Sabtu, 13 Agustus 2016

KEDUDUKAN GURU ROHANI

WAHIDIYAH DAN AJARANNYA


DALIL  GURU ROHANI
Assalamu ‘alaikum wr wb
Bismillahir rohmaanir rohiim
DALIL AQLI :
SEGALA URUSAN KEHIDUPAN MEMBUTUHKAN BIMBINGAN
SETIAP BIMBINGAN , TENTU ADA PEMBIMBINGNYA.  TANPA SEORANG PEMBIMBING, HIDUP KITA MERABA RABA TANPA ARAH.
Manusia secara umum membutuhkan bimbingan , membutuhkan arahan , membutuhkan tuntunan . Tanpa bimbingan  manusia akan kebingungan apa yang harus dikerjakan, baik urusan ke-Dunia-an maupun urusan ke-Ukhrowi-an. Tidak akan ada bimbingan tanpa adanya pembimbing. Maka , pembimbing utama dan pertama Hanya Allah subhanahu wata’aalaa.  Namun , pada dasarnya tidak ada seorang pun yang bisa mendapatkan bimbingan langsung dari Allah SWT.
DALIL NAQLI
MBAH NABI ADAM ‘ALAIHIS SALAM DIAJARI LANGSUNG OLEH ALLAH SWT
  وَعَلَّمَ ءَادَمَ الْأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِـُٔونِى  بِأَسْمَآءِ  هٰٓؤُلَآءِ  إِن  كُنتُمْ  صٰدِقِينَ            ﴿البقرة: ٣١

Dan Dia Allah mengajarkan kepada Adam nama nama seluruhnya , kemudian mengemukakan kepada para malaikat,  maka Dia berfirman : “Terangkanlah kepada-Ku nama semua itu jika kalian orang orang yang benar.
======
Ayat tersebut menunjukkan bahwa : Bimbingan langsung dari Allah , hanya terjadi pada Mbah Adam AS ketika di Sorga . Mbah Adam yang pertama kali dibimbing tentang nama nama yang kemudian harus mengajarkannya kepada Malaikat . Maka, Guru pembimbing pertama tentunya Mbah Adam AS dan semua malaikat diwajibkan berguru kepada Mbah Adam dan ini terjadi masih dalam sorga.

MBAH NABI ADAM DIPERINTAH MENJADI GURU ROHANI PARA MALAIKAT
 قَالُوا۟  سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ  إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ  ۖ إِنَّكَ   أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ البقرة:٣٢
Allah berfirman “ Wahai Adam. Beritahukanlah kepada mereka nama namanya
======
MBAH NABI MUSA ‘ALAIHIS SALAM JUGA BERGURU

قَالَ يٰٓـَٔادَم أَنۢبِئْهُ بِأَسْمَآئِهِم ۖ فَلَمَّآ أَنۢبَأَهُم بِأَسْمَآئِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّىٓ أَعْلَمُ  السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ  تَكْتُمُونَ      البقرة:٣٣
Musa berkata kepadanya( NabiKhidhr) “ Apakah aku boleh mengikutimu ( berguru )  agar engkau mengajarkan ilmu kepadaku akan ilmu yang diajarkan kepadamu tentang kebenaran.

PARA NABI DAN ROSULPUN MASIH BERGURU.
Secara singkat , semua orang harus berguru, Jika seseorang itu sebagai nabi , Maka gurunya juga seorang Nabi / hamba Allah. Hanya saja Nabi yang dikenal sebanyak 25 Nabi itu dimaksudkan Nabi yang sekaligus menjabat sebagai Rosul. Sebenarnya banyak nabi nabi yang tidak menjadi rosul sebab tidak memiliki ummat .

