukan sepenuhnya kepada Allah. Janganlah kamu menuduh Allah s.w.t dalam keadaan-keadaan tertentu, bertenanglah kepada Nya dalam semua perkara. Janganlah kamu berserah (bertawakal) kepada orang lain disebabkan adanya kekerabatan, jalinan kasih sayang dan persahabatan.

Menjadi kewajipan ke atas kamu juga supaya berkhidmat kepada orang-orang miskin dengan tiga perkara: pertama, rendah diri (tawaduk); kedua, berakhlak luhur; ketiga, kejerniham jiwa. Engkau juga dikehendaki membunuh nafsu kamu yang rendah supaya ianya dapat hidup. Makhluk yang hampir kepada Allah ialah orang yang paling sempurna akhlaknya. Dan amalan yang paling baik ialah menjaga sir supaya tidak berpaling kepada selain daripada Allah.

Menjadi kewajipan juga ke atas kamu, apabila kamu berada bersama orang-orang miskin ingat mengingati supaya bersabar dan hak. Adalah cukup untuk kamu di dunia ini melakukan dua perkara, iaitu berkawan dengan orang-orang miskin dan menghormati wali.

Sebagaimana yang engkau ketahui wahai anakku, bahawa orang fakir itu tidak memerlukan sesuatu apa pun melainkan Allah s.w.t. Dan seperti engkau ketahui juga bahawa bertindak ke atas orang-orang yang berkedudukkan rendah adalah suatu kelemahan dan bertindak ke atas orang yang mempunyai kedudukkan tinggi  adalah satu kemegahan. Faqr da tasawwuf adalah dua perkara yang serius, oleh itu, ianya tidak boleh dicampuri dengan perkara yang hina.

Ini adalah nasihat yang aku sampaikan kepada kamu dan orang-orang lain yang mendengarnya dari kalangan murid-murid. Didoakan semoga Allah s.w.t memberi taufik kepada kamu dan kita semua kerana telah menerangkannya. Diharapkan semoga Allah s.w.t menjadikan kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mengikut jejak langkah al-Salaf al-Saleh……”

RISALAH SOAL JAWAB HAKIKAT TASAWWUF (11)


SOALAN                                                                                                

Apakah yang dimaksudkan dengan mujahadah? 

JAWAPAN 

Mujahadah adalah saluran terpenting bagi seorang sufi untuk mencapai tujuannya yang suci. Dengan kekuatan mujahadah ini, akan dapat menghancurkan runtunan dan pujukan nafsu dan lintasan-lintasan jahat di hati. Ibrahim bin Adham berkata: 

Seseorang itu tidak akan dapat mencapai darjat solihin melainkan ia terlebih dahulu mestilah melepasi enam halangan. Halangan pertama ialah pintu nikmat akan terkunci dan pintu kesusahan akan dibuka. Kedua, pintu kerehatan akan ditutup dan pintu usaha keras akan dibuka. Ketiga, pintu kebanggaan akan ditutup dan pintu kehinaan akan dibuka. Keempat, pintu tidur akan ditutup dan pintu berjaga malam akan dibuka. Kelima, pintu kekayaan akan ditutup dan pintu kefakiran akan dibuka. Keenam, pintu angan-angan akan ditutup dan pintu persediaan menghadapi maut akan dibuka. 

Gambaran perjalan sufi yang dijelaskan sebentar tadi adalah merupakan satu jihad yang sukar. Bahkan ia juga adalah satu langkah untuk mencapai kerehatan yang sebenar dengan ma’rifatullah. Hakikat ma’rifatullah inilah yang menjadi matlamat yang diburu oleh mukmin yang berakal di dunia ini. Tidak ada di sana yang paling tinggi, cantik, indah, bahagia dan kekal selain daripada seorang insan itu dapat mengenal Pencipta alam semesta yakni Allah. Adakah seorang insan itu akan kehilangan sesuatu lagi jika ia telah sampai ke matlamat tertinggi itu? 

Sesungguhnya bermujahadah melawan godaan nafsu adalah satu-satunya jalan bagi seorang insan itu untuk menang mengawal hawa nafsunya. Hakikat ini dijelaskan oleh firman Allah s.w.t dalam surah al-Ankabut, ayat 69 yang bermaksud: 

“Dan orang-orang yang berusaha dengan bersungguh-sungguh kerana memenuhi kehendak ugama Kami, sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan Kami (yang menjadikan mereka bergembira serta beroleh keredaan); dan sesungguhnya (pertolongan dan bantuan) Allah adalah beserta orang-orang yang berusaha membaiki amalannya.”  

Seorang murid itu boleh dikatakan kuat dan mantap ma’rifahnya kepada Allah selagi dia belum dapat membebaskan dirinya daripada godaan nafsu syahwat dan keinginan nafsu jahatnya. Para sufi mengatakan bahawa jihad melawan nafsu adalah jihad akbar, kerana jihad menentang hawa nafsu ini samalah ertinya memerangi musuh yang tidak kelihatan. Ia juga dianggap satu peperangan yang sangat sukar kerana terpaksa menggunakan senjata-senjata yang luar biasa.