Semoga kita menyadari akan kewajiban kita berguru dalam rangka wushul kepada Allah. Tanpa seorang guru yang sudah menjadi washilun maka kita tidak akan sampai kepada Allah SWT. Kita tidak akan hadir dihadapan Allah. Dalam keterangan lain , Allah member pangkat para nabi dengan sebutan , Hambaku , Kekasihku , yang secara umum Allah member pangkat sebagai para Sholihin , para Muttaqiin , para Shodiqiin, Para Thawwabiin , yang kesemuanya membenarkan ayat allah SWT.
Dari semua Nabi Allah juga memerintahkan untuk berguru , kecuali Rosululloh SAW. Khusus Rosululloh SAW, tidak mendapat perintah untuk berguru, itupun beliau SAW secara shufaro’ Allah masih menggunakan malaikatnya untuk menurunkan wahyu.

Kenapa Rosululloh  kita katakan tidak berguru kepada malaikat ? sebab Wahyu yang sampai kepada Rosululloh, disampaikan secara shufaro’ . Shufaro’ pertama yaitu malaikat Isrofil , Shufaro’ kedua malaikat Izroil , shufaro ketiga malaikat Mikail dan yang keempat adalah malaikat Jibril . Sifatnya shufaro, tidak ubahnya sebagai tukang pos, tetapi secara syari’at ketuhanan ( bukan syari’at islam ) tugas malaikat tersebut adalah membantu dan mendampingi, dan di lain pihak juga sudah memiliki tugas tugas yang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Jadi tidak diberi tugas menyowankan ummat kepada Allah. Begitu juga , tidak semua para nabi diberi tugas menyowankan ummat kepada Alloh kecuali yang berpangkat Rosul . itupun dalam beberapa kitab , dijelaskan bahwa para rosul terdahulu tidak diberi pangkat sebagai pemnolong SYAFA’ATUL UDZMA. Sebab hak Syafa’atul Udzma hanya ditugaskan kepada Rosululloh SAW. Sebab begitu agung dan tingginya jabatan Rosululloh SAW , sehingga asma beliau digandeng langsung dengan asma Allah yang dikodrat sebagai kesaksian berupa dua kalimat syahadat. Dalam kesaksian kepada Alloh , semua nabi terdahulu juga mengadakan kesaksian kepada Muhammadar Rosululloh namu secara rohani.

Bagi kita Ummat di akhir zaman , jauh lebih sempurna sebab kesaksian kita secara lahir dan batin , jasmani rohani , syari’at dan haqiqat.  Jadi disinilah keistimewaan ummat di akhir zaman.  Diberi keimanan yang jauh lebih sempurna syariat dan haqiqat. Jadi imannya luar dalam.

Semoga kita sudah bersyahadat luar dalam, jasmani rohani , atau syari’at dan haqiqat.

Kita kembali kepada kajian tentang GURU ROHANI.
Jadi singkat kata , semua ummat manusia, akan hadir di hadrohnya allah SWT sebab dihadirkan atau diwushulkan oleh seorang guru yang memang dipangkat sebagai guru wushul yang menempati derajat WASHILUN.
SELAIN WASHILUN BELUM BERHAK MEWUSHULKAN IBADAH SERTA HAJAD PARA MANUSIA.

BUKTI AYAT TENTANG WASHILUN

وَاصْبِرْ نَفْسَك مَع الَّذِين يَدْعُون رَبَّهُ بِالْغَدَوٰة وَالْعَشِىِ يُرِيدُون وَجْهَهُۥ   ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا ۖ 
 وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا  قَلْبَهُۥ    عَن    ذِكْرِنَا    وَاتَّبَعَ    هَوَٮٰهُ    وَكَانَ    أَمْرُهُۥ    فُرُطًا    الكهف:٢٨
Dan bersabarlah kamu bersama sama dengan orang orang yang menyeru tuhannya dipagi dan senja hari dan mengharap keridhoan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan dunia, serta menuruti hawa nafsunya yang perbuatannya melampaui batas
=======

Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia dalam menuju hadrohnya Allah diperintahkan untuk menetapkan diri dalam kesabaran dalam menguasai hawa nafsu bersama orang yang ahli tawajjuh kepada Allah dan menegaskan kita tidak boleh memalingkan pandangan mata kepada keduniaan. Kita dilarang melirik dunia. Yang maksudnya , dalam ajaran Wahidiyah menerapkan
YUKTI KULLA DZI HAQQIN HAQQOH. Yaitu mengisi segala bidang haq dalam kehidupan. Kita mengurusi urusan dunia atau harta, bukan untuk mencari kekayaan tetapi untuk memenuhi segala urusan kehidupan yang memang seharusnya berhubungan dengan dunia atau harta. Kita mengurusi anak sebab kewajiban orang tua kepada anak sesuai kebutuhan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Jadi maksudnya semua urusan di dunia ini kita manfaatkan untuk sebesar besarnya dalam mendekat kepada Allah.
TAQDIIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA FAL ANFA’ : yaitu mementingkan urusan yang paling penting  di segala bidang dengan memilih yang paling bermanfaat dalam urusan mendekat kepada Allah. Seperti bekerja mencari nafkah untuk keluarga juga diperintah Allah. Berhubungan dengan sesame sebagai mahluk social juga penting dan bermanfaat dan lain sebagainya. Jadi apapun aktifitas kita , kita manfaatkan sebagai sarana mendekat kepada Allah dan Rosulnya. Dari sekian banyak bidang tersebut sudah ada tuntunan dan aturannya.

Sebab begitu banyaknya urusan dalam kehidupan , maka jika kita tidak dibimbing oleh seorang guru rohani , kita akan mudah sekali tergelincir kepada hal hal yang tidak haq, tidak penting dan tidak bebermanfaat.
Oleh sebab itu Allah menegaskan seperti dalam ayat tersebut, di samping itu juga masih banyak hadits hadits Rosululloh SAW tentang kewajiban berguru secara rohani.

Semoga sekelumit kajian ini akan menjadikan sebab kita terbuka kesadaran bahwa kita memang wajib berguru. Banyak kitab kitab yang menekankan kita untuk berguru dan selama kita belum menemukan seorang guru pembimbing rohani , maka selama itu pula ibadah kita masih didampingi syetan namun tidak merasa. Orang yang belum ma’rifat , ibadahnya masih kecampuran nafsu. Satu detik kita menuruti hawa nafsu, di situ syetan siap menangkap kita. Maka memandang secara ru’yu kepada guru itu akan menjadikan sebab nadhroh beliau RA senantiasa memancar kedalam hati kita dan menerangi hati kita, mengawasi hati kita agar tidak sampai berlarut larut mengikuti nafsu sehingga dirangkul oleh syetan.

Semoga kita diberi esempatan dilain waktu untuk mengkaji lebih jauh tentang berguru serta membuktikan betul akan keberadaan seorang Washilun yang mewushulkan segala gerak gerik hati kita. Aamiin

Wassalamu ’alaikum wr wb

Rabu, 03 Agustus 2016

IMAN DZAUQIYAH ( MERASAKAN )

2. IMAN DZAUQIYAH( Merasakan )

Assalamu`alaikum wr wb.
Bismillahir rohaanir rohiim.

Syukur alhamdulillah kita diberi bisa melanjutkan kajian Iman Dzauqi / Iman merasakan. Yang mana kajian ini merupakan kelanjutan dari kajian Iman Kufur / Iman Ingkar sebelumnya.
Secara umum, iman itu diartikan percaya. Percaya bahwa tuhan ada. Tuhan maha pencipta. Kita semua melihat ciptaannya. Kalau dalam theory Big Bang, diartikan sebagai proses alam. Dan masih banyak theory theory termasuk proses proses kejadian lain di alam semesta ini.
Kita perlu menyadari adanya proses itu sebab ada yang memproses. Tidak mungkin ada bangunan tanpa ada yang membangun. Tidak mungkin manusia itu ada tanpa pencipta. Soal proses itu hanya hal kecil bagi orang yang memproses. Mau diproses seperti apapun itu hanya sebuah proses. Akan tetapi intinya bagi kita adalah iman. Ketika manusia sudah berada dalam kecenderungan untuk mengingkari iman itu sendiri, tentu dia akan berputar putar berhadapan dengan dirinya sendiri. Dia akan dimakan oleh perhelatan panjang dalam alam proses. Ke sana kemari hanya mencari dan membangun theory. Mempelajari proses tanpa ujung dan pangkalnya. Ujungnya tidak ketemu dan  Pangkalnya tidak tahu. Padahal iman tidak bisa dipelajari. Tuhan tidak bisa diteliti. Ilmu apapun hanya alat. Ilmu hanya gambar tanpa nyawa.


Kalimat tersebut terkesan berlawanan dengan dalil perintah mencari ilmu. Bahkan dalil mencari ilmu hukumnya fadhu.

Bersandarkan kepada sabda beginda SAW bahwa " Barang siapa bertambah ilmunya dan tidak bertambah hidayahnya, maka akan bertambah jauh dari Allah. ( MAN IZDAADA ILMAN WALAM YAZDAD HUDAN WALAM YAZDAD MINALLOH ILLA BU`DAN )

Dari sini bisa kita rasakan ada benang merah atau garis pemisah antara ilmu dengan hidayah.

Agar terkesan bijaksana, maka kita mengenal macam macam ilmu berdasarkan asal usul dari ilmu itu sendiri.
Ada ilmu yang asalnya berasal dari hasil berfikir, mendengar, melihat, merasakan. Semuanya merupakan ilmu.

Oleh sebab itu, kami mohon ampunan serta maghfiroh sebanyak banyaknya. Sebab kajian inipun hanya sekedar pendekatan ilmiah walaupun bidang pendekatannya sudah mengarah pada pendekatan rohani. Jadi pendekatan inipun hanya sebatas ilmu yang akan merusak diri kita sendiri tanpa taufiq hidayah Allah SWT.  Alfaatihah...

Bolehlah kita katakan bahwa hidayah itu datangnya dari berbagai arah. Bisa dari hasil melihat, berfikir, mendengar maupun merasakan hingga kita mengetahui sesuatu. Namun kenyataan bahwa hidayah itu berasal dari Allah tidak mudah kita sadari. Sebab secara lahiriyah tampak dari hasil jerih payah manusia.  Maka Iman Dzauqiyah sangat dibutuhkan. Merasakan iman dalam keadaan beriman. Ibarat semua manusia memiliki baju namun ketika tidak mengenakan baju maka tidak bisa disebut berbaju walaupun baju itu ada tangannya atau dipundaknya.

IMAN DZAUQIYAH, adalah tataran sangat tinggi bagi orang awam. Di mana beliau berbelas asih kepada kita sebagaimana sabdanya " ,WA`BUD KAANNAKA TARO. FAILLAM TARO, FAINNAHU YAROKA " Arti bebasnya kurang lebih " Lakukanlah seluruh kehidupanmu untuk mengabdi dengan rasa bahwa kamu sedang berhadapan dengan Allah yang seakan akan kamu melihatnya. Apabila kamu tidak bisa melihat Alloh, ketahuilah bahwa Alloh senantiasa mengawasi semua gerak gerikmu.

Dalam kedudukan ini, iman kita sebenarnya belum Musyahadah ( menyaksikan ) Alloh . Namun sudah merasakan betul sedang berhadapan dengan Alloh. Sehingga dalam tataran iman Dzauqiyah ini kita senantiasa takdziman, ikroman wa mahabbatan. Iman Dzauqiyah sudah ada pengagungan kepada Alloh. Betapa tingginya Alloh disertai rasa mahabbah / cinta semurni murninya. Hati  tersungkur merasakan berhadapan dengan Alloh. Tidak berani tengak tengok apalagi berpaling ( membelakangi )
Merasakan betul keagungan Alloh. Merasakan sifat sifat Alloh. Asma Alloh.

Sementara apa yang diperjuangkan oleh Rosululloh adalah Iman Musyahadah. Tataran iman menyaksikan Alloh. Sebagaimana tertuang dalam ayatnya surat Adzdzariyat 51:50. Fafirruu ilalloh. Inni lakum minhu nadziirum mubiin = Sesungguhnya aku ini pemberi peringatan dari Alloh untuk kamu sekalian.

Tataran iman kembali musyahadah kepada Alloh . Kembali menghambakan diri ketika semua ruh berikrar " Qoluu balaa syahidna ,,"

Semoga kita diberi kesempatan untuk menerapkan iman musyahadah.

Wabillahi taufiq wal hidayah.
Wassalamu`alaikum wr wb.

Kamis, 28 Juli 2016

KITAB ADABUL MURIDIN : [8] MAQAM HAMBA DI HADAPAN ALLAH



AL IMAM AL ARIFBILLAH ABU NAJIB DHIYAUDDIN AS SUHRAWARDY [PENDIRI TAREKAT SUHRAWARDIYAH]

Istilah maqam (dalam literasi tasawur) bererti pencapaian atau darjat hamba dihadapan ALLAH Taala dalam beribadah kepadaNya. Firman ALLAH Taala :

Tiada seorang pun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai
kedudukan yang tertentu. - Surah As-Saffat : 164

Tingkatan maqam yang dimaksudkan ialah seperti berikut :-

Permulaan maqam ialah kesedaran ; ertinya menginsafi diri dari kelalaian terhadap
ALLAH. Kemudian taubat ; ertinya kembali kepada ALLAH (setelah menginsafi kelalaian) dengan kekal menyesali dosa serta banyak beristighfar. Kemudian inabah ; ertinya merubah diri dari lalai kepada zikir mengingati ALLAH. Ada pendapat mengatakan taubat ertinya rasa gerun (dengan ancaman Allah), inabah ertinya keinginan untuk kembali kepada ALLAH. Pendapat lain mengatakan : taubat pada yang zahir, inabah pada yang batin.

Seterusnya warak ; ertinya meninggalkan yang syubhat (tak jelas halal haramnya).
Kemudian muhasabatun nafs ; ertinya mengkoreksi diri apakah meningkat atau menurun, apakah yang bertambah kebaikan atau kejahatan. Kemudian iradah ; ertinya terus beramal tanpa rehat. Kemudian zuhud ; ertinya meninggalkan kenikmatan dunia yang halal, menjauhi dunia dan segala syahwatnya. Kemudian faqr (fakir) ; ertinya tidak memiliki matabenda dunia serta mengosongkan hati dari apa yang tak tercapai oleh tangan. Kemudian jujur ; ertinya : zahir dan batin sama sahaja. Kemudian at-tasobbur (menahan sabar) ; ertinya menguatkan diri menempuh
segala rintangan dan menelan kepahitan. Menahan sabar merupakan maqam terakhir bagi golongan murid.

Selepas maqam at-tasobbur meningkat pula ke maqam sabar ; ertinya tidak mengadu dalam menanggung kepedihan. Kemudian redha ; ertinya : rasa manis dengan ujian. Kemudian ikhlas ; ertinya dalam beramal tidak nampak lagi makhluk, tujuannya hanya kerana ALLAH. Kemudian tawakkal kepada ALLAH ; ertinya bergantung semata-mata kepadaNya, sama sekali tidak mengharap selainNya.

KITAB ADABUL MURIDIN : [7] BUDI PEKERTI SUFI



AL IMAM AL ARIFBILLAH ABU NAJIB DHIYAUDDIN AS SUHRAWARDY [PENDIRI TAREKAT SUHRAWARDIYAH]

Ummul Mukminin Saiyidatina Aisyah pernah ditanya mengenai budi perkerti
Saiyidina Rasulullah  maka beliau pun menjawab : pekerti Baginda adalah Al Quran.  - Musnad Imam Ahmad

Firman ALLAH Taala :

Ambillah kemaajan, suruhlah berbuat kebaikan dan janganlah dilayan kaum yang jahil. - Surah Al-A'raaf : 199

Sabda Sidnan Nabi :

Maukah aku khabarkan kepadamu siapakah yang paling kucintai dan paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat nanti ? Kata para sahabat : Mau ya Rasulullah. Baginda pun bersabda : "Yang paling baik akhlaknya, baik pergaulannya, mesra dengan orang dan orang pun mesra dengannya. " - Al-Jami'us Saghir

Sabda Sidnan Nabi

Akhlak buruk adalah kecelakaan, orang yang paling jahat dikalangan kamu ialah yang paling buruk akhlaknya. - Al- Jami'us Saghir

Sidi Abu Bakar Al-Kattani berkata : "Tasawuf adalah akhlak ; siapa yang dapat
meningkatkan akhlakmu bererti dia telah menambah nilai tasawumiu."

Diantara budi pekerti ahli sufi ialah : lemah lembut, tawadhuk, memberi nasihat, belas kasihan, menanggung kesusahan, sepakat, ihsan, pandai melayan karenah, mengutamakan orang lain, berkhidmat, mesra berwajah manis, murah hati, /utuwwah (kesatriaan), mengorbankan kedudukan, menjaga maruah, berkasih sayang, dermawan memberi tanpa mengharap balasan, bermesra memberi maaf, melupakan kesalahan orang, pemurah, setia, malu, berlemah lembut, berwajah gembira bersahaja, tenang, wibawa diri, berdoa, memuji pada tempatnya, berbaik sangka, memandang diri sebagai tiada apa, memuliakan saudara mengagungkan para syeikh, mendoakan kebaikan untuk yang kecil dan besar, memandang remeh kebaikan yang dilakukan untuk orang lain serta memandang besar kebaikan orang untuknya.

Sidi Sahl Bin Abdullah  telah ditanya mengenai akhlak, beliau menjawab :

 "Akhlak yang paling bawah ialah sanggup menanggung kesusahan, meninggalkan balasan dari kebaikan yang dilakukan, mengasihani orang yang berbuat zalim serta mendoakannya."



Inilah dia budi pekerti ; akhlak sufi sejati, bukan seperti golongan yang mendakwa-dakwi dirinya sufi ; golongan yang menamakan ketamakan mereka sebagai "minta tambah", tidak beradab dikata "ikhlas", berbuat batil dikata "melatah", sedap-sedap membuat mazmumah dikata "baik", mengikut hawa nafsu dikata "ujian", mencari dunia dikata "sudah mencapai maqam", buruk perangai dikata "serangan balas", bakhil dikata "hemat", jahat mulut dikata "menegur"... Ini semua tiada kaitan langsung dengan perjalanan ahli sufi.

Satu hari Sidi Abu Yazid Al-Busthami 1 mengajak temannya : "Ayuh, mari pergi kepada si anu yang mempromosi kezuhudan dirinya". Ketika sudah hampir mereka mendapati orang yang dimaksudkan sedang keluar dari rumah mahu menuju ke masjid. Dari jauh Sidi Abu Yazid memerhatikan orang itu meludah ke arah kiblat. Beliau terus berkata kepada temannya : "Orang ini satu dari sekian banyak adab syariat pun tidak dijaga, lalu apakah dakwa dirinya mencapai maqam kewalian itu terjamin jujurnya?!" Sidi Abu Yazid berpatah balik dan langsung tidak menyapa lelaki itu